Tumbang

, , 2 comments
Bulan April kemarin adalah bulan yang cukup berat buat kesehatanku.

Dimulai dari perjalanan ke Belitung pada akhir Maret selama seminggu, lalu akhir pekan depannya ke Yogyakarta selama 3 hari, dan diakhiri pekan depannya lagi ke Manado selama 3 hari juga. Di sela-sela itu, aku mengajar di Kediri, dan tentu saja untuk berangkat ke luar kota itu aku harus nyetir sendiri dari Kediri ke Surabaya (dan sebaliknya) yang masing-masing memakan waktu 3 jam. Karena semua perjalanan dimulai oleh tim dari Bandara Juanda, Sidoarjo.


Aku suka jalan-jalan dan alhamdulillah selalu menyukainya. Dan mungkin karena asyiknya bepergian, maka segala rasa capek dan badan legrek tidak aku rasakan selama pergi itu. Baru pulangnya dari Belitung, aku batuk yang semakin hari semakin parah. Dan sampai sekarang pun, batuk itu belum benar-benar sembuh. Sudah satu bulan, euy!

Mungkin karena aku termasuk yang jarang sakit, maka di tasku hampir tidak pernah ada persediaan obat-obatan apapun. Paling pol cuma minyak kayu putih, itupun kalau ingat bawa atau sedang jaga-jaga kalau gatal atau apa. atau kadang kalau ke Indomaret, aku hanya mencomot satu strip Vitacimin. Bukan untuk menjaga kesehatan, tapi cuma buat emut-emutan aja karena rasanya yang enak. Errr...

Dopping paling pol yang aku lakukan adalah mengonsumsi kapsul minyak zaitun/ habatussauda/ jinten hitam, atau campuran dari bahan-bahan lain. Karena menurutku itu suplemen paling aman untuk dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Memang tidak terasa manfaatnya seketika, tapi setidaknya aku yakin akan mencegah dari berbagai penyakit, sesuai yang tertera di kemasannya. Jika sedang ada madu, aku minum madu.

Saat ke Yogya, aku masih batuk tapi yakin akan bisa bekerja dengan baik. Toh perginya hanya 3 hari, tidak lama, pikirku. Selain itu, Yogya selalu memberi kesan romantis dan syahdu buatku, walau gak ada juga yang dilirik-lirik di sana. #begitu

Berangkat ke Manado pun badanku tidak lebih baik, tapi juga tidak lebih buruk daripada ketika pulang dari Yogya. Masih batuk-batuk, tapi masih bisa nyetir juga 3 jam. Naik pesawat masih batuk-batuk saja. Eeeeh begitu tiba di Manado, muncullah pilek untuk pertama kalinya. Hari ke dua disana, siang hari badanku rasanya nggak karuan. Gejala khas mau flu. Demam, pusing parah, badan rasanya nggak enak semua, dan ingus keluar terus. Rasanya sudah nggak mood ngapa-ngapain, pengen segera meringkuk di kasur. Akhirnya aku tumbang juga. Untungnya kerjaan hari pertama beres setengah hari, dan tugasku pun selesai.

Masih ada waktu dong ya buat jalan-jalan keliling Manado mulai siang sampe sore? Tapi BIG NO-NO buatku saat itu. Sumprit, rasanya nggak pengen kemana-mana. Pengennya cuma tidur, tidur, dan tidur berjam-jam sampai aku terbangun tanpa alarm.

Mungkin juga karena kecapekan, karena landing jam 22.00 WITA, makan malam dan ngobrol dengan klien penjemput sampai jam 23.00, sampai di hotel jam 23.30, beberes badan (tentu tanpa mandi), ngobrol dengan teman sekamar yang baru pertama kali kujumpai dan beliau sharing dan memastikan cara mengerjakan “PR” kami minggu lalu (aku ditugaskan ke Yogya dan beliau ke Kendari), sampai kami berangkat tidur jam 01.30, lalu jam 06.00 udah harus sarapan di resto hotel.

Mungkin kalau teman-teman pernah mengalami jadwal sepertiku, tahu kan ya rasanya? Capek sih, tapi saat itu sebenernya nggak capek-capek amat juga. Capek yang karena udah terbiasa, jadi nggak dirasakan. Tapi... ya itulah sebenernya akar masalahnya. Kebahagiaan jalan-jalan yang membuncah jadi menutupi bobroknya fisik yang diforsir kesana kemari melakukan ini itu.

Aku beruntuuuuung banget bisa sekamar sama bu Donna. Beliau bak malaikat yang mengurusku di Manado selama aku tepar. *peluk bu Donna hug hug*. Beliau juga apotek berjalan yang mana di kopernya ada sekotak obat-obatan lengkap. Sebutkan kalian perlu obat apa aja, beliau pasti punya. Hahaha...

Semalam begitu aku sampai, sudah diberi permen pelega tenggorokan, minyak kayu putih, dan aku meniru beliau yang pakai syal di leher untuk lebih menghangatkan badan. Paginya, aku diberi multivitamin (yang aku sendiri kurang familiar dengan merknya) yang kuminum setelah sarapan. Minum obat flu ditunda agar saat bekerja tidak mengantuk. Saat aku tepar dan badan loyo siang harinya itu, aku juga gak menyangka ternyata badanku panas. Dimulailah asupan Sanmol untuk meredakan demam dan mengurangi radang yang menyebabkan panas, lalu Actifed yang mengandung obat tidur. Aku memang sangat sangat ingin tertidur, walaupun akhirnya beberapa lama baru tertidur karena hidung mampet parah dan harus dikeluarkan ingusnya berkali-kali. Air mata merembes keluar terus. Saat itu Bu Donna dan teman-teman yang lain pergi ke pantai dan jembatan terkenal di Manado, dan aku hanya dioleh-olehi fotonya saja sepulang mereka dari sana. #nasibAkika

Syukur beribu syukur, sore harinya kondisiku jauh jauh lebih baik. Aku bisa berdiri tegak tanpa pusing adalah suatu keajaiban. Panasku sudah turun, ingus sudah jauh berkurang, walau batuk masih ada. Jadi malamnya, aku bisa ikut gabung makan malam seafood bersama klien. Tak kusangka, ternyata orangnya ada 20-an dari kantor klien. Hahaha kupikir hanya kami berempat ditambah 2-3 orang klien.

Minggu malam pulangnya, dalam kondisi lemah yang dikuat-kuatkan, ketika sudah sampai Surabaya dan menjelang tidur, saat aku berdiri dari duduk, tiba-tiba ada cairan kuning yang mentetes-netes keluar dari hidungku, jatuh ke lantai. *nggak usah dibayangin* *terlanjur ya?* Dan itu... sangat membuat kaget. Biasanya cairan yang keluar tiba-tiba tanpa aku sadari, warnanya putih bening. Dan ini sekarang kuning ning ning dong ya. Karena toh itu bukan darah, maka aku tidak terlalu khawatir. Aku beranjak tidur, yang mana dengan kondisi seperti itu sangat tidak mudah terlelap. Hidung kembali mampet parah, mulai gelisah menata posisi bantal yang nyaman agar aku bisa bernafas. Batuk masih sangat mengganggu, yang mana aku pasti terbangun kalau batuk. Aku sampai membaca istighfar berkali-kali, membaca doa apapun, dengan harapan aku bisa cepat terlelap.

Paginya, sudah jadwalnya kembali ke Kediri lagi. Setelah mandi, badan lebih segar walau masih berasa nggliyeng. Perjalanan kutempuh sesantai mungkin agar selamat. Nyetir nggak fokus karena harus berkali-kali mengeluarkan ingus. Alhamdulillah selamat. Sesampai di Kediri, malamnya aku nekat pergi ke dokter dekat rumah (berjarak hanya 50-an meter).

Kenapa nekat? Karena percayalah, mungkin aku hanya setahun sekali pergi ke dokter. Bahkan kadang setahun tidak pergi ke dokter sama sekali. Dan dokter yang praktik sudah tahunan di dekat rumah itu, sama sekali belum pernah kukunjungi sebelumnya. Dan aku merasa harus ke dokter, karena setelah pulang ini, tugasku masih banyak. Nggak mungkin membiarkan kondisi seperti ini, atau aku hanya akan menghabiskan hari di tempat tidur dengan rasa badan nggak karuan.
Dokter yang kebetulan teman sekolah mbakku dulu itu cuma bilang, obat semahal apapun nggak akan bisa menyembuhkan sakit flu batuk pilek seperti ini, kalau si pasien nggak istirahat total. Kunci kesembuhan dari sakit karena kecapekan begini, cuma tidur tidur dan tidur yang banyak. “Ya ampun dok, saya tidur itu seneng banget yah. Tapi nggak di kondisi kerjaan lagi numpuk seperti ini juga”, batinku. Aku hanya bilang iya iya sambil mengangguk. Obatnya habis 60 ribu (karena aku nggak punya BPJS atau asuransi sembarang kalir, makanya bayar), terdiri dari antibiotik, obat batuk, dan vitamin.

Dan konsep banyak tidur itupun hanya angan belaka. Karena sepulang dari dokter, aku harus begadang sampai jam 5 pagi karena ada deadline yang maha penting. Bye bye, tidur banyak! Sampai tulisan ini ditayangkan, kondisiku masih batuk sesekali (sisa-sisa batuk), tapi pilek sudah sembuh agak lama.

Sebenarnya sehabis dari Manado, aku ditawari lagi untuk sebuah proyek di pekan depannya. Tapi aku tolak, karena aku merasa, Tuhan sudah bilang “ini cukup, jangan berlebihan”. Dan ya, memang harusnya demikian. Segala sesuatu yang dilakukan berlebihan mungkin tidak akan baik, entah dari segi mana melihatnya. Dengan aku pergi ke dokter, sudah menandakan banget itu puncak dari lemahnya fisikku, dan aku tidak mau mendzalimi tubuhku semakin berat.

Mohon doanya biar aku cepat sembuh 100% ya, teman-temaaan... Makasih :)

2 comments:

  1. ketika sakit, Allah meninggikan derajat kita lho mbak, asal kita sabar, tidak marah", krn Allah sayang ma kita, juga dpt menggugurkan dosa lho

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak Anis. makasih sudah diingatkan ya :)
      seringnya yang didulukan mengeluh dan gak bersyukur. padahal ajang menggugurkan dosa2 :)

      Delete