"Ngeyel" Itu Juga Ada Aturannya, Jenderal

, , 14 comments
Assalamu'alaikum

Kriiiiingg... kriinnggg... HP ku berbunyi. Ada telepon dari nomor tak kukenal.
"Assalamu'alaikum. Loha?"
"Halo... ini benar bu Mawar?" --> sebut saja namanya begitu. Aku lupa perempuan di ujung sana bertanya tentang sebuah nama yang tak kukenal. Kasian sekali, Mawar selalu menjadi kambing hitam.
"Oh, bukan bu"
"Oh ya? Ini bukan istrinya pak Arif?" --> mohon maaf bagi yang bernama Pak Arif, yang sama dengan kisah ini
"Hah? Bukan bu"
"Ibu ini tinggal di Sidoarjo, bukan?"
"Hah? Bukan bu" --> jawaban nggak kreatif.
"Oh gitu...", ada nada kecewa dalam suaranya karena bukan bu Mawar ternyata yang sedang dia telepon.
"Iya, bukan. Mungkin salah sambung"
"Eh tapi...", lalu dia nyerocos seolah-olah yakin banget kalo aku adalah bu Mawar sesuai perkirannya.
Setelah aku yakinkan bahwa aku bukan Mawar, lalu dia menutup telepon.


Habis itu, tak lama kemudian, ada SMS masuk. Dia lagi!
"Maaf, ini benar bu Mawar yang rumahnya Sidoarjo, istrinya pak Arif?" tulisnya.
"Bukan, nama saya Fatma", balasku singkat. Kemudian aku menyesal kenapa harus menyebut nama asliku.
Eeetapi dia masih ngeyel. Menanyakan hal ini itu dengan pede-nya. Aku yang waktu itu mau pulang ke Kediri harus menahan napsu biar gak bete *sebegitunya. Semua SMS nya gak aku bales. Males.

Sampe Kediri pun, dia masih terus-menerus SMS yang semakin lama semakin gak jelas arah pembicaraannya. Aku gak paham. Sepertinya dia lagi ada masalah keluarga, persisnya masalah rumah tangga dengan yang dia sebut sebagai bu Mawar dan pak Arif itu. Dan sialnya aku yang jadi korbannya *sigh. Tapi sebelumnya, dia kembali SMS gak jelas dengan bilang:
"Barangnya sudah saya kirim bu. Kira-kira ibu ada di rumah? Siapa tau nanti pas barangnya datang nggak ada orang."
Aku bales dengan jawaban diplomatis dan berharap dia nggak bakal SMS aku lagi selamanya. Poreper.
"Maaf bu, ibu salah sambung. Mohon dicek lagi nomor yang akan ibu hubungi. Atau tanya kepada saudara-saudara ibu Mawar, berapa nomornya bu Mawar. Dan maaf kalau nanti saya nggak akan balas SMS ibu lagi."
Trus tiba-tiba dia sewot dengan bales, "Oke. Tapi hati-hati ya bu kalau nanti suami ibu saya rebut."
Glodak! Gubrak! Tilulit...tulit tuliiittt!!! *petir menyambar, halilintar menggelegar
Aku diemin SMS itu, nahan esmosi. Beberapa jam kemudian aku hapus, nggak pernah bales lagi SMS-SMS apapun dari dia. Sekitar dua bulan lebih gitu.

Sampe kemariiinnn... ada SMS lagi.
"Hibur suami kamu biar gak stres di jalan mbak, dan bilang tolong jangan pernah ganggu aku lagi" --> wah, pak Arif stres sampe berkeliaran di jalan yak?
Nggak aku bales. Bodo amat. Ngabisin energi. Beberapa jam kemudian, dia SMS lagi:
"Jadi istri tu harus bisa bahagiakan suami. Bisa membimbing suami ke jalan yang benar. Jadilah kamu wanita sempurna di mata suami dan jangan kamu mau dibodohi suamimu, apalagi kamu gak sempurna sebagai seorang istri. Hati-hati dan waspadalah..."
Krompyaaaanggg! Kayaknya dia habis liat bang Napi deh.
-----

Dari situ, aku bisa menarik beberapa asumsi ngawur mengenai kondisi si ibu ini, sebut saja A (in case aku gak tau siapa nama dia sampe saat ini):
  1. Asumsi 1: Bu A ini kesel sama istri pak Arif karena pak Arif mencoba mendekatinya, padahal dia nggak suka. Dia anggap istrinya nggak bisa jaga suami. Mungkin awalnya dia sempet suka sih --> di SMS dia yang bilang bahwa dia bakal ngrebut pak Arif dari istrinya.
  2. Asumsi 2: Bu A kesel sama pak Arif yang akhirnya berbuat ulah sama dia (entah apa) --> di SMS yang dia bilang kalo istri itu harus bisa membimbing dan membahagiakan suami. Harus menjadi istri sempurna dan jangan mau dibodohi.
  3. Asumsi 3: Bu A kebanyakan waktu nganggur di rumahnya sampe sempet-sempetnya mengumpat orang lain dan menceritakan keburukannya lewat SMS. Dia lebih senang mengumpulkan energi negatif (eneg) dari sekitarnya daripada energi positif (epos) -meminjam istilah motivator, Pak Jamil Azzaini-
  4. Asumsi 4: Bu A tipe orang yang nggak gampang percayaan sama orang lain. Dibilangin 100x lagi pun, dia mungkin bakal kekeuh sama pendapatnya sendiri. In another hand, pada beberapa kasus, orang yang gak mudah percaya juga tidak akan mudah dipercaya orang lain lho :)
  5. Asumsi 5: Sebenernya bu A lagi stres dan butuh konsultasi sama psikolog, tapi malu untuk terus terang *benerin jilbab dan jas*
  6. Asumsi 6: Ibu ini adalah ibunya Dude Harlino yang disuruh oleh Dude untuk memancing reaksiku dengan situasi yang menyebalkan sebagai usahanya untuk mengetahui kepribadianku yang sebenarnya.
  7. Asumsi 7: Dari keseluruhan asumsi, hanya asumsi nomor 6 lah yang paling absurd.
Whoever you are, kalo niatnya udah bulet untuk ngeyel (seperti kisah ibu tadi), tolong perhatikan "aturan-aturan" ini dulu. Karena apa? Karena ngeyel (bersikukuh, bersikeras) itu juga ada aturannya, Jenderal!
  1. Pastikan anda ngeyel untuk sesuatu yang anda YAKINI SEKALI sebagai sesuatu yang BENAR. Bukan hanya benar dari kacamata anda pribadi, tapi juga dengan memperhatikan opini orang lain.
  2. Pastikan anda ngeyel kepada orang yang tepat. Percuma anda ngeyel kepada orang yang tidak tahu-menahu masalah anda.
  3. Pastikan anda ngeyel dengan kalimat yang santun dan elegan. Bahasa menunjukkan bangsa. Aku masih yakin itu. Bahasa menunjukkan kepribadian anda. Oke, mungkin postinganku kali ini juga tidak cukup elegan bahasanya.
  4. Pastikan anda tidak ngeyel melalui media tertulis jika itu merupakan hal yang sangat urgent untuk disampaikan, seperti lewat SMS, BBM, email, chatting, media sosial, dsb. Karena hal ini akan cukup sulit untuk melakukan klarifikasi terhadap mis-komunikasi yang mungkin terjadi. Anda susah, lawan bicara anda lebih susah :p
  5. Sebelum menasihati orang lain dengan panjang lebar terhadap ke-ngeyel-an anda, pastikan: anda ngeyel untuk hal yang benar, kepada orang yang tepat, dengan kalimat yang santun dan elegan, sebisa mungkin tidak melalui media tulis.
  6. Merasalah CUKUP dengan kondisi anda sendiri saat ini. Cukup bahagialah memiliki keluarga yang masih memperhatikan anda, anak-anak yang celotehnya memenuhi rumah anda setiap hari, teman-teman yang mendukung aktivitas positif anda, dan orang lain yang menghargai kerja keras anda. Dengan demikian, anda akan merasa tidak punya waktu lagi untuk sekedar mengurusi hal remeh-temeh orang lain <-- *bicara apa saya? Apa saya ini juga lagi mengurusi hal remeh-temeh orang lain?*
Wassalamu'alaikum
nb: Sumber gambar dari sini

14 comments:

  1. hehehehe mungkin hanya salah faham saja.. itu pasti salah kamar ya.. kalau dilihat lihat lucu ceritanya.. kok ada ya Ibu Ibu kayak gitu ngotot banget ya.. oh ya makasih ya buat masukin blog saya kesini, jadi tersanjung. tapi kok tidak update ya... aneh. hiks:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, aku juga 100% yakin salah kamar kok mas :)
      kalo udah lewat gini emang jadi lucu ceritanya. Kalo dulu pas kejadiannya, bikin otak mendidih *lebay*

      eh, update kok link-nya... mungkin nggak "seketika" nongol disini ketika update disana :)

      Delete
  2. wahakakakakaka... sudah dibilangin kok yo masih ngeyel, kayak orang kapan hari nyasar ke hapeku tanya lewat telepon: "halo, ini bus restu panda ya? saya mau pesen bis parisisata, berapa?", "maaf saya bukan bus restu panda", "trus ini nomer siapa?", "nomer saya sendiri", "kalo mau pesen bus restu panda ke nomer berapa?" @#$$#@$%%^$^^...

    ReplyDelete
    Replies
    1. pasti @#$$#@$%%^$^^ itu maksudnya: "YE MENEKETEHE!" haha...
      ya begitulah, banyak orang unik jaman sekarang :D

      Delete
  3. Aku juga pernah dapat sms nyasar kaya begitu mba,yang isinya pertengkaran antara sang suami dan istri
    tapi ambil aja segi positifnya,bahwa sebagai pelajaran sederhana untuk dikemudian hari jika hal tsb terjadi kepada kita jauh lebih bijak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas Andy, akhirnya memang mau gak mau jadi pelajaran kalo ntar berumah tangga *kesannya terpaksa banget*
      tapi kok ya...udah dibilangin salah sambung, masih ngeyel :))

      Delete
  4. wakakakkaka #ngakak berat siang-siang baca ini ngantuk langsung hilang!!! apes banget sih nasibmu dik pety, hahahaha #lho teman kena apes koq diketawain!! #huahahahaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmmm temen kena pitnah mbakkk, piiitttnnaaah...malah diketawain *bakar ban*
      haha...ya gitu deeh, biarlah orang memuaskan napsunya marah2 ke saya, saya mah teteeep asiiikk :)

      Delete
  5. Halo ini bu fatma ya, itu istrinya Pak Amir yang tinggal di jakarta itu lho, yang pengusaha batu bara itu. Eh, ibu Fatma denger-denger Pak Amirnya nikah lagi ya. Aduuh ibu yang kuat ya.... Saya juga gitu bu, kesal banget ama suami saya. Eh, dia main mata ama sekretarisnya. Ingin lho bu saya datangin tu rumah sekretarisnya, mau saya damprat dia. Eh , kalau ibu bagaimana? emangnya ibu mauPak Amirnya nikah lagi? Aduuuh saya kok banyak omong ya. Tapi bener ini Ibu fatma kan?

    ReplyDelete
  6. Saya berasumsi ibu tuh emang ngeyelin. Eh ini kesimpulan ya..
    Masa iya ngeyelnya berlarut-larut gitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngeyelin? nyebelin ta? hehe anda benar :)
      dan beberapa hari lalu bertambah pula ke-ngeyel-annya. Tapi gak enak kalo dipublish, kata2nya kasar banget dan gak sopan, ntar malah mengotori blog saya :)

      makasih sudah mampir, salam kenal, mas Hijriyan...

      Delete
  7. aku juga pernah dapat telepon, dia malah kesal sama aku karena nggak ngaku kalau aku adalah orang yang dimaksud sampai aku ajak ketemuan

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, kalo aku mah ogah kalo ngajak ketemuan. Ntar malah jadi adegan Termehek-mehek, jambak-jambakan rambut, maki-maki di depan umum, yang mana dia tetep kekeuh dengan pendapatnya sendiri :(

      Delete