Cerita 11 Ramadhan 1436H: MINUS SEPEREMPAT

, , 5 comments
“Mbak, coba baca huruf-huruf di depan layar sana”, perintah seorang perempuan usia 30-an kepadaku.

Mbak-mbak itu memakaikanku sebuah kacamata berat yang bolong di bagian depan matanya. “Sekarang ditutup yang kiri dulu ya”, katanya.

Aku pun membaca dengan lancar, mulai awal hingga akhir. Mulai huruf terbesar, hingga hampir yang paling kecil. Sedangkan yang paling bawah, terkecil, aku kurang jelas membacanya. Wajar, pikirku. Sepertinya semua orang tidak akan mampu membaca huruf-huruf seperti itu. Terkecil. Dan aku selalu berpikir begitu dari beberapa kali tes ketajaman penglihatan atau kesehatan mata beberapa tahun ini.

“Oke, kalau saya tutup yang sebelah kanan?” tanyanya membetulkan penutup.

Hampir sama, aku mencapai level kemampuan membaca huruf di urutan ke sekian.

“Sekarang kalau saya beri ini?” si mbak meletakkan sebuah lensa berbentuk bulat di bolongan kacamata di depan mataku.

“OH! OH, YA ALLAH!” pekikku tertahan di sebelah mbaknya.

“Gimana, mbak?” tanya si mbak dengan lempeng.

“MBAK! MBAK, INI KOK JADINYA LEBIH JELAS HURUFNYA??” kataku masih dengan tidak percaya.

Bayangkan, sesuatu yang selama ini aku yakini, bahwa huruf di deret terakhir yang gagal kubaca bertahun-tahun di tes-tes kesehatan mata, ternyata setelah diberi lensa, menjadi jauh-jauh lebih jelas. Terang benderang. Memang huruf itu tetap kecil, super kecil. Tapi aku bisa dengan sangat jelas membacanya setelah diberi lensa tersebut.

“Kalau saya ganti yang ini mbak?” kata si mbak sambil mencabut lensa di kacamataku lalu menggantinya dengan lensa yang lain.

“OMAIGAT! MBAK, INI BENERAN DEH. INI LEBIH JELAS DARIPADA LENSA YANG PERTAMA. KOK BISA SIH MBAK? SAYA PIKIR MATA SAYA KEDUANYA NORMAL LOH!” kataku menatap mbaknya dengan tajam seolah tidak percaya.

Si mbak tersenyum sok misterius.

“Jadi gimana, mbak? Saya minus?”

“Minus seperempat”, kata si mbak dengan mantab.

“Hoh, gitu ya... Sudah saya duga...” jawabku.

Aku memang sudah agak lama sebetulnya berpikir bahwa mataku ada kemungkinan sedikit minus. Bisa jadi karena terlalu lama berada di depan laptop, sering membaca sambil tiduran hingga jatuh tertidur, membaca di tempat gelap, atau memaksakan diri membaca sesuatu di kendaraan yang bergoyang-goyang.

Aku cukup sering membaca di ruangan yang tidak berlampu terang standar untuk membaca, melainkan di tempat yang agak redup. Posisi aku rebahan di kasur/ sofa, buku kadang aku pegang sejajar dengan posisi wajahku, kadang pula aku letakkan di samping badanku, menempel di kasur. Tak jarang hingga aku ketiduran dengan buku masih di tangan atau di atas perut. Aku juga sering membaca di kendaraan yang sedang melaju, seperti bus, mobil, kereta api, ataupun pesawat terbang. Iya, aku lebih senang membaca daripada mengobrol basa-basi dengan orang di sampingku.

Tapi selama ini aku juga memang memilih untuk merasa baik-baik saja. Hingga akhirnya memang benar menurut pemeriksaan tersebut (yang sebelumnya didahului dengan periksa mata menggunakan teropong apa itu), bahwa mataku minus seperempat.

“Tapi saya nggak pa-pa nggak pakai kacamata kan, mbak? Cuma minus seperempat aja!?” tanyaku memastikan.

“Nggak pa-pa sih mbak. Asal gaya hidupnya diperbaiki. Kalau membaca yang benar, dan juga sering makan buah dan sayur yang mengandung vitamin A”, jawab si mbak.

Okelah. Agak was-was juga sih ya, sudah tahu minus tapi tidak berkacamata. Lha wong aku ini bertekad tidak berkacama seumur hidup kok. Kecuali kalau sudah tua menjadi plus. Karena ketika minus tetapi nggak dikasih bantuan lensa, maka mata akan terus “dipaksa” melihat atau membaca sesuatu di luar kemampuannya. Otot-otot mata menjadi tegang. Mungkin itu juga yang menyebabkan orang yang minus, ketika tidak memakai kacamata, maka akan terus bertambah minusnya.

Atau bagaimana sih?

5 comments:

  1. samaaa, aku juga minus seperempat! tosss... #halah
    udah empat tahun terakhir ini tiap kali periksa mata rutin (satu kali setiap 2 tahun, dibayarin kantor) hasilnya tetep sama sih masih minus seperempat. kata mas-mas-nya belum perlu kacamata, tapi kondisi memang bisa memburuk entah karena kebiasaan jelek atau karena faktor U, huhuhu. moga2 tetep minus 1/4 ah ga usah nambah2, males pake kacamata!

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin.. tapi selama empat tahun ini, memang berusaha untuk ngurangi minus nggak mbak? misal dengan gaya membaca yang lebih sehat, makan makanan sehat, dll? atau sama aja pola hidupnya? heheh

      Delete
    2. Emang minus bisa dikurangi ya? Ga mudeng aku hihi. Tahuku cuma dipertahankan aja supaya ga nambah. Cuma gaya hidupku sama aja, berarti emang faktor U hiks

      Delete
  2. wah kalau saya pemeriksaan gitu bakal lama banget mengingat banyak banget kanan minus 3,5 silinder 1 axis 180 derajat dan kiri minus 1,5 silinder 1,5 axis 180 derajat .. macam2 kan kalau mata saya ? hahahaha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduuuw... axis itu yang kayak gimana mbak?
      jadi, kalau lihat objek, kayak apa tuh bentuknya? heheh

      Delete