Assalamu'alaikum

Ini pengalaman paling aneh selama aku terbang.

Siang tadi jam 11.46 WIB aku terbang dari Bandara Juanda (SUB) ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (KOE) untuk keperluan pekerjaan.
Koper besar yang tadinya rencana akan kumasukkan ke kabin, akhirnya aku bagasi-kan. Karena aku juga masih membawa satu ransel berisi laptop, buku bacaan, air minum, dan dompet. Koperku memang nggak pernah aku kunci, baik dengan gembok kecil terpisah ataupun kunci dengan kode tertentu yang diacak di koper itu. Entah kenapa. Dan aku merasa selama ini pergi kemana-mana memakai koper itu selalu aman.

Assalamu'alaikum

Berawal dari kesenangan membaca buku sejak SMP, secara tidak sengaja aku mengumpulkan buku-buku tersebut. Kebanyakan adalah novel, kumpulan cerpen, dan non fiksi Islami. Berlanjut hingga SMA dan kuliah, baru aku menyadari bahwa buku "bacaan"ku jauh lebih banyak daripada buku pelajaran dan kuliah.

Sejak saat itu, aku punya keinginan untuk mendirikan sebuah perpustakaan pribadi di rumah. "Pribadi" dalam arti semua koleksinya adalah milikku sendiri, tapi siapapun boleh meminjamnya. Aku punya khayalan mempunyai sebuah rumah cantik berisi ribuan buku yang terpajang di dinding, mulai atas sampai bawah. Buku itu ada di ruangan tersendiri namun terbuka, dengan tempat duduk yang nyaman untuk membaca.

ketika aku menjadi batu, dan tetanggaku menjadi rumput di sekitar jemari kakiku.
aku terbujur kaku.
lelah menanti hujan yang sudah-sudah yang membuat lubang di tengah tubuhku musim lalu.
gundah menanti surya yang membuat hitamku menjadi abu.

kutengok kanan-kiri. sama saja.
semua mengeluh tentang panas dingin, hujan kemarau, yang sebetulnya sudah dihafali betul lagunya.
batu-batu yang tak bisa bergerak walau sejengkal. bukan takdirnya, hiburku pada diri sendiri.
padahal dalam hati aku berharap ada pengembara yang tak sengaja terantuk kakinya padaku dan menendangku jauh-jauh dari tempat dudukku.
atau anak kucing sebelah yang memainkan diriku dan menggeser sedikit saja tubuhku.
pantatku sudah panas.
walau para pohon, rumput, putri malu, dan semak-semak juga sama sepertiku yang tak bisa kemana-mana, setidaknya mereka masih bisa mengolok dengan menggoyang-goyangkan daunnya ketika angin berhembus.