Cerita 3 Ramadhan 1436 H: DEMI APA, BU?

, , 2 comments
Gadis kecil di depanku tampak lucu menawan. Sekira 3 tahun umurnya. Pipi putihnya menyembul malu dari balik mukena bermotif Hello Kitty ungu yang sedikit tampak kelonggaran. Hidungnya tidak terlalu mancung, melainkan hanya kecil saja, tetapi juga tidak pesek. Matanya bening menatap sekitar, dengan dagu yang pas dengan wajah bulatnya.

Di sebelahnya, mungkin masih saudaranya. Tampak seumuran. Putih juga, walau tidak lebih cantik dari yang pertama. Lebih aktif bergerak sana-sini dan berteriak. Ia tampak ceria malam itu dalam balutan mukena Ella “Frozenbiru muda yang mencolok.

Satu lagi, seorang bocah lelaki, masih dalam usia yang rupanya setara, berbalut kaus panjang dan sarung instan (seperti rok span berkaret yang tinggal masuk dipakai) lengkap dengan kopyah bermotif serupa dengan sarung instannya, kota-kotak biru-kuning.


MENANGKAP MOMENTUM

Ketiga bocah itu berada di depan shafku ketika shalat tarawih malam ke dua Ramadhan. Kadang ramai sendiri, wajarlah... selayaknya anak tiga tahun yang sedang aktif-aktifnya. Sesekali ibunya (atau tantenya atau budhenya) memotret mereka bertiga ketika sebelum shalat dimulai, ketika khotib memberikan tausiyah, dan di pergantian antara shalat isya dan tarawih. Justru ibunya lebih heboh mengarahkan gaya anak-anaknya.

“Aja mangap. Mingkem ae! Lha, ngono kan apik”, ujar ibunya.
(Jangan terbuka mulutnya. Mingkem aja! Nah, gitu kan bagus.)

Suara kamera terbidik rupanya lupa dinonaktifkan, sehingga ckrek! ckrek! ckrek! berbunyilah kamera ponsel menangkap refleksi wajah-wajah sumringah anak-anak tersebut. Si ibu meminta anak-anak mengganti gaya.

“Nah, gitu. Kurang sana. Kamu agak kesini, nak!” perintah ibu membelakangi kiblat (kebetulan ia berada di shaf terdepan, sehingga tidak terhalang jamaah lain di depannya ketika ikut “berpose” memotret anak-anaknya. Ramai sekali.

Setelah ber-haha hihi, anak-anak itu kembali ikut shalat dengan (tidak) tenang. Ibunya agak membentak-bentak ketika anak lelakinya malas melanjutkan shalat. Anak itupun beringsut berdiri dengan wajah manyun sebelum mengucapkan “allahu akbar” untuk takbiratul ikhrom.

Ah, selalu saja ada keramaian dalam nuansa Ramadhan. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik, bijak, dan cerdas dari tahun ke tahun. Aamiin :)

2 comments:

  1. , si ibu selain semangat tarawih juga semangat jadi fotografer hehe, demiiiii....kian :-)

    ReplyDelete
  2. ortu jaman sekarang mbak, hobi moto si anak.
    paling suk aku yo ngono bek'e yo. haduwwww

    ReplyDelete