Assalamu'alaikum

Penuh. Seperti biasa. Stasiun Gubeng Surabaya pagi itu.
Sempet kesel karena ternyata untuk penumpang kelas ekonomi, pintu masuknya berubah menjadi di sebelah barat, alias di sebelahnya Grand City Mall Surabaya. Padahal dulu semua penumpang boleh memilih untuk masuk dari pintu barat maupun timur (sebelah PDAM Kota Surabaya).
"Mau kemana mbak? Jakarta?" tanya seseorang.
"Enggak, Kediri, Pak" jawabku singkat yang sudah terburu-buru. "Harus lewat sana ya Pak masuknya?" tanganku sambil menunjuk pintu barat seberang sono.
"Iya."
Dan masalahnya adalah seberang sono itu harus muter keluar stasiun, gak boleh menerobos pintu masuk timur.
Muka udah mulai kucel.

Assalamu'alaikum

"Kosong?" tanya seseorang kepadaku.
"Eh iya", jawabku.
Aku memindahkan tasku dari bangku sebelah. Bapak-bapak itu duduk di sebelahku.
Hening sejenak, di dalam bus Harapan Jaya (Harjay) jurusan Surabaya-Tulungagung ini. Sebelum semuanya berubah. Jeng jeng jeng....!!!

"Dari mana mbak?" tanyanya lagi.
"Hah?" Aku sedang lemot-lemotnya waktu itu. Tapi cukup waras. Kenapa pula bapak ini nanyain aku dari mana. Kan naiknya juga sama, di terminal Bungurasih, Surabaya. Berarti aku ya dari Surabaya. Bukannya seharusnya ia bertanya, "Mau kemana mbak?", dan bukan malah "Dari mana mbak?"
Melihat aku yang begitu leletnya gak segera menjawab, bapak itu menjawab sendiri, "Dari Surabaya?"
"Hah?" masih dengan kelemotan. "Iya. Emang Bapak dari mana?" tanyaku penasaran juga.
"Dari Kei-El (KL)"
Assalamu'alaikum

Beberapa lama semenjak Twitter rame di Indonesia, aku masih keukeuh dengan pendirianku untuk gak bikin akun twitter. Entahlah, aku bukan tipe-tipe orang yang bisa meng-handle dengan baik beberapa akun media sosial sekaligus tampaknya. Ehm dan aku baru nyadar waktu itu kalo twitter adalah tempatnya orang "BERKICAU" (tweet), speerti burung kuning kecil Tweety *opo ae yooo

Dan tibalah saat dimana kami (aku dan teman-teman kuliahku) diberi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang diampu oleh dosen "full of imagination", Pak Bukik (mungkin beberapa dari para pembaca budiman sudah mengenal beliau). Gak tanggung-tanggung, bukan kuliah membosankan yang kami dapat, tetapi kami sebagai orang dewasa (hampir berumur seperempat abad waktu itu) malah diajak bermain-main. Bermain sambil belajar *uoh, kayak slogan anak kecil yah* hehe
Assalamu'alaikum

Mbak, Friendster kuwi opo???” (Mbak, Friendster itu apa???), tanyaku pada mbakku, 6 tahun yang lalu. Akhir tahun 2005.
Lalu mbakku sibuk menjelaskan bahwa Friendster (FS) itu semacam jejaring sosial yang memungkinkan kita berhubungan dengan teman-teman kita dalam suatu wadah, dapat saling bertukar komentar atau kesan tentang pemilik akun FS dengan meninggalkan testi (testimony), berbagi foto-foto, dan sebagainya. Aku masih belum ngeh. Lalu mbakku menjelaskan lagi. Aku bingung. Bagaimana bisa sebuah layar kaca komputer yang dipasangi internet, mampu melakukan itu semua??? Aku masih terlalu lugu untuk dapat memahaminya *tsaaahh
Dulu logo FS jauh lebih sederhana daripada ini :)