Kita Semua Bertumbuh

, , 21 comments
Assalamu'alaikum
"Piye kabare, ukhti? Alhamdulillah ane kemarin sudah selesai ujian pendadaran dengan lancar, hehe"
Ah, penggunaan kata "ukhti" dan "ane" membuat aku kangen masa-masa SMA dan kuliah dulu, ketika masih aktif di organisasi keagamaan sekolah dan kampus. "Ukhti" adalah panggilan untuk "saudara perempuan", sedangkan "ane" adalah pengganti kata "aku", yang sebenarnya "ana" dalam bahasa Arab.

Sebaris pesan singkat itu dikirim oleh seorang ikhwan ganteng adek sepupuku cowok yang baru saja selesai pendadaran untuk skripsinya. Kalau disini lebih dikenal dengan "sidang skripsi", maka di UGM (Universitas Gadjah Mada) tempat adekku kuliah, disebut "pendadaran". Entahlah apa yang di-dadar, mungkin telor #yakali. Sebenarnya bukan kebiasaan kami memanggil dengan bahasa-bahasa Arab gitu, mungkin dia lagi iseng aja. Biasanya sih kami membahasakan dengan "aku" dan "sampeyan".
Aku lega membaca pesan singkat tersebut. Alhamdulillah... akhirnya selesai juga perjuangan dia selama 6 tahun kuliah S1. Ya... jangan tanya kenapa bisa lama begitu kuliahnya. Dia ngeles-nya sih biasanya dengan jawaban: Jarang banget lho mbak, anak jurusanku yang lulus tepat waktu 4 tahun. Begitulah memang adanya. Banyak temannya juga yang molor. Dia mengambil jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh (kalau gak salah gitu deh namanya), Fakultas Geografi UGM. Ada yang belum tau apa itu Kartografi? Silahkan tanya ke adekku, hehe... Tapi agak aneh juga, bagaimana kampusnya membuat kurikulum yang sulit kemungkinannya bagi mahasiswa untuk lulus selama 4 tahun tepat :p

Ya sudahlah, karena bukan itu yang mau aku bahas disini.
Aku balas pesan singkat itu dengan ucapan syukur dan menanyakan "bagaimana RENCANA SELANJUTNYA?"
Ya, sekitar akhir tahun lalu sudah ada wacana bahwa dia akan melamar sang gadis pujaan setelah lulus kuliah. Aaaakk! aku dilangkahi :D
Kalau biasanya aku agak gimanaaa gitu (sensi) kalau mendengar teman seangkatan atau yang lebih muda menikah duluan, kali ini nggak sama sekali. Terlebih lagi karena aku tau adekku memang sudah punya teman dekat wanita. Yaaah... mereka sih CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali), alias dulu sudah pernah deket, trus jauhan, akhirnya mungkin takdir yang menyatukan mereka kembali, sehingga mereka saling dekat lagi.
Oya, nama adekku adalah Gema Sakti Adzan. Panggilannya Gema. Nama yang sangat bagus menurutku :)

Bisa dibilang dek Gema adalah sepupuku cowok yang paling dekat denganku. Paling tidak, aku percaya untuk menceritakan kepadanya tentang hal-hal macam cinta, sesuatu yang sangat personal dan tak mudah untuk kuceritakan kepada sepupuku yang lain (sepupuku banyak yang masih kecil juga sih, hihi). Misalnya dengan si dia yang dulu, yang akhirnya si dia melamar "gadisnya". Yang belum aku kabarkan adalah si dia kini telah menikah dengan gadisnya :)

Beruntung aku sudah pernah bertemu dengan (insya Allah) calonnya dek Gema, walau cuma sekali. Dia teman sejurusannya, seangkatan, dan pernah sekantor. Sebut saja namanya dek Wiwit (ya emang itu namanya, hehe). Pertemuan pertama itu terjadi di bulan Februari, di pemakaman Om-ku, ayah dari dek Gema, di Malang. Kesan pertama yang aku dapat ketika keluarga kami dari Surabaya menjemput mereka di Bandara Juanda untuk selanjutnya bersama-sama ke Malang adalah... dia mirip sekali dengan bulikku, ibunya dek Gema! Entahlah, tapi itulah kesan pertama yang sampai saat ini membekas di kepalaku. Aku bertanya kepada mbakku di sebelah untuk meyakinkan diriku sendiri, "Mbak, dia mirip sekali sama bulik, ya?". Mbakku menjawab, "Iya"

Sesampainya di rumah duka, setelah pemakaman, masih banyak tamu yang melawat. Om-ku sampai saat meninggal berstatus sebagai guru Bahasa Inggris di SMAN 4 Malang. Buaanyak banget guru dan murid-murid yang hadir saat itu. Bahkan jamaah shalat jenazah di masjid besar dekat rumahnya juga banyak. Ah, satu yang tak bisa kulupakan adalah wajah beliau yang tersenyum manis di saat-saat terakhirnya di dunia. Insya Allah, semoga... beliau khusnul khatimah. Amin... Menurutku, tak ada yang lebih membahagiakan selain ketika manusia hidup itu memberi sebanyak-banyaknya manfaat buat sesama, ketika meninggal khusnul khatimah, ketika di alam kubur mendapat nikmat dan kelapagan kubur, dan ketika di akhirat masuk surga dari pintu mana saja yang disukai.

Selama kami sekeluarga masih di rumah dek Gema, kuperhatikan gerak-gerik dek Wiwit dengan seksama. Kuperhatikan ketika dia melayani tamu, ketika mengambilkan makan dan minum buat bulikku, ketika saling bercerita bersama keluarga kami, ketika dia cekatan mengambil sesuatu yang dibutuhkan, ketika dia bercerita kepadaku bahwa dia memang sudah sangat dekat dengan bulikku (karena saudara dek Gema cowok semua), ketika dia mengatakan bahwa orangtuanya juga sudah sangat suka kepada dek Gema (karena saudara dek Wiwit cewek semua), ketika dia menceritakan rencana-rencana ke depannya... Aku semakin yakin dia sepertinya memang cocok dengan dek Gema.

Salah satu pembicaraan kami adalah seperti ini:
"Dek Wiwit, mungkin kamu cocok sama dek Gema itu karena kamu kan orangnya ceria, grapyak, gampang berbaur sama orang yang baru dikenal, banyak bicara (dalam arti positif), dewasa... dan yang paling tampak, kamu mirip sama bulik! Ya secara postur badan (kecil langsing, rambut pendek), maupun secara sifat. Sedangkan dek Gema modelnya orangnya pendiam, gak banyak protes, kalem, manutan. Kalian punya sifat yang mungkin tampak berlawanan, tapi sebenarnya saling melengkapi. Ini jujur lho..."
"Iya mbak, Gema juga bilang gitu, katanya aku mirip sama ibu."
"Tapi yang perlu diingatkan dari dek Gema, jangan sampai sepenuhnya menyamakan dirimu dengan sosok ibunya. Karena suatu saat ketika ketidaksamaan itu mucul, dan harapannya terlalu tinggi sama sampeyan, dia bisa kecewa."
"Iya, aku juga udah bilang gitu kok mbak, jangan terlalu menyamakan aku dengan ibu, nggak baik."

Bulikku adalah seorang ibu rumah tangga tulen, yang mengabdikan hidupnya untuk suami dan anak-anaknya. Om-ku melarang bulikku untuk bekerja. Biarlah yang mencari uang itu suami, karena tugas istri adalah mengurus rumah dan mendidik anak-anak dengan baik.
Kalau bagiku, tugas suami adalah mencari uang, tugas istri adalah menghabiskan uang suami #okesip #dikeplak
Om-ku orangnya keras, disiplin, tegas. Kalau sudah bilang tidak ya tidak, kalau iya ya iya. Aku tidak mengatakan bahwa pembagian "kewenangan" dan pola asuh semacam ini adalah ideal, karena ideal tidaknya tergantung kondisi keluarga masing-masing. Tapi terbukti, anak-anak Om-ku ini menjadi sosok yang bisa aku bilang "jadi", mempunyai karakter sendiri yang cukup tampak unik.

Dek Gema, 24 tahun, dengan karakter kalemnya, gak pernah memotong pembicaraan orang lain, hormat kepada saudara-saudara yang lebih tua, giat bekerja, mandiri, dan insya Allah shalatnya juga rajin. Punya jaringan kerja yang cukup luas, sehingga kadang ada pekerjaan di Surabaya yang diterimanya. Dan biasanya kalau ke Surabaya, kami menyempatkan bertemu, walau hanya untuk sarapan pecel muahal di jalan Ahmad Yani dan mengobrol ringan. Dari pekerjaannya itu, alhamdulillah dulu dia bisa beli laptop sendiri, pindah ke kosan yang lebih "layak", dan beli skuter :)
Dek Bimbo, anak kedua, kelas 3 SMA, karakternya lebih pendiam lagi :) Dia seolah nrimo dengan keadaan yang ada, sopan, dan cenderung gak mau nggawe rame sama orang.
Dek Berlian (atau panggilannya DR -De eR), anak ketiga, kelas 1 SMA, karakternya banyak bicara, suka protes kalau ada orang bicara yang tidak sesuai dengan pendapatnya, senang pelajaran IPS, dan bercita-cita jadi Diplomat. Yak, cocok lah ya. Sebenernya jadi pengacara juga bisa, tapi kami setuju nggak usah lah bekerja di bidang hukum, godaan dan ujiannya banyak banget.
Oya, waktu dia dulu disunat pun, dia banyak banget mengajukan pertanyaan kepada dokternya sesaat sebelum prosesi sunat berlangsung. Sunatnya pake sinar laser.
"Dok, nanti langkah-langkahnya gimana?"
"Dok, sakit nggak?"
"Dok, apa yang akan dilakukan kalau tiba-tiba listriknya mati di tengah jalan? Apa yang akan terjadi dengan titit saya? Apakah dia bisa selamat?"
"Dok, berapa hari sembuhnya?"
"Dok, kapan saya bisa main bola lagi?"
"Dok... sebenarnya saya takut!" #eaaaaaaaaaaa

Satu hal yang membuat mereka bertiga terlihat kompak... Mereka suka main gitar (dan kadang nge-band). Dek Berlian dan temen band-nya dulu katanya pernah menang lomba menciptakan lagu, yaitu lagu tentang cinta Indonesia gitu lah. Aku sempat menggoda, "Oh, kirain lagu cinta-cintaan gitu". "Enggak lah mbak, nggilani ah lagu begituan, manja!". Dia nggak tau, aku suka mendengarkan macem lagu nggilani tersebut :D Dan kesamaan mereka lainnya, mereka family man alias sayang banget sama keluarga. Dengan caranya masing-masing.

Kembali ke pembahasan awal, dek Gema dan dek Wiwit (bersama keluarga, sebelum om-ku meninggal), telah membuat beberapa rencana kehidupan mereka setelah menikah.
Dek Gema bertekad menyelesaikan S1 nya dulu sebelum menikah (dan kini baru saja terlewati, cuma belum wisuda aja), mereka berdua akan menempuh S2 secara bergantian biar nggak menggeh-menggeh secara finansial (sekarang kabarnya dek Wiwit sudah diterima dengan beasiswa S2 di UGM juga), lalu kemungkinan mereka akan tinggal di Jawa Tengah (Jogja mungkin).
Dan untuk pekerjaan, pengennya yang satu PNS, yang lain swasta aja. Kalau aku melihat, dek Gema kayaknya yang cocok kerja di swasta, karena potensi kecerdasannya eman-eman kalau nantinya hanya jadi PNS *anyone, no offense please, aku gak bermaksud menyinggung para PNS. Lha wong bapak ibuku sendiri juga PNS, heuheu*. Sementara dek Wiwit nanti mungkin bisa jadi dosen :) Oya, sejak beberapa bulan yang lalu, dek Gema mengabari kalau dek Wiwit sudah pakai hijab. Alhamdulillah... semoga istiqomah. Tambah cantik deh :)
Itu rencana manusia... Akhirnya hanya Tuhan yang punya hak sepenuhnya untuk mengabulkan, menunda, atau tidak mengabulkan.

sumber gambar
Yaaa, kita semua tumbuh! Menjadi tua.
Kita semua berkembang. Menjadi semakin dewasa. Semakin banyak pelajaran hidup yang didapatkan. Semakin banyak hikmah kehidupan yang seharusnya dapat dipetik. Semua berusaha meraih masa depan yang lebih maju dari hari ke hari. Semua ingin menggapai cita-cita dan cintanya. Semoga terkabul. Amiiinnn...

Wassalamu'alaikum

21 comments:

  1. aamiinn,
    tumbuh kembang tua kemudian pergi menghadap Sang Khaliq, itulah alur kehidupan yang dilalui setiap manusia..meninggalkan kenangan yang baik atau yang buruk..yang akan menjadi bahan kisah hingga akhir zaman :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul. Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan budi.
      Insya Allah budi baik. amiiinn :)

      Delete
  2. kalau orang sini bilangnya lain lagi Pet, man plans, God laughs :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. God laughs jareee -_-"
      ya intinya manusia yang butuh Tuhan, dan tidak sebaliknya :)

      Delete
  3. waduh sudah mau di langkahi adeknya nih.. ga apa apa ya... tidak bermasalah kalau itu mah... semoga bisa segera menyusul...

    hidup perlu dijalani dan perlu selalu membaca kehidupan biar tambah pinter dan tidak menyesal kalau nanti di suruh sudah sama yang Kuasa....

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiiin... Betul, selagi belum "diutus" oleh Tuhan untuk berumah tangga, ada baiknya memang selalu belajar untuk mempersiapkan diri kali ya :)

      Delete
  4. semoga yang dicita-citakan terkabul..aminn;)..
    Mb Pety ikutan GA ku yuuk.. mudah dan singkat aja.. ditunggu ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiiinn, makasih doanya mbak :)
      yep, GiveAway part two: participated! :)

      Delete
  5. sebuah kenyataan yang kadang tidak kita sadari ya
    sering kerasa kalo pulang kampung
    anak ingusan yang dulu suka aku gendong kemana mana, sekarang dah pada ngegendong anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah, yang dulu digendong, sekarang udah punya anak??? *kira2 umurnya mas Rawins berapa yaaa?* hahaha piss

      Delete
  6. tidak sadar bahwa ketika sampai di kampung banyak yang sudah berubah, semua terasa asing apalagi sudah puluhan tahun tidak pulang

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa betuuull... Wah, gimana rasanya ya udah puluhan tahun gak pulang? hmmm :)

      Delete
  7. hmm, saya bingung mau bilang apa.. :D
    soal pendadaran, saya juga pake *lha saya juga mantan anak UGM.. #ampun!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hola mas Affan Ibnu Rahmadi... :)
      salam buat Jogja dan Mataram ya... Boleh lho kalo mau bawain saya mutiara, wkwk

      Delete
  8. kayaknya kenalan dulu deh sebelum berkomentar lebih jauh :)

    ReplyDelete
  9. Sepuluh jari tersusun rapi, bunga melati pengharum hati, comen terkirim pengganti diri, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN di hari yang suci nan fitri ini saya selaku admin bisonl.info mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H, MINAL AIDIN WALFAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN bagi yang merayakan hari kemenangan

    ReplyDelete
  10. sepertinya si kakak pety puri ini orgnya friendly sekali:) salam kenal kakak *jabattangan*

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe i like to make a friendship :)
      salam kenal juga mbak Nani *ciduciiii*... ur twitter followed back :)

      Delete
  11. Wow rencana kehidupan...Keren
    mengingatkanku pada bab 12 ayat ayat cinta dimana Fahri menyusun peta kehidupan.
    btw kalau di Unair mungkin namanya ujian comprehensive, artinya selai skirpsi dia mahasiswa juga dituntut nguasani materi selama kuliah 4 tahun @_@ (jadinya ini penceplokan)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduw masih inget aja itu di bab 12 :p
      iya, aku pernah denger ujian penceplokan, eh komprehensif, di Unair. Khususnya di FEB kali ya mas, soale di Psiko jamanku belum ada :D Adanya pas S2 ini, di akhir semester 2, ada ujian tulis & lisan tentang seluruh materi semester 1 & 2, namanya ujian Kelayakan. Kalo gak lulus, ada kesempatan ngulang ujian atau "out" :(

      Delete