*lanjutan dari Jatuh Cinta Diam-diam (part 1)*
Bagiku, mencintai dan dicintai sama-sama menyenangkannya. Seperti delapan tahun yang lalu, pas aku kelas 1 SMA. Ada cowok sekelasku yang “dengan Ge-eR nya aku bilang” bahwa dia suka sama aku. How come? Soalnya tiap aku memandang ke arah dia, dia selalu mempraktikkan yang namanya “kiss-bye” yang kayak orang tua sekarang banyak ajarkan ke bayi-bayinya yang masih polos saat mereka akan pamitan. Bukannya diajari salam dan cium tangan, malah diajari kiss-bye doank. *Sigh*
Waktu itu aku duduk di bangku kelas paling depan, awalnya tanpa di-rolling. Sampe aku bosen di depan dengan jantung berdegup-degup kalo ada pertanyaan guru yang terlontar dan dia menunjuk bangku yang paling depan. Mending kalo bisa jawab, kalo enggak?? Ato juga sampe bosen menghadapi guru yang suka ngelempar kapur tulis (iya, jamanku dulu belum pake whiteboard) ke anak-anak yang rame sendiri. Guruku itu juga sukanya njelasin dengan nulis di papan sampe penuh, nah kalo udah penuh, dia tetep maksa nyempil-nyempilin tulisan di sela-sela papan yang masih kosong. Kalo anak-anak mulai resah dan gelisah karena tulisannya gak keliatan, biasanya dia bilang, “Salahnya sendiri gak ada yang mau menghapuskan tulisan yang udah penuh di papan”. Nah lo. Perpaduan antara deg-degan sepanjang waktu karena khawatir dikasih pertanyaan yang gak bisa jawab, plus materi guru itu yang aku gak paham sehingga dapat nilai 5 (Fisika gitu loh), dan temen-temenku yang gak mau di-rolling duduknya, aku menamakan itu bulan-bulan penuh ke-kampret-an.
Kembali ke cowok tadi, sebut saja A (disamarkan untuk melindungi kehormatannya), aku dikasih tau sama temen sebangkuku kalo A sering banget ngeliatin ke arah bangku kami. Dan emang bener, setiap aku gak sengaja liat ke belakang (bangkunya belakangku, tapi jauh di sebelah kanan), dia biasanya melakukan kiss-bye atau melambai-lambaikan tangannya dengan genit sambil senyum-senyum sendiri. Sumpah. Lha aku sendiri yang ngerasa gak “suka” sama dia, biasanya langsung melengos malas sambil tanya ke temen sebangkuku,
“Kenapa sih si A itu?”
Temenku cuma mengangkat bahunya dan bilang, “Kayaknya dia emang beneran suka kamu deh!”
“Masak sih?” tanyaku masih heran.
“May be, hehehe” jawab temenku sekenanya.
Hal itu berlangsung hingga berbulan-bulan lamanya. Si A entah dari mana bisa dapat fotoku (pas foto) dan dia taruh di dompetnya. Tiap kali aku minta dibalikin, mesti gak boleh. Dia juga bilang “aku suka kamu”, tapi aku gak pernah memberi jawaban.
Sampai suatu hari, si A mengajak aku nonton pertandingan sepak bola antar kelas. Kelasku emang prestasi sepak bolanya gak bisa diremehkan juga. Beberapa kali menang pertandingan dunia antar kelas. Ada beberapa star disana yang kalo gak salah inget ada yang namanya Baktya, Giscal, Gesang, Lutfi, Polo, dan si A. Pokoknya minimal ada 11 orang (ya iyalah). Dan aku pun beberapa kali emang selalu liat pertandingan kelasku, ya buat sorak-sorak bergembira aja, apalagi kelasku dulu termasuk kelas yang kompak dan solid dalam hal ini, hehe.
Aku pada dasarnya emang suka nonton bola secara langsung alias live, tapi jarang tertarik liat pertandingan bola di tipi. Menurutku, maniak bola juga berpotensi bikin aneh hubungan antara suami dan istri kelak, contohnya seperti ini (Wong, 2009):
“Kau terlalu banyak memikirkan sepak bola sehingga kau bahkan tidak ingat kapan kita menikah, Papa!” keluh sang istri.
“Tentu saja aku ingat, sayang”, suaminya meyakinkan, “itu hari ketika AC Milan mengalahkan Parma dengan skor 8-0.”
Gubrak. Istrinya nggondok 3 tahun.
Tapi justru karena si A yang ngajak nonton, aku malah jadi males. Maksudku, kalo aku dateng, ntar dikira aku dateng karena ajakannya dia. Dia jadi GR donk. Kalo gak dateng, sayang juga melewatkan pertandingan yang seru.
Setelah berhari-hari dia berusaha membujuk aku dan aku selalu menghindar dan beralasan kalo aku pada hari pertandingan gak bisa dateng, tapi dia pake ngancam segala kalo aku tetep gak mau, dia juga gak bakal mau tanding. Nah aku jadi serba salah.
Temen sebangkuku bilang sayang banget kalo si A gak ikut tanding, karena dia maennya bagus sebagai “bek” yang budiman. Btw, bek itu apaan sih? Pemain belakang ya? *gak pernah paham*
Akhirnya dengan sedikit mengorbankan gengsiku (makan tuh gengsi), aku pesen sama temenku dengan mantap dan tegas,
“Tolong bilangin ke A, kalo aku nanti dateng, bukan karena aku setuju ajakannya, tapi karena emang aku lagi pengen nonton aja, pengen ikut ngeramein acara sama temen-temen laennya. Oke?”
Setelah beberapa saat temenku ngomong ke A, aku tanya lagi,
“Gimana?”
“Siiippp…” jawabnya sambil mengacungkan kedua jempolnya. Aku kira dia mau joget dangdut, ternyata enggak.
Dan persis seperti dugaanku (sok jadi peramal), si A maennya jadi lebih semangat daripada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Seolah-olah dia bilang padaku, “look at me, it’s my show time!”
Dan tiap kali dia jatuh, dia segera bangkit lagi dan menunjukkan bahwa dia kuat, tahan banting, dan bisa dipercaya (lho!). Seperti di film-film, si cowok tiba-tiba punya kekuatan berlipat ganda entah darimana ketika tahu di bangku penonton ada seseorang yang dia sukai. Dia bisa melakukan manuver-manuver yang sebelumnya sama sekali bahkan tidak pernah dia bayangkan bisa dia lakukan. Dia tidak peduli apakah cewek itu melihat dia atau gak, but he knows for sure that the girl is sit there. Sok swit dah pokoknya.
Aku lupa si A waktu itu mencetak gol atau gak, tapi pertandingan itu berlangsung sangat seru. Akhirnya kelasku menang. Sore itu kelas kami penuh suka cita.
Dalam perjalanan dari lapangan bola menuju keluar sekolahku, ia mengejar aku yang lagi jalan sama teman sebangkuku. Ia menyejajari langkah kami, dan dengan pelan (suaranya gak gahar seperti biasanya) bilang,
“Makasih ya udah mau dateng dan liat pertandingannya.”
Aku mengangguk sambil tersenyum tipis untuk menghargai usahanya dalam pertandingan tadi.
“Sekali lagi makasih”, katanya sebelum berjalan mendahului kami.
Dari samping, aku melihat mukanya tersenyum terus sambil berjalan meninggalkan kami dan teman-teman lainnya. Dia terlihat senang. Dan puas.
Mungkin ekspresi itu yang dinamakan jatuh cinta. Ia bahagia. Saat itu. Ia tidak mengharapkan balasan dari si cewek. Ia cukup memberikan “sesuatu” kepada cewek tersebut. Walaupun sedikit. Dan mungkin gak terlalu berarti.
Mungkin dia tidak lagi mengalami “jatuh cinta diam-diam” seperti yang aku rasakan berkali-kali sejak dulu, karena dia sudah mengatakannya, walaupun tanpa pernah mendapatkan jawaban.
***
Beberapa tahun yang lalu, aku pernah sangat capek dengan yang namanya jatuh cinta diam-diam. Bagiku, mencintai seseorang yang datang dan pergi, secara berganti-ganti, itu melelahkan. Mungkin aku tidak patah hati. Patah hati bagiku hanya bagi orang-orang yang menjalin hubungan, lalu karena suatu hal mereka putus, dengan mebawa kepedihan yang mendalam. Tsaaahhh… Aku hanya tidak ingin bangkit dalam cinta hanya untuk kehilangan cinta itu lagi. Biasanya itu karena “jarak”, yang membuatku merasa tidak bisa mencintainya lagi. Karena dia sudah lulus lebih dulu atau sudah pindah ke luar kota.
Hingga suatu hari, di hari yang berbeda, aku mengatakan kepada dua sahabat baikku di kampus, Lutfa dan Afina, “Aku kayaknya perlu berdoa sama Allah biar aku gak dikasih perasaan jatuh cinta sama cowok lagi, deh. Capek tau, jatuh cinta cuma buat kehilangan doank.”
Dan mereka berdua bilang dengan mantap, “LO ITU BEGO!”
Dan aku sadar mungkin memang benar aku ini bego dan tolol. Sebagai manusia dengan straight sexual orientation alias normal alias heteroseksual, tentu saja di kemudian hari aku akan tetap jatuh cinta kepada laki-laki. Dan aku juga sadar bukan begitu cara menyelesaikan masalah. Yang dibereskan harus pola pikirku dulu, akarnya dulu. Akhirnya aku gak jadi berdoa seperti itu sama Allah, hanya karena tiga kata penuh makna “lo itu bego” dari kedua sahabatku. Aku insang, eh insap.
***
Bagiku, manusia akan terus-menerus jatuh cinta, kepada orang yang berbeda-beda. Ketika kita merasa udah gak mungkin lagi mencintai satu orang, kita akan “skip” dan berpindah ke orang lainnya, yang mungkin lebih realistis untuk kita gapai. Karena itu, cinta harus tetap logis, pake akal sehat, yang dikasih Tuhan kepada kita, biar kita gak salah mencintai orang.
Bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta dan gak pengen mengalami jatuh cinta diam-diam, khususnya cowok yang sudah waktunya melepas masa lajang, camkan ini, uoh!
“Nyatakan segera cintamu kepada orang yang tepat, waktu yang tepat, dan kesempatan yang tepat. Jangan sampe nyesel kalo suatu hari karena kamu telat bilang, orang yang kamu cintai itu telah menjadi milik orang lain. Ketika kamu ngeliat dia akhirnya hidup bahagia bersama suami dan anak-anaknya, rasanya kamu pengen bunuh diri loncat ke sumur di belakang rumah. Belum mati juga karena ternyata sumurnya kering, kamu gantung diri di atap rumah, dan karena badanmu kegedean, justru atap rumah yang roboh dan kamu gagal bunuh diri. Kamu coba minum racun tikus, tapi ternyata isinya udah diganti sama ibumu jadi sirup melon dan ditaruh kulkas (enggak tau juga kenapa ibumu melakukannya). Dengan beberapa kali percobaan bunuh diri yang selalu berakhir mengenaskan itu, akhirnya ibumu memilih untuk masukin kamu ke rumah sakit bersalin jiwa.”
Hayo looo… hayo looo… hayo looo…
Kasian banget, kamu kan masih jomblo.
Muahahahauahauuaha… *ketawa setan*
Seperti status temenku di Facebook beberapa minggu yang lalu, dia bilang:
“Aku SENANG dicintai. Tapi aku LEBIH SENANG diberi tahu bahwa aku sedang dicintai.”
source: google.com |
Ps: Dan sebenernya kalo ada yang bilang “Aku akan bahagia asal kamu juga bahagia disana bersama orang lain”, menurutku kamu gak pernah bisa melakukannya dengan sempurna. Akan tetap ada luka yang menganga jauh di dalam sana, di hatimu, khususnya bila luka itu tidak kamu jahit.”
Wassalamu’alaikum
"Seperti delapan tahun yang lalu, pas aku kelas 1 SMA. Ada cowok sekelasku yang “dengan Ge-eR nya aku bilang” bahwa dia suka sama aku."
ReplyDeleteSiapa mbak peeettt???ihiii..prikitieeww..hehehe
@tia: ahaha
ReplyDeleteuntung... untung... untung Tia gak sekelas sama aku, wakaka
Case closed dah yang ini, bukalah lembaran baru (Ello is singing) piss
haduh..aneh sekali kejadian udah masa lalu msh ingat dengan detaile nya...
ReplyDeletekalau mang ilfeel ma bocah aneh (sprt yg dicritakan hal pertama) knp mesti dicritaen dan urut bgt kronologinya :-p ?????????
piz..piz :)menurutku,kalau menolak dan menerima tu hak smua cwe yg dinyatain cinta oleh sang cowok,jd kalau pemikiran orang "hanya karna habis menolak cwok,lalu NEXT dia gag kesampaian pny cinta lagi (gag disukain balik ma gebetan NYA)tu salah bgt.. mank blm yg tepat aj MAY BE,heheheh :) sotoy...
trs bEnoL banget kata mbag pety,bwt pria" lajang ayOOO...NYATAKAN CIntaMu!!! sblm janur kuning melingkar,OOOPPss jgn menyesal,kwkwkwk :-p Aq yakin...mbag pety,smua pst indah pd waktunya, qm gie menunggu ce,hohoho sotoy :(
wekekekek.... lucuuuu....i like it gaya penulisanxa...
ReplyDeleteheemmmhh.... cinta scra chori-chori... chupke-chupke... (*huwaaa... jd keinget om SRK*)
klo diri q pribadi sih sbg seorg cew sepakat dgn cara yg kmu ambil say, lebih baik memilih diam (tdk mengungkapkanxa)klo sdg menyukai ssorg, walaupun kita merasa klo si dia sbenarxa jg menyukai kt, bkn krna gengsi or apa, tp lebih mengarah k upaya kta tuk mnjaga hati,klo rasa suka tu sdh mentok jedok tak terbendung, langsung banting stir segera lari n' kembali kepelukan Allah, curahkan smwa isi hati dlm tahujud, insya Allah dgn begitu cinta n' kasih sayang Allah smakin berlimpah tuk kta, serta rasakanlah betapa indah n'tenangxa diri kita ketika berada dlm pelukan sang Maha Mencintai.
Kata bapak Tebeee'... ups.. mksud q kata ustdza N-*-*-* dulu seingat q beliau dulu prnh bilang "klo hati kita mnjaga/ mnahan utk tdk mengungkapkn rasa k ssorg yg blm halal bagi kta hanya karena Allah, insya Allah selama itu pula rasa yg menyiksa itu kan d hitung pahala bg kta"
Mari kita bersama-sama belajar agr bisa ttap Istiqomah tuk mnjaga hati, mnjaga agr cinta pertama kita n'pernyataan cinta kita haxa utk suami kta masing2..., sementara ini cinta kita, kita parkir k Allah dulu wae, insya Allah aman gk ada yg mencuri, sampai tiba saatxa nanti Allah akn menemukan kita dgn ssorg yg memang berhak mndapatkan cinta pertama kita... ^_^
^_^
ReplyDelete@dek Dyanz: hooh betul =)
ReplyDeletemakasih udah baca ya..
@afina: maaciy bu Hajah,,,
jadi kangen kamu yang nasihatin aku tiap hari kayak dulu, huhu
oh baru inget tuh aku kalo mbak N*** pernah bilang kayak gitu *dasar murid tidak berbakti*
suwun yo rek penguatannya =)
@mas Imron: ^_^
ayo Bang, nyatakan cintamuuuuuu pada diaaaa, haghaghag
Wuiiiiiiiiiii. Suitttt... suittttt.... yah saya juga pernah muda, jadinya pahamlah :D
ReplyDelete@Paman Tyo:
ReplyDeletehuwaaaaaaaaa akhirnya Paman mampir juga kesini *heboh sendiri*
akhirnya doa saya terkabul oleh Tuhan, saya pengen dikomen sama penulis blog terkenal & udah dapet penghargaan seperti Paman :D
makasih lo...
iya deh, percaya, Paman pernah muda juga *ya iya to, masak langsung dewasa kayak gini?"
*hati masih berasa senang sekali* :) :) :)
Membaca artikel ini, saya seperti melihat blog saya dua atau tiga tahun yang lalu :)
ReplyDeleteAFAIK, patah hati itu memang sakit, namun patah hati dengan tidak sempat menyampaikan perasaan itu lebih sakit lagi; Rasa itu muncul begitu saja ketika melihat orang yang dicintai berdiri tersenyum bahagia menerima ucapan selamat di panggung pelaminan. Namun sakit itu sedikit terobati ketika kamu bisa tersenyum untuknya, dan dia tahu bahwa ada orang lain yang mencintainya ikut berbahagia (terlepas dari tulus atau palsu, hehe) di situ.
@mas Galihsatria: owh owh owh :D
ReplyDeleteyah, meski kadang muncul dilema dalam diri wanita (saya): "Apakah pantas saya yang mengungkapkan cinta kepada lelaki lebih dulu?" :)
makasih udah mampir yah...
Wuah berasa baca novel best seller 600 halaman cetakan yg ke 10... hehe, aku baru nyadar bakat adikku yg satu ini(sekaligus tau rahasia cintanya)...
ReplyDeleteSepertinya tulisan ini ditujukan pd seseorang... (ihiirrrr)
BTW, aku sepakat bhw jatuh cinta ga sesederhana kisah sinetron. Aku malah bisa bilang, kl Cinta itu Pilihan. Seseorang bisa mencintai karena sebelumnya ia telah memilih utkmencintai. Tdk ada yg ga di sengaja.
Klo pesan Rasulullah, jk kita mencintai seseorang, mk sampaikanlah...
Tdk ada salahnya seorang perempuan menawarkan dirinya kpd seorang shalih, sebagaimana kisah seorang sohabiyah yg menawarkan dirinya kpd Rasulullah saw utk dinikahi... meski Rasul menolak, perempuan tsb tdk lantas kehilangan kehormatannya...
Cinta itu fitrah, tp krn aku sedari dulu tmsk yg anti sama PACARAN, sjk remaja aku sll bertekad, hy akan mencintai laki2 yg menjadi suamiku (tentu sambil berharap bahwa aku jg yg akan menjadi cinta pertama bagi suamiku kelak). Dan setiap kali si merah jambu itu menghinggapi hatiku, mk aku akan bertanya pd diriku: "Sudah siap menikah? Jk sudah, tawarkan lah dirimu? Jk belum siap, mk lupakanlah dia. Jk sudah siap tp jg malu menawarkan diri, kembali pd pilihan sebelumnya, lupakan dia". Alhamdulillah akupun tak pernah tersiksa karenanya... Inilah yg disbt manajemen hati.
Bagaimana caranya melupakan? aku py cara utk hal ini.1. Aku yakin bahwa cinta itu pilihan, tdk ada orang jatuh cinta tanpa sengaja (mungkin ada yg berbeda pendapat dgnku sah-sah sj, tp aku meyakini hal ini)
2. Aku yakin bahwa cinta itu beda dengan nafsu, karenanya ada perintah Rasulullah untuk menjaga pandangan, "pendangan yg pertama itu rahmat, kedua, ketiga, dan seterusnya itu laknat" HEy, bukankah ini jg menunjukkan bahwa pandangan kedua dan ketiga, dst itu adlh kesengajaan, yg berarti dilakukan dg pilihan? Sedangkan hyyg pertama yg datang tanpa disengaja? Mungkin ini teori sederhana utk menjelaskan keyakinanku yg pertama td.
3. Aku yakin, pada hal2 yg demikian ada urun tangan para syaitan dan pasukannya, yg kemudian menjadikan tampak indah hal-hal yg sebenarnya hina dina, dan sebaliknya menjadikan tampak membosankan hal-hal yg sebenarnya luar biasa indah.
(Btw, commentku byg td terputus, baru tau kalo posting comment ada batas maksimal karekternya... he...lanjut ya...)
ReplyDelete...Lanjutan comment sblmnya:
4. Mengurangi intensitas pertemuan/contact dengannya (entah via telp, sms, FB, email, twitter, ketemu langsung, etc) kecuali untuk hal-hal yg memang -benar2-perlu.
5. Aku akan menghindari lagu/musik, bacaan, film/tontonan (seperti sinetron) yg bertemakan cinta-cintaan yg ga masuk akal (kecuali yg sehat dan membangun). Misal lagu2 melow dan patah hati yg marak belakangan. Krn bagaimanapun apa yg masuk melalui telinga, mata, kita akan terekam dan mensugesti kita diam2.
6. Aku akan bergabung dg komunitas org2 shalih(agar terhindar dari godaan syaitan, dan tentu sj berharap dpt pengganti (baca: jodoh) orang shalih juga... haha). Aku jg akan menyibukkan kegiatan2 yg bermanfaat sekaligus punya nilai ibadah (Ini bertujuan utk menhindari terhabiskannya waktu, tenaga, dan pikiran, untuk berharap, berpanjang angan dan mengkhayalkan ketidakpastian yang mengandung kemubadziran dan kesiaan).
7. Berdoa, mungkin doa klasik adlh: jk dia jodoh dekatkanlah, jk bukan jauhkanlah. Tp aku lebih suka berdoa, memohon ampun atas dosa2 yg tidak disadari, mendoakan kebaikan untuknya, lalu berdoa untuk diriku sendiri (tentu meminta jodoh), krn buat apa meminta si dia, jk bukan dia jodoh 'terbaik'kita. Lalu berprasangka baik pd Allah, jk Allah telah siapkan jodoh terbaik untukku, & akan dipertemukan dlm pertemuan yang diridlai dan diberkahiNya, pada waktu dan kondisi terbaik (iman dan ketaqwaan yg lagi baik).
8.Meyakini bahwa "no Body's perfect". Tau sendiri, klo udah kecantol ma seseorang, mk kita akan menjadi sangat subjektif, spt kata orang2 tai ayam berasa coklat... Smua yg tampa darinya pasti yg baik2, kalau tampak yg buruk pun, tetap dibilang baik. Mk perlu segera menyelamatkan pikiran dan cara pandang kita agar tetap OBJEKTIF.
9.Jk itu masih jg krg berhasil, mk aku akan menggunakan cara ekstrem,yaitu: Mengingat (mencari) kejelekan2 tentangnya. Hehe....
Hmm, gitulah... (baru nyadar commentku dah berasa ngalah2in buku "Nikamat Pacaran Setelah Pernikahannya" Salim A. Fillah saja... he...)
Ya, hingga akhirnya kudapatkan t4 yg halal dan subur (semoga juga penuh ridla dan berkah dr Allah), untuk menanam benih-benih cintaku ini, kini... horey... *happy ending*:D
@mbak Icha: hehe amin... :D
ReplyDeletewah wah wah top tenan iki tausiyah saka Jogja,
aku bisa membayangkan mimik & intonasimu saat memberi petuah tsb mbak, aku rasa masih seperti yang dulu, heheh :D
Bagi para pembaca budiman sekalian, monggo disimak tips2 dari mbak Icha ini, semoga bermanfaat...
nuwun sanget, mbak! :D