Assalamu'alaikum
Setidaknya dalam 2 minggu terakhir ini, aku mendengarkan 2 peristiwa tentang 2 cinta yang berbeda. Apa aja itu???
Nah ceritanya, si cewek ini galau, karena sebenernya dia masih "ada rasa" sama cowok yang dulu nge-pedekate-in dia juga, tapi beberapa minggu ini sama sekali putus komunikasi dan tak tau entah dimana rimbanya saat ini. Yaaahhh... agak sedih lah si cewek. Maklum, gimana sih rasanya kalo udah sekian lama (beberapa bulan) ada yang merhatiin aktivitas sehari-harinya, ada yang bantu ngerjain tugasnya secara gratis tis, ada yang suka sms "selamat kerja ya..." dan lain-lain semacam itu, trus tiba-tiba putus komunikasi gitu aja?!?! Kecewa iya. Sedih iya. Galau iya. Sebut aja cowok ini si A.
Di tengah-tengah dia berusaha melupakan masa lalunya yang ternyata tak kunjung lupa-lupa juga (ehem), ada lagi si ibu-ibu yang tiba-tiba dateng menawarkan mau gak dikenalin sama anak temennya? Hadeeeh, belum kelar yang satu, udah dateng lagi yang lain (si cewek ini rupanya "laku keras" di pasaran), halaaah kayak cabe aja. Entahlah, sampe sekarang belum jelas juga siapa (sebut aja si C) ini. Jadi kita gak akan bahas lebih lanjut si C.
Yang cukup menarik adalah sebenernya si cewek cukup "lugu" (hmmm apa ya istilah yang lebih pas), hehe maap maap aja ya, nyebutnya sembarangan gini :) Jadi, menurutku sih gak papa kalo mereka gak saling nge-add FB, lagian juga si cewek wajar aja kalo ogah proaktif (ntar dikira agresif) *ih apaan sih*
Tapi masalahnya begini, sodara-sodara. Si cewek bilang kalo gak bisa menelusuri lebih jauh tentang cowok tersebut (si B) karena informasi yang dipasang di FB nya terbatas banget. Hmmm kalian tau kan, meskipun kita belum jadi friend sama seseorang di FB, tapi kita tetep bisa liat minimal halaman "info"nya dia? Nah, lagi galau-galau gitu, aku tanyain deh siapa nama lengkap si B. Trus si cewek ngasih tau aku, langsung aku search di FBku, ternyata ada beberapa mutual friend antara aku dan si B. Maklum, kampus kami tetanggaan ternyata, jadi sangat mungkin kami mempunyai teman yang sama di FB.
Well, aku juga gak nge-add si B, karena pada dasarnya aku gak kenal sama dia. Dan setelah aku telisik dengan teliti *tsaaah*, aku temuin tuh alamat blog si B. Wuih, ternyata dia ngeblog juga! Asik asiikk... Dan entah kenapa, tiap kali aku tau ada orang yang ngeblog rasanya kayak menemukan sodara seperjuangan gitu deh (ini asli lebay). Honestly, menurutku orang yang ngeblog itu setidaknya punya "perasaan" dan keinginan untuk BERBAGI ke orang lain, yaahh walau itu cuma berbagi cerita sampah! *ngomong sama diri sendiri* :D
Sooo, langsung deh aku meluncur ke blog si B. Dan kagetnya lagi, ternyata si cewek malah belum tau kalo si B itu punya blog *tepok jidat*. Sssttt rahasia ya, kayaknya si cewek ini emang sering melewatkan hal-hal detail kayak gini *eh, malah rumpi*
Yaaa, karena si cewek personally minta pendapat ke aku tentang bagaimana hasil analisisku mengenai bagaimana gambaran diri si B dilihat dari blognya, ya aku sebagaicalon peramal dukun psikolog seorang teman yang juga blogger (ehem), menceritakan hasil terawanganku berdasarkan posting-postingannya si B, alias tulisan-tulisannya.
Oh ya, bagi yang selama ini masih menganggap weblog alias blog itu ya sekedar tulisan yang ditulis oleh seseorang, yang menceritakan kehidupan pribadinya (yah, namanya juga "jurnal pribadi"), perlu diketahui bahwa blog itu DAPAT BERCERITA BANYAK HAL. Eng ing eenngg... (lho, kok jadi serem gini?)
Trust me, sebohong-bohongnya orang menulis di blog (ceritanya cuma rekaan), ada masanya juga dia akan bercerita tentang "dirinya yang sebenarnya". Atau, sepandai-pandainya dia memakai topeng, akhirnya "dapat dibaca" kok bagaimana dia sebenarnya, dilihat dari pola tulisannya. Makanya itu tadi, ONE'S BLOG TELLS SO MUCH THINGS! Oke, itu tadi asli sotoy :D
Akhirnya, setelah aku baca beberapa postingannya, udah dapat ditebak tuh bagaimana hubungan si cowok dengan keluarganya, dimana dan bagaimana dia bekerja dan menghadapi pekerjaannya, bagaimana pandangannya tentang "pernikahan" dan agama, perempuan seperti apa yang dia inginkan untuk jadi istrinya kelak, apa hobinya, dsb. Naaah, bukan salah saya kan kalau jadi ketahuan semuanya? Salah dia sendiri kenapa bikin blog! Salah sendiri si B "terlalu jujur" bercerita tentang dirinya di blognya *ngomong sama kaca lagi* :) Aku memang belum baca semua postingannya, tapi di blog itu ada benang merahnya, bagaimana asumsiku yang pertama misalnya, diperkuat oleh tulisannya yang lain di hari atau bulan lain.
Nah, setelah setengah jam lebih aku ngoprek-ngoprek blognya, aku ngasih gambaran ke si cewek tadi. Dan beberapa asumsiku benar (karena dari perkenalan sebelumnya, si B memang menceritakan hal yang sama ke cewek itu). Tapi aku bilang, ORANG BISA BERUBAH *tsaaahh* Apalagi tu blog udah lama banget gak di-update. Dan aku juga bilang yang keliatan di blognya masih sisi-sisi "baik"nya aja dari si B, makanya aku bilang, coba gali lagi apa kelemahan atau kekurangannya sendiri. Juga aku menekankan, jangan putus istikharahnya *sok jadi ustadzah gadungan*, karena apa yang tampak baik di mata kita, belum tentu baik juga di mata Allah. Hanya Allah lah yang Maha Menetapkan dan Memantapkan hati hambaNya. Manusia mah cuma bisa berdoa, menyelaraskan keinginan dan kebutuhannya dengan kehendak Tuhan, merengek kepada Tuhan, agar Tuhan juga berbelas kasih untuk memberikan "manusia pilihan"nya untuk kita, pada saat yang TEPAT :)
Daann, bagaimana kondisi si cewek sekarang? Kayaknya masih ada galau-galaunya tuh, haha. Yah, setidaknya aku merasa telah berbuat "sesuatu" buat dia ketika dia membutuhkan aku, walau saat itu aku hanya menjadi "kuping" ketika dia curhat :)
Bayangkan aja gini, kalo misal keduanya udah saling mencintai, sudah cukup mengenal karakter satu sama lain, tapi restu orangtua si cewek belum juga turun, trus mau ngapain? Aku tau keduanya sedang berkejaran dengan waktu, dengan usia, dengan masa depan, dst.
Bukan salah si cewek yang ingin kepastian secepatnya, sementara sudah tidak ada "hal-hal" lain yang ditunggunya dalam hidup ini. Dia sudah selesai kuliah, sudah bekerja, lalu apa??? Secara psikologis *duileee*, umur yang hampir seperempat abad membuat seorang cewek merasa sudah saatnya menikah, membangun keluarga yang harmonis, mempunyai anak-anak yang lucu, dan hidup berdampingan dengan lelaki yang dicintainya. Terlebih, si cewek bukan tipe ambisius yang ingin "menggenggam dunia" di tangannya dulu, baru kemudian memikirkan menikah. Bukan salah dia mencintai lelaki yang belum direstui orangtuanya.
Juga bukan salah si cowok ketika mencintai si cewek dengan teramat dalam, sehingga meyakini bahwa ia lah tambatan hati terakhirnya. Bukan salahnya ketika ia belum bisa memenuhi keinginan orangtuan si cewek untuk menjadi "calon menantu ideal" versi orangtuanya. Bukannya ia tak berusaha untuk tidak mengambil hati orangtua si cewek... Hanya saja, usahanya belum "bertemu" dengan restu orangtua si cewek di singgasana Tuhan, di langit sana.Ketika keputusan sulit harus dibuat, tentu rasa sakit yang didapat *sok puitis* Sudahlah, hal ini gak usah dibahas panjang-panjang, karena jika kedua orang yang saling mencintai kemudian berubah status hanya dengan 3 kata ini: ELO-GUE-END!, sudah pasti akan menimbulkan luka bagi keduanya.
Setelah peristiwa di atas, aku jadi merenung. Aku sekarang mengerti kenapa dari TK sampe SMA (atau bahkan kuliah -bagi yang jurusan eksak-) selalu diajari pelajaran Matematika atau Berhitung. Yaah, agar setidaknya manusia bisa BERHITUNG dengan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Bukannya aku bermaksud mengkuantifikasikan manusia menjadi angka-angka dan menyepelekan kualitasnya *ini ngomong opo toh?* Tapi aku merasa bahwa seseorang setidaknya harus berhitung dengan: Usianya, Pekerjaan atau Karirnya, Pendidikannya, Rencana-rencananya, dan Doa-doanya (apakah hari ini kita sudah berdoa sungguh-sungguh sekali saja kepada Tuhan, misalnya?) sebelum orang itu memasuki dunia pernikahan. Aku juga menganut sistem KEPANTASAN, yaitu refleksikan kepada diri kita sendiri, apakah kita PANTAS untuk bersanding dengan si X, misalnya? Kalau jawabannya belum, ayo berusaha lebih keras lagi! Kalau merasa sudah, ambil tindakan secepatnya! Tapi ingat, jangan sampai pikiran dan perasaanmu dipenuhi kesombongan akan hal yang kau anggap "pantas" tersebut :)
Finally, setelah peristiwa itu, aku cuma bilang sama si cewek, bahwa aku tidak sedih maupun tidak gembira atas keputusannya meng-end-kan hubungannya tersebut. Aku cuma bilang, lagi-lagi, hendaknya tetap istikharah, karena Tuhan lah yang menentukan segalanya. Bukannya tidak mungkin suatu saat mereka akan kembali lagi dengan masing-masing membawa sebuah kepantasan bagi yang lain, saling melengkapi, sudah sama-sama siap untuk merajut masa depan bersama. Atau jika tidak, YAKINLAH seyakin-yakinnya bahwa masing-masing akan mendapatkan jodoh yang jauh-jauh lebih baik dari Allah.
Apakah keduanya menangis? Tentu saja! Tapi itu sebuah resiko. Ada pertemuan, maka yakinlah pasti akan ada perpisahan. Dan aku sudah cukup senang menjadi "kuping" bagi si cewek di kala dia membutuhkanku :)
Daaaaan, bagaimana dengan "pencerita" ini sendiri yang udah ngomong ngalur ngidul mulai atas sampai bawah tadi? Well, aku rasa, setelah beberapa bulan berlalu dari peristiwa itu, aku sudah siap untuk memulai babak baru dalam kehidupan ini. "Tak pernah mudah bagiku untuk jatuh cinta lagi begitu cepatnya", ucapku pada temanku saat itu. Bismillah...
Wassalamu'alaikum
Setidaknya dalam 2 minggu terakhir ini, aku mendengarkan 2 peristiwa tentang 2 cinta yang berbeda. Apa aja itu???
1. PILAH PILIH GALAU
Ada seorang teman cewek yang lagi di-pedekate-in sama cowok. Mereka sama-sama pemalu *aih aiihh*... Singkat cerita, mereka saling bertukar identitas dan alamat social network semacam Facebook, tapi sama-sama gak mau nge-add duluan untuk jadi friend-nya. Sebut aja cowok ini si B.Nah ceritanya, si cewek ini galau, karena sebenernya dia masih "ada rasa" sama cowok yang dulu nge-pedekate-in dia juga, tapi beberapa minggu ini sama sekali putus komunikasi dan tak tau entah dimana rimbanya saat ini. Yaaahhh... agak sedih lah si cewek. Maklum, gimana sih rasanya kalo udah sekian lama (beberapa bulan) ada yang merhatiin aktivitas sehari-harinya, ada yang bantu ngerjain tugasnya secara gratis tis, ada yang suka sms "selamat kerja ya..." dan lain-lain semacam itu, trus tiba-tiba putus komunikasi gitu aja?!?! Kecewa iya. Sedih iya. Galau iya. Sebut aja cowok ini si A.
Di tengah-tengah dia berusaha melupakan masa lalunya yang ternyata tak kunjung lupa-lupa juga (ehem), ada lagi si ibu-ibu yang tiba-tiba dateng menawarkan mau gak dikenalin sama anak temennya? Hadeeeh, belum kelar yang satu, udah dateng lagi yang lain (si cewek ini rupanya "laku keras" di pasaran), halaaah kayak cabe aja. Entahlah, sampe sekarang belum jelas juga siapa (sebut aja si C) ini. Jadi kita gak akan bahas lebih lanjut si C.
Yang cukup menarik adalah sebenernya si cewek cukup "lugu" (hmmm apa ya istilah yang lebih pas), hehe maap maap aja ya, nyebutnya sembarangan gini :) Jadi, menurutku sih gak papa kalo mereka gak saling nge-add FB, lagian juga si cewek wajar aja kalo ogah proaktif (ntar dikira agresif) *ih apaan sih*
Tapi masalahnya begini, sodara-sodara. Si cewek bilang kalo gak bisa menelusuri lebih jauh tentang cowok tersebut (si B) karena informasi yang dipasang di FB nya terbatas banget. Hmmm kalian tau kan, meskipun kita belum jadi friend sama seseorang di FB, tapi kita tetep bisa liat minimal halaman "info"nya dia? Nah, lagi galau-galau gitu, aku tanyain deh siapa nama lengkap si B. Trus si cewek ngasih tau aku, langsung aku search di FBku, ternyata ada beberapa mutual friend antara aku dan si B. Maklum, kampus kami tetanggaan ternyata, jadi sangat mungkin kami mempunyai teman yang sama di FB.
Well, aku juga gak nge-add si B, karena pada dasarnya aku gak kenal sama dia. Dan setelah aku telisik dengan teliti *tsaaah*, aku temuin tuh alamat blog si B. Wuih, ternyata dia ngeblog juga! Asik asiikk... Dan entah kenapa, tiap kali aku tau ada orang yang ngeblog rasanya kayak menemukan sodara seperjuangan gitu deh (ini asli lebay). Honestly, menurutku orang yang ngeblog itu setidaknya punya "perasaan" dan keinginan untuk BERBAGI ke orang lain, yaahh walau itu cuma berbagi cerita sampah! *ngomong sama diri sendiri* :D
Blog, tempatnya para "pencerita" menceritakan ceritanya :) |
Sooo, langsung deh aku meluncur ke blog si B. Dan kagetnya lagi, ternyata si cewek malah belum tau kalo si B itu punya blog *tepok jidat*. Sssttt rahasia ya, kayaknya si cewek ini emang sering melewatkan hal-hal detail kayak gini *eh, malah rumpi*
Yaaa, karena si cewek personally minta pendapat ke aku tentang bagaimana hasil analisisku mengenai bagaimana gambaran diri si B dilihat dari blognya, ya aku sebagai
Oh ya, bagi yang selama ini masih menganggap weblog alias blog itu ya sekedar tulisan yang ditulis oleh seseorang, yang menceritakan kehidupan pribadinya (yah, namanya juga "jurnal pribadi"), perlu diketahui bahwa blog itu DAPAT BERCERITA BANYAK HAL. Eng ing eenngg... (lho, kok jadi serem gini?)
Trust me, sebohong-bohongnya orang menulis di blog (ceritanya cuma rekaan), ada masanya juga dia akan bercerita tentang "dirinya yang sebenarnya". Atau, sepandai-pandainya dia memakai topeng, akhirnya "dapat dibaca" kok bagaimana dia sebenarnya, dilihat dari pola tulisannya. Makanya itu tadi, ONE'S BLOG TELLS SO MUCH THINGS! Oke, itu tadi asli sotoy :D
Akhirnya, setelah aku baca beberapa postingannya, udah dapat ditebak tuh bagaimana hubungan si cowok dengan keluarganya, dimana dan bagaimana dia bekerja dan menghadapi pekerjaannya, bagaimana pandangannya tentang "pernikahan" dan agama, perempuan seperti apa yang dia inginkan untuk jadi istrinya kelak, apa hobinya, dsb. Naaah, bukan salah saya kan kalau jadi ketahuan semuanya? Salah dia sendiri kenapa bikin blog! Salah sendiri si B "terlalu jujur" bercerita tentang dirinya di blognya *ngomong sama kaca lagi* :) Aku memang belum baca semua postingannya, tapi di blog itu ada benang merahnya, bagaimana asumsiku yang pertama misalnya, diperkuat oleh tulisannya yang lain di hari atau bulan lain.
Nah, setelah setengah jam lebih aku ngoprek-ngoprek blognya, aku ngasih gambaran ke si cewek tadi. Dan beberapa asumsiku benar (karena dari perkenalan sebelumnya, si B memang menceritakan hal yang sama ke cewek itu). Tapi aku bilang, ORANG BISA BERUBAH *tsaaahh* Apalagi tu blog udah lama banget gak di-update. Dan aku juga bilang yang keliatan di blognya masih sisi-sisi "baik"nya aja dari si B, makanya aku bilang, coba gali lagi apa kelemahan atau kekurangannya sendiri. Juga aku menekankan, jangan putus istikharahnya *sok jadi ustadzah gadungan*, karena apa yang tampak baik di mata kita, belum tentu baik juga di mata Allah. Hanya Allah lah yang Maha Menetapkan dan Memantapkan hati hambaNya. Manusia mah cuma bisa berdoa, menyelaraskan keinginan dan kebutuhannya dengan kehendak Tuhan, merengek kepada Tuhan, agar Tuhan juga berbelas kasih untuk memberikan "manusia pilihan"nya untuk kita, pada saat yang TEPAT :)
Daann, bagaimana kondisi si cewek sekarang? Kayaknya masih ada galau-galaunya tuh, haha. Yah, setidaknya aku merasa telah berbuat "sesuatu" buat dia ketika dia membutuhkan aku, walau saat itu aku hanya menjadi "kuping" ketika dia curhat :)
2. ELO... GUE... END!
Cerita kedua ini tentang orang yang meng-end-kan hubungannya dengan teman spesialnya (duh, kalimatnya gak enak banget, meng-end-kan). Iyah, jadi maksudnya itu PUTUS. Sekarang jadi temenan biasa. Aku ogah banget bilang ini salah si cewek atau si cowok. Karena menurutku emang bukan salah keduanya.Bayangkan aja gini, kalo misal keduanya udah saling mencintai, sudah cukup mengenal karakter satu sama lain, tapi restu orangtua si cewek belum juga turun, trus mau ngapain? Aku tau keduanya sedang berkejaran dengan waktu, dengan usia, dengan masa depan, dst.
Kalo jalan di depan udah buntu sementara kita udah berusaha mati2an utk memperjuangkannya, mending... LOE-GUE-END! :) |
Bukan salah si cewek yang ingin kepastian secepatnya, sementara sudah tidak ada "hal-hal" lain yang ditunggunya dalam hidup ini. Dia sudah selesai kuliah, sudah bekerja, lalu apa??? Secara psikologis *duileee*, umur yang hampir seperempat abad membuat seorang cewek merasa sudah saatnya menikah, membangun keluarga yang harmonis, mempunyai anak-anak yang lucu, dan hidup berdampingan dengan lelaki yang dicintainya. Terlebih, si cewek bukan tipe ambisius yang ingin "menggenggam dunia" di tangannya dulu, baru kemudian memikirkan menikah. Bukan salah dia mencintai lelaki yang belum direstui orangtuanya.
Juga bukan salah si cowok ketika mencintai si cewek dengan teramat dalam, sehingga meyakini bahwa ia lah tambatan hati terakhirnya. Bukan salahnya ketika ia belum bisa memenuhi keinginan orangtuan si cewek untuk menjadi "calon menantu ideal" versi orangtuanya. Bukannya ia tak berusaha untuk tidak mengambil hati orangtua si cewek... Hanya saja, usahanya belum "bertemu" dengan restu orangtua si cewek di singgasana Tuhan, di langit sana.Ketika keputusan sulit harus dibuat, tentu rasa sakit yang didapat *sok puitis* Sudahlah, hal ini gak usah dibahas panjang-panjang, karena jika kedua orang yang saling mencintai kemudian berubah status hanya dengan 3 kata ini: ELO-GUE-END!, sudah pasti akan menimbulkan luka bagi keduanya.
Setelah peristiwa di atas, aku jadi merenung. Aku sekarang mengerti kenapa dari TK sampe SMA (atau bahkan kuliah -bagi yang jurusan eksak-) selalu diajari pelajaran Matematika atau Berhitung. Yaah, agar setidaknya manusia bisa BERHITUNG dengan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Bukannya aku bermaksud mengkuantifikasikan manusia menjadi angka-angka dan menyepelekan kualitasnya *ini ngomong opo toh?* Tapi aku merasa bahwa seseorang setidaknya harus berhitung dengan: Usianya, Pekerjaan atau Karirnya, Pendidikannya, Rencana-rencananya, dan Doa-doanya (apakah hari ini kita sudah berdoa sungguh-sungguh sekali saja kepada Tuhan, misalnya?) sebelum orang itu memasuki dunia pernikahan. Aku juga menganut sistem KEPANTASAN, yaitu refleksikan kepada diri kita sendiri, apakah kita PANTAS untuk bersanding dengan si X, misalnya? Kalau jawabannya belum, ayo berusaha lebih keras lagi! Kalau merasa sudah, ambil tindakan secepatnya! Tapi ingat, jangan sampai pikiran dan perasaanmu dipenuhi kesombongan akan hal yang kau anggap "pantas" tersebut :)
Finally, setelah peristiwa itu, aku cuma bilang sama si cewek, bahwa aku tidak sedih maupun tidak gembira atas keputusannya meng-end-kan hubungannya tersebut. Aku cuma bilang, lagi-lagi, hendaknya tetap istikharah, karena Tuhan lah yang menentukan segalanya. Bukannya tidak mungkin suatu saat mereka akan kembali lagi dengan masing-masing membawa sebuah kepantasan bagi yang lain, saling melengkapi, sudah sama-sama siap untuk merajut masa depan bersama. Atau jika tidak, YAKINLAH seyakin-yakinnya bahwa masing-masing akan mendapatkan jodoh yang jauh-jauh lebih baik dari Allah.
Apakah keduanya menangis? Tentu saja! Tapi itu sebuah resiko. Ada pertemuan, maka yakinlah pasti akan ada perpisahan. Dan aku sudah cukup senang menjadi "kuping" bagi si cewek di kala dia membutuhkanku :)
Daaaaan, bagaimana dengan "pencerita" ini sendiri yang udah ngomong ngalur ngidul mulai atas sampai bawah tadi? Well, aku rasa, setelah beberapa bulan berlalu dari peristiwa itu, aku sudah siap untuk memulai babak baru dalam kehidupan ini. "Tak pernah mudah bagiku untuk jatuh cinta lagi begitu cepatnya", ucapku pada temanku saat itu. Bismillah...
Wassalamu'alaikum
Blog, tempatnya para "penDerita" menceritakan Deritanya x)
ReplyDelete@roosandi: wadawww, Joko curcol di blog orang rek! :p
ReplyDeleteLucu sekali ceritanya mbk yang pertamanya :D, sebuah hubungan yang di dasari dengan iman dan taqwa kepadanya pasti akan menghasilkan hubungan yang baik :), kasihan iya harus sampai di situ saja perjalanan cintanya. Nice article nya mbk pety #tQ
ReplyDelete@Nusa Dua Villas: hehe makasih sudah mampir :)
ReplyDeletebetuuulll, yang penting bagaimana "proses" mendapatkan jodoh itu, halal dan thoyyib atau enggak. Masalah siapa yg akhirnya jadi jodoh kita, itu urusan Tuhan :)
^_^
ReplyDelete