Minggu, 29 Nov 2009
Jam 01.30 WIB
insomnia gara2 tidur dari siang setengah sore sampai maghrib (bad habit at Saturday!). Akhirnya saya menulis ini.
Here goes.
Saya teringat kemaren malam mbak saya ditelepon ibu, dikabari bahwa Om saya yang di Sorong (Papua) meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un...
Sebenernya silsilah Om saya adalah sbb: Ibu saya punya adik cowok - beliau punya istri - istri beliau punya kakak cewek - kakak cewek tsb punya suami. Naaaahhh suami itulah, sebut saja Om, yg meninggal.
Kabarnya juga masih belum jelas, tapi kabar kaburnya sih beliau meninggal sewaktu lagi menyelam (diving), entah karena errornya tabung oksigen (masalah teknis) atau lainnya.
Suer, saya sama sekali gak menyangka beliau akan dipanggil Allah secepat itu. Saya dan beliau terhitung tidak terlalu dekat. Pertama kali ketemu sekitar tahun 2006, waktu itu beliau sedang mencarikan kos untuk anak perempuannya (selanjutnya sebut saja dek Icha), yang tahun itu ketrima di FKG UHT (Univ. Hang Tuah). Singkat cerita, saya dan dek Icha akhirnya bisa sekosan. Awal november ini dia pindah kosan di dekat RS-AL, krn dia banyak praktik disana (itu tuh, yg depannya Royal Plaza).
Pertemuan selanjutnya dg Om kira2 sebelum bulan puasa kemarin, saat Om saya (yg lainnya) yg tinggal di Jayapura, lagi dolan ke Surabaya. Kami (saya, mbak, dek Icha, Om-almarhum, adeknya dek Icha, anak2 Om-Jayapura) bersama2 pergi ke jembatan Suramadu (berasa melintasi di jembatan San Fransisco – malem2 dgn lampu kelap-kelip gitu). Saya dan Om-almarhum tidak banyak bicara, tidak banyak canda, tidak banyak kata. Obrolanpun sebatas yg biasa2 saja.
Huuummm, u’ll never know what the meaning of having someone, till you lost him.
Andai saya tahu Idul Adha ini saya tidak akan pernah bertemu lagi dg Om, maka saat itu saya akan memuas-muaskan (walau berbasa-basi) mengobrol dengan Om tentang apapun: tentang kenapa Om-Jayapura saya lebih memilih membeli rumah ini daripada yg itu; tentang dek Icha, adeknya, mamanya; tentang skripsi saya yang ngadat-gak-jelas-arahnya-waktu-itu; tentang hobi Om bermain tenis/badminton; tentang bagaimana pendapat Om mengenai Surabaya at night; tentang naik apa pulang ke Sorongnya; tentang bagaimana kehidupan para PNS dewasa ini, dll dll...
Seandainya kata2 “andai” tidak mengarah ke ketidakterimaan akan takdir Allah... Astaghfirullah.. Mohon doanya semoga Om diterima di sisiNya, diampuni segala dosa-dosanya, dan ditempatkan di surgaNya kelak. Amin...
Pesan moral: Jangan sekali2 berani menyelam sebelum mendapatkan course, license of diving, dan restu orang tua. Last but not least, pray as much as you can as if you will die at the water battle
0 komentar:
Post a Comment