Here goes.
SDN Banjaran IV Kediri tahun 1995 rame seperti biasanya. Kelas 3 SD, waktu itu, saya disana.
Hmmm...masih ingat betul di kepala saya setting tempat duduknya. 3 orang sebangku, diurutkan berdasarkan nomer absen. Jadilah saya duduk bersama 2 orang teman saya: @ika kurnia palupi, dan Yerry (nanti dia punya peran penting dlm cerita saya).
Nah, kenapa judulnya Jerry Yan? Gak papa, pengen aja, hehe.
Yerry, seingat saya, keturunan Cina (maaf, tdk bermaksud mengaitkannya dengan SARA). Dia putih (ya iyalah!), kurus, agak tinggi, rambut bergelombang. Karena saya hampir setahun sebangku sama dia, otomatis saya tahu kekurangan dan kelebihannya (*versi anak SD*).
Ada beberapa hal yang saya kurang cocok sama dia: dia seringkali lamaaa..sekali dalam mengerjakan sesuatu (gak cekatan), kurang tegas, dll. Beberapa kekurang-sreg-an itu yang membuat saya sepertinya merasa “superior” terhadapnya. Saya beberapa kali memukul dia (gak pake besi lho), mencubit dia (gak pake tang lah), memarahi dia, dsb. Yaahh.. anak-SD-yang-tabiatnya-gak-boleh-ditiru-siapapun-juga. Sepertinya beberapa teman sekelas lainnya juga merasakan hal yang sama dengan saya, agak sebel dengan dia (entahlah).
Someday, Yerry gak masuk sekolah. Saya lupa persisnya gimana ceritanya, ada yang bilang kalo dia pas deket orang yang main ayunan, ngena-in dia, trus dia jatuh, kepalanya kebentur sesuatu yang keras. Guru saya kayaknya yang bilang begitu. Setelah beberapa hari gak masuk (cukup lama untuk ukuran anak SD – beda dengan kuliah, gak masuk sebulan pun juga dosen gak nyariin, hehe), ada yang bilang kalo Yerry masuk rumah sakit, mungkin lanjutan dari insiden pertama tadi.
Yeah, waktu itu belum atau tidak terbiasa anak SD “pergi bersama2 menjenguk teman yang sakit”. Kami pun hanya menerima info satu arah dari guru kami saja. Gak lama kemudian...jeng-jeng... jeng-jeng... guru kami mengabarkan bahwa YERRY MENINGGAL!!!! Apa, meninggal?!?! Yak betul sodara2, Yerry-kami meninggal dunia...
Oh my God! Waktu itu gak ada tangis2an di sekolah. Kami memang sedih, tapi mungkin gak cukup tahu tentang konsep “kehilangan seseorang selama2nya – harus berperilaku seperti apa”.
Seiring saya beranjak remaja dan dewasa, saya kadang merenung dan memutar kembali memori saya di masa lalu, masa saya TK, SD, SMP. Saya mulai menyesali apa yang telah saya lakukan kepada Yerry. Betapa bodohnya saya melakukan sesuatu yang tidak berperi-keYerry-an, menindas dia atas perbuatannya yang sebenarnya masih dalam batas “it’s okay for the 3rd grade kid in elementary school”, dan betapa saya mungkin jarang sekali mengatakan “maaf” atas perbuatan geblek saya kepadanya. Dan yups,,, dia hampir gak pernah membalas perbuatan kasar saya. Dia pasrah aja gitu loh...
Untuk Yerry di alam kubur, maafkan temanmu yang tidak tahu diri ini. Sungguh temanmu ini menyesal telah melukaimu dengan seenak jidat. Aku gak pernah tau apakah kamu pernah sakit hati atas perbuatanku atau tidak, yang jelas aku berusaha untuk menjadi manusia yang semakin dewasa dan semakin baik.
Nb: Bagi teman2 TK, SD, SMP, SMA, kuliah, dan kenalan2 saya, baik yang pernah saya sakiti maupun tidak, dari lubuk hati yang paling dalam, saya mohon maaf sebesar2nya. You’re all the best friend in my life.
Pesan moral: Say “i love u” (in ur own way) to ur friends before they leave u fo’eva
0 komentar:
Post a Comment