Tanpa Jawaban

, , 4 comments

Pertanyaan-pertanyaan pada hakikatnya akan terus ada di kepala.
Selesai satu urusan, maka kepala akan menanyakan urusan yang lainnya.
Apakah ketika berpindah urusan itu, si kepala sudah tuntas menemukan jawabannya?
Bisa jadi ya, bisa pula tidak.

Siapa yang berhak mengatur masuk keluarnya pertanyaan-pertanyaan ke dan dari kepala itu?
Sepertinya ini yang lebih menarik diketahui.
Walau tidak sempat terpikirkan ketika dalam kondisi kepepet dan segera butuh jawaban, tapi setidaknya pernah ada suatu pemahaman siapa yang melakukan hal itu.


Tentang ini, tentang itu,
Seolah tak pernah berhenti hingga mati.
Sudah ada satu jawaban, si empunya kepala justru protes, “Masak sesederhana itu jawabannya?” atau “Benarkah sudah betul-betul selesai?”
Ya begitu itu manusia.
Diberi jawaban, malah dianya yang protes.

Pertanyaan-pertanyaan memang bisa mengasah otak untuk lebih kritis,
Untuk lebih dalam membentuk lekukan-lekukan struktur otak, yang diasosiasikan akan menjadi semakin pintar, karena otaknya dipakai.
Dan bilamana pertanyaan-pertanyaan mengubah pemilik kepala menjadi stres, maka tanggung jawab siapa?
Bukan makin pintar, tapi makin pusing.
Walau pusing itu bagus, yang “menandakan orang itu masih punya kepala”, begitu guyonan yang diciptakan oleh pemilik merk kaus terkenal di Jogja.

Mungkin pernah terpikirkan juga,
Bahwa jawaban kadang tidak lebih penting daripada pertanyaan itu sendiri.
Bahkan dalam pendidikan, kadang kemampuan bertanya lebih penting daripada kemampuan menjawab.
Dalam arti, orang yang bertanya, pasti memiliki kegelisahan dalam otaknya.
Dan dalam menjawab pun, tetap butuh sebuah pertanyaan, “Dimana aku bisa menemukan jawabannya?”, “Apakah ini jawaban yang tepat?”, “Bagaimana jika aku dihukum jika jawabanku salah?”

Dan pertanyaan untukku sendiri tetaplah sama sampai sekarang: “Siapa?”

4 comments:

  1. 1) aku suka tampilan barunya, lebih fresh dan professional ciehhh
    2) aku kangen kamu #halah
    3) 'siapa' itu siapa? #kepo lol

    ReplyDelete
  2. 1) makasih mbake. ini didesainkan temanku kok. haha. masak iya, lebih profesional?
    2) aku kangen kamu juga, mbak
    3) biarlah aku dan Tuhan yang tahu, mbak. #maaf :)))

    ReplyDelete