Siapa Masih Gengsi Naik Sepur?

, , 12 comments
Assalamu'alaikum

Penuh. Seperti biasa. Stasiun Gubeng Surabaya pagi itu.
Sempet kesel karena ternyata untuk penumpang kelas ekonomi, pintu masuknya berubah menjadi di sebelah barat, alias di sebelahnya Grand City Mall Surabaya. Padahal dulu semua penumpang boleh memilih untuk masuk dari pintu barat maupun timur (sebelah PDAM Kota Surabaya).
"Mau kemana mbak? Jakarta?" tanya seseorang.
"Enggak, Kediri, Pak" jawabku singkat yang sudah terburu-buru. "Harus lewat sana ya Pak masuknya?" tanganku sambil menunjuk pintu barat seberang sono.
"Iya."
Dan masalahnya adalah seberang sono itu harus muter keluar stasiun, gak boleh menerobos pintu masuk timur.
Muka udah mulai kucel.


"Mau ojek mbak? Cuma 5 ribu!"
"Enggak Pak"
"Daripada mbaknya muter, jauh lho mbak"
"Enggak Pak, saya masih ditungguin yang nganter kok", jawabku dengan tetap berjalan.
"Cuma 5 ribu, ayo murah mbak", tukang ojek tetap ngotot.
"Mboten Pak, matur suwun (tidak Pak, terima kasih)", jawabku menegaskan sambil berlalu dengan cepat kemudian lari-lari kecil.
Yak, semoga masih nutut nih jamnya buat muter balik ke pintu barat. Cuma itu dalam pikiranku.

Bagi orang-orang yang merasa nyaman bepergian dengan angkutan umum nan massal (bener-bener massal), kereta api alias sepur masih menjadi pilihan yang masuk dalam hitungan. Satu kali jalan, sepur bisa terdiri dari 5-10 gerbong (dari pengamatanku). Di kelas ekonomi, satu gerbong kapasitasnya 106 penumpang, sehingga jika ada 10 gerbong, penumpang yang bisa diangkut ada 1.060 (seribu enam puluh) penumpang.

Untuk harga? Jangan khawatir! MURAH MERIAH. Oke, lebih tepatnya MURAH aja, gak pake meriah. Untuk jurusan Surabaya-Kediri misalnya (dan sebaliknya), dengan sepur Rapih Dhoho, waktu tempuhnya 3,5-4 jam perjalanan (jarak Surabaya-Kediri kurang lebih 116 kilometer), dipatok dengan harga Rp 5.500,- (lima ribu lima ratus rupiah). Murah, bukan?
Bandingkan dengan harga bus ekonomi (masih dengan jurusan Surabaya-Kediri dan sebaliknya) yang harga termurahnya Rp 14.000,- s.d Rp 15.000,-. Sedangkan untuk bus Patas alias Cepat Terbatas, harganya Rp 25.000,-. Kalau travel? Siap-siap dengan kocek Rp 55.000,- s.d Rp 60.000,-. Apalagi naik pesawat! Bangun dulu bandaranya di Kediri :)
Ah ya, mungkin aku salah. Bisa juga dikatakan naik sepur itu juga MERIAH. Apa sebab? Karena buanyaknya pedagang dan pengamen yang "memeriahkan" sepanjang perjalanan Anda :)

Semenjak aku tau berubahnya pintu masuk yang dibedakan antara penumpang ekonomi dan bisnis serta eksekutif ini, feeling-ku bilang kalo pasti ada "perubahan-perubahan lain" yang terjadi di stasiun dan sistem perkeretapian disini *sok banget*
Dan bener aja, ada beberapa perubahan yang kalau tidak salah dimulai per 1 November 2011 lalu (menurut salah seorang penumpang). Ini dia:

1. Tampang tiket
Tiket sepur yang tadinya berbentuk persegi panjang kecil kaku dengan warna hijau-abu, sekarang berubah menjadi selembar kertas tipis, dengan nomor gerbong dan nomor kursi tertentu. Pake sistem on-line lho. Berani duduk di kursi yang bukan "milik" Anda? Bersiap-siaplah berhadapan dengan petugas :) Kalo jaringan on-line sedang bermasalah? Tunggulah dengan sabar hingga sistem sembuh :)
Oya, yang cukup melegakan adalah adanya stempel dari petugas tiket yang berbunyi "PERJALANAN BEBAS ASAP ROKOK". Jadi, siap-siap aja dilempar keluar sama penumpang lain kalo merokok sembarangan di dalam sepur. Kadang sih cowok2 merokok di dekat pintu keluar-masuk, di dekat sambungan gerbong.
Artinya: Cari gerbong nomor 1, duduklah di kursi 17 D
2. Kepadatan penumpang
Karena jumlah penumpang dibatasi oleh kursi yang tersedia, gak ada lagi tuh penumpang yang berdiri menyesaki jalanan diantara kursi-kursi.
*mengenang kejadian yang dulu gak jarang harus rela berdiri selama beberapa jam karena kursi sudah penuh, sementara aku tetep harus pulkam*
Apalagi jaman dulu kalo lagi ngantuk-ngantuknya, sementara ada ibu-ibu tua berdiri gak dapet kursi. Mau dikasihin kursinya ya sayang, mau enggak kok ya gak tega *ketauan egoisnya*
Gak tau lagi deh kalo pas Lebaran & liburan. Apa masih gini ya  penampakannya? Hmmm...
3. Petugas cleaning service
Setidaknya ketika jadwal sepur jam 8 pagi dari Surabaya, petugas bersih-bersihnya, yang tugasnya menyapu lantai tetangga, eh lantai sepur dari kejamnya pembuang sampah sembarangan (termasuk aku), adalah petugas berseragam yang aku taksir adalah bapak2 dan mas2 karyawan outsourcing. Beda dengan dulu yang bisa aja "sembarangan orang" menyapu lantai lalu meminta uang kepada para penumpangnya (walau seikhlasnya sih). 
Oya, kenapa aku lebih memilih membuang sampah di dalam gerbong daripada ke luar gerbong? Karena di dalam gerbong nantinya PASTI ada petugas yang membersihkannya. Sedangkan kalau ke luar, sampah nantinya akan berhamburan, mengotori sepanjang jalan perlintasan sepur. Campur aduk antara botol minuman, makanan tak habis, plastik, daun, dsb. Iya kalo masyarakat sekitar rel sepur mau sadar membersihkannya. Kalau nggak? Hiiii bumi jadi sampah bo'. Well, mungkin ini tidak terdengar cukup bijak. Lebih bijak lagi kalo sampahnya kita masukin ke kresek, kita bawa sampe ke rumah, baru deh buang ke tempat sampah di rumah #eaaa ada yang mau melakukannya? :)

Pokoknya entah mengapa dan bagaimana, kepulanganku ke Kediri beberapa hari yang lalu bener-bener bisa membuat hati lega, pikiran jernih, pandangan bersih, dan mampu menatap masa depan dengan lebih cerah. Oke, ini lebay. Yang bener adalah perjalanan kemarin salah satu perjalanan sepur kelas ekonomi paling nyaman. Bebas asap rokok, gak berdesak-desakan, sepur bersih. Pengelolaan yang cukup baik dan meningkat dari sebelumnya.
Jadi, masih ada yang gengsi naik sepur dengan harga gocengan tersebut? :)
Tapi tetap jangan lupakan slogan "Murah Njaluk Penak" (Murah Minta Enak) ya, heuheu. Ya seenak-enaknya angkutan kelas ekonomi, tetep adaaaa aja kurangnya. Gak ada AC lah, kurang layak toiletnya lah, terlalu mahal harga makanan dan minuman dari restorasi lah, kurang cepet lah, dkk.

Btw, kalo ada yang pengen tau stasiun-stasiun mana aja yang dilewati oleh sepur Rapih Dhoho jurusan Surabaya-Kediri (dan sebaliknya), dan tentu saja sepur berhenti banyak kali, ini dia:
  1. berangkat dari Stasiun Gubeng
  2. Stasiun Wonokromo
  3. Stasiun Sepanjang
  4. Stasiun Krian
  5. Stasiun Kedinding
  6. Stasiun Tarik
  7. Stasiun Mojokerto
  8. Stasiun Curahmalang
  9. Stasiun Sumobito
  10. Stasiun Peterongan
  11. Stasiun Jombang
  12. Stasiun Kertosono (tempat orang-orang turun buat beli nasi pecel tumpang karena berhentinya bisa setengah jam lebih. Biar kereta gak kres. Sekalian lokomotifnya pindah, dari depan ke belakang)
  13. Stasiun Purwoasri
  14. Stasiun Papar
  15. Stasiun Minggiran
  16. Stasiun Susuhan
  17. Stasiun Kediri
Salah 1 tempat syutingnya Dude Harlino di film "Dalam Mihrab Cinta", wkwkwk
Daripada capek mikirin "kok gak sampe-sampe ya?", mending TIDUR aja deh :) Tetap hati-hati dengan barang bawaan Anda ya... Selamat berkunjung ke Kediri, guys! *lho*

Wassalamu'alaikum

Catatan: Gambar diambil dari sini, sini, sini, dan sini

12 comments:

  1. Aqua..Aqua...Mizon....Mizon....Bakpia (suara keras di awal...suara pelan di akhir) wah kayaknya aku mau nulis juga tentang kereta..secara kemarin PP Sby-Jogja. tapi nunggu capeknya ilang dulu hehe.. oiya btw aku koq ga pernah ngerasa ya dulu syuting di Stasiun Kediri sama Dek Asmirandah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe DL ta mas? mosok naik kreta ekonomi? bukannya bisnis/ eksekutip? :)

      halaaah... sampeyan itu bukan Dude, tapi Pasha yg kemarin ngeluarin album baru "I Need You" itu lho *orangnya keGe-er-an*

      Delete
  2. Belum pernah naik Rapih Dhoho selama hidup 4 tahun di Surabaya ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe murah meriah mas Galih!
      lhaaa emang pernah 4 tahun di Sby ya? tak kira di Jakarta :D

      Delete
  3. Wah mbak fatma, sayang sekali pas 4 tahun di sby belum sempat ngrasain kereta kediri-sby. Soalnya di jaman saya dulu kondisi perkereta apian ekonomi tidak lebih nyaman dari sekarang @_@

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah Joko bisa aja, hehe... Wong dulu meski sepur ekonomi masih "berantakan" kondisinya, saya juga sering naik sepur kok, heuheu

      Delete
  4. Merindukan kediri dan semua2nya yg berkaitan ma kediri :D

    Hihi murah meriah fatma, meriah itu klo lagi gak dapet tempat duduk, nyuwel sampek dempet2an tapi pedagangnya ndak berhenti2 :))
    Hihi udah gak ada pedagangnya y? Dulu baru aja berangkat dah beli jajanan :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe kita pernah senasib *tos*
      btw, sekarang ternyata masih ada pedagang-bebas nya Sar, cuma kalo sepur jam5 atau jam8 pagi dr Sby masih kebanyakan penjaja dari restorasinya sendiri :)

      Delete
  5. Huwaa jadi pengen numpak sepur, aku sih sekali numpak sepur. Waktu itu mau hunting foto ke Jogja bareng2 teman kuliah sama dosen fotografi. Kereta ekonomi, aduhhh capek euy.

    Sekali itu doank sih. Pengen deh lain kali naik sepur :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo ayo ramaikan sepur sebagai alternatif angkutan umum yang murah meriah & gak bikin jalan macet *duta sepur kediri* :))

      Delete
  6. makasih mbak Pety Puri atas infonya....
    begini mbak, saya dapat pekerjaan yang tempatnya dekat dengan stasiun curah malang, kalau pulang ke malang. pertanyaannya, lebih enak lewat jombang, kertosono, terus oper bis jombang malang, atau turun di kediri, terus naik bis kediri malang, atau dari curah malang ke arah surabaya turun gubeng trus oper KA Penataran yang ke malang...
    pertimbangan saya yang irit saja mbak..kalau jadwalnya bisa saya atur kok...segera infonya mbak nggeh....maturnuwun sanget....

    ReplyDelete
    Replies
    1. maap balesnya lama mas.
      Dan sebenernya saya gak ahli masalah ngitung jarak dan biaya, plus transport yang paling cepat & murah menuju tujuan.
      Kayaknya sih... kayaknya lo ya... Dari jombang, trus naik bus ke Malang juga lumayan cepet, mungkin 3-4 jam'an.
      Kalo ke kediri trus malang, atau ke surabaya trus malang, kayaknya lebih jauh tuh, mas/ mbak. Maaf kalo jawabannya kurang memuaskan :D

      Delete