PO-LI-GA-MI. Mau???

, , 12 comments
Assalamu’alaikum...

Kalian pasti tau yang namanya poliklinik. Ya, di poliklinik biasanya ada poli gigi, poli anak, poli umum, poli jantung, poli kandungan, dan sebagainya. Nah, kenapa kita ngomongin hal ini? Karena kita akan membahas tentang poligami *maksa meski gak nyambung*. Hehe. Ini juga sebagai janjiku untuk menulis sedikit tentang poligami, terkait dengan resensi buku Tere-Liye pada postingan sebelumnya disini.

Well, poligami itu fenomena menarik, menurutku. Dimana seorang laki-laki berhak menikahi lebih dari satu istri, dan maksimal empat istri dalam satu waktu. Kira-kira begitu menurut keyakinanku.


Kalau aku dan teman-teman perempuanku sedang berkumpul (berisik ala arisan emak-emak), apapun yang sedang dibahas saat itu, biasanya pasti akhirnya ngomongin tentang cinta, jodoh, laki-laki, pernikahan, rumah tangga, dan sejenisnya. Aku mendapat istilah menarik dari membaca komen-komen temanku di facebook (FB), antara lain FB milik mas Imron dan mas Lutfi, bahwa yang kami bicarakan ini namanya UUD (Ujung-ujungnya Djodoh). Haha aku pertama kali tau kepanjangan dari UUD jadi ketawa.

source: google.com

Di akhir cerita sebelum “arisan”nya bubar, biasanya kami bertukar pendapat, dan tak jarang aku mendapatkan pertanyaan, khususnya kalau sedang membicarakan tentang poligami, “Kamu sendiri gimana pendapatnya tentang poligami?”. Hmmm... aku pribadi sih tidak menentang adanya poligami. Bagaimana aku membenci poligami jika Rasulullah sendiri pun melakukannya (tentu atas dasar-dasar kebaikan di dalamnya)? Dan Islam pun memperbolehkan adanya poligami bagi laki-laki. Tapi untuk merelakan suamiku nanti berpoligami... emmm rasanya kok belum siap lahir batin yah? Huhu. "Pasti ada pihak yang tersakiti!", begitu kata teman-temanku.

Btw, orang yang melakukan poligami itu apa sih sebutannya? Poligamers kah? Hehe.

Ada sebuah pengalaman menarik bagiku. Waktu itu aku dan beberapa temanku ditraktir makan sate oleh seseorang yang cukup aku kagumi. Ehm. Beliau adalah seorang laki-laki, cakep, rajin shalat, kaya, dokter, hipnoterapis, motivator, dan NLP practitioner. Sayang, putra-putrinya sudah enam orang dan istrinya sangat cantik. Halaaaahhh... *kecewa sambil mewek*

Entah bagaimana awal mula pembicaraannya, akhirnya kami membahas tentang pernikahan dan (lagi-lagi) poligami. Kami berenam, dan temanku yang dua lainnya karena beda meja, jadi melakukan “kegiatan” sendiri, seperti nonton tipi yang ada di warung itu sambil ngupil sembarangan, lalu melemparkan upilnya kepada kami. Ya enggak lah...

Beliau bercerita cukup panjang lebar waktu itu. Mulai dari bagaimana sikap cowok ketika mendekati cewek. Biasanya beda antara yang mendekati hanya untuk berteman, atau hanya tertarik pada fisiknya saja, atau untuk diajak pacaran, atau serius mendekati untuk dicari tau latar belakang si cewek dst, dengan tujuan ingin dijadikan calon istrinya (dinikahi). Yang terakhir ini, yaitu PDKT (pendekatan) untuk dijadikan calon istri, biasanya si cowok tidak mudah dan tidak buru-buru untuk menyatakan atau mengumbar kata cintanya, melainkan justru menghormati si cewek, lalu akan mengatakan “cinta”nya pada saat yang tepat nantinya. Wahai laki-laki, benarkah ini? :)

Lalu aku bertanya, “Dok, terus laki-laki yang poligami, bagaimana itu?”. Aku biasa memanggilnya “Dok” memang, tapi bukan “koDOK” maksudnya, tapi “DOKter”. Ya karena kebiasaan aja. Pak dokter menjawab, “Sesungguhnya poligami itu jauh lebih baik daripada berzina.” Yup, aku sepakat sekali.

“Banyak istri yang membiarkan suaminya ‘jajan’ di luar, asal malamnya pulang kembali ke rumah”, lanjutnya.

Aku manggut-manggut tanda setuju lagi.

“Padahal justru istri yang seperti itu juga ikut berdosa, karena membiarkan suaminya berzina, sedangkan ia sendiri mengetahuinya. Ia mungkin hanya memikirkan nama baiknya tetap terjaga di lingkungan sekitarnya –dengan tidak diceraikan suaminya, misalnya- atau ingin dianggap kondisi keluarganya ‘baik-baik’ saja, padahal mungkin bagai api di dalam sekam.”

Aku terdiam sejenak, mengingat-ingat pelajaran SMP, apa arti peribahasa “bagai api di dalam sekam”. Tapi ah, karena ingatanku sangat kuat payah, aku sekali lagi mengangguk-angguk biar keliatan pinter. Mungkin artinya sebelas-dua belas sama “bagai menyimpan bom waktu” lah. Waduwww...

“Trus Dok, bagaimana dengan konsep ‘keadilan’ dalam berumah tangga jika memiliki lebih dari satu istri? Ya mungkin kalo Rasulullah sih bisa adil, tapi bisakah laki-laki sekarang melakukannya?” tanyaku penasaran.

“Hmmm... sebetulnya sekali waktu mungkin Rasulullah juga pernah khilaf, tapi karena beliau adalah kekasih Allah, jadi salah sedikit langsung diberi peringatan atau petujuk oleh Allah. Konsep ta’dilu (kalo gak salah denger nih aku) atau adil, itu sebenarnya relatif. Adil bagi satu orang, mungkin dirasa tidak adil bagi yang lainnya. Mungkin bisa dibilang kalau gak ada seorang pun yang bisa benar-benar adil (secara sempurna). Adil bagi kita pun, belum tentu adil bagi Allah. Jadi yang bisa dilakukan manusia adalah berusaha sekuat mungkin untuk adil sesuai tuntunan Allah dan RasulNya, insya Allah itu lebih baik.”

Sebenernya aku pengen tanya gini, “Kalo dokter sendiri, ada niat untuk berpoligami?”, tapi gak jadi ah, takut ntar malah disuruh naik ke pemanggang sate, dibakar hidup-hidup, trus dimakan rame-rame sama temenku. Atau disuruh pulang jalan kaki sambil ganti mentraktir semua orang yang makan disitu. Atau ditabok sandal sama temenku karena dianggap gak sopan. Huhu...

Akhirnya aku menggantinya dengan pertanyaan yang aku rasa sangat agak cerdas, “Kalo gitu, apakah dokter akan mendidik putri-putri dokter bahwa ‘kamu harus siap dan ikhlas kalau suatu saat suamimu meminta izin untuk berpoligami’?”

Dokter diam sejenak.

Aku ikut diam.

Bukan menunggu jawabannya, tapi menunggu es teh yang tak kunjung datang.

Aku menarik nafas dalam-dalam.

Ini kebiasaanku yang kadang aku tidak menyadarinya. Entahlah, tapi dengan menarik nafas dalam dan panjang, katanya ada banyak oksigen yang masuk ke dalam otak kita. Kalo aku merasakan sih enak aja. Kalau aku sedang emosi dan merasa harus mengendalikan diri biar gak meledak, aku akan tarik nafas dalam dan panjang. Begitu juga kalo sedang bete, malas mendengarkan omongan yang gak penting, tidak setuju dengan suatu hal yang aku tidak bisa mengungkapkannya, atau sedang jengah, aku akan melakukannya. Setidaknya hal itu bisa membuatku merasa “lebih baik”.

Akhirrnya dokter menjawab, “Yang jelas anak-anak harus diberi pendidikan AGAMA yang baik, pendidikan untuk mencintai Tuhannya dengan cara yang baik dan benar. Kalau pondasi agama sudah kokoh, istilahnya nanti apapun yang terjadi dalam hidupnya, itu tidak akan seberapa menggoyahkannya hingga jatuh, karena ia tahu ada Tuhan yang akan menopangnya, yang akan membantunya. Dan yang terpenting, masalah poligami, misalnya, ia bisa menyikapinya sebagai “masalah yang tidak ada apa-apanya”, karena semua urusan akan dikembalikan kepada Sang Pemberi Urusan, yaitu Allah. Bukankah Allah tidak akan menguji hambaNya melebihi kemampuannya?”

Yup, i got the point! Masalah di dunia ini tidak ada apa-apanya jika semua dikembalikan kepada Tuhan. Nasihat yang sangat bijak dari sang ayah, menurutku.

Di lain waktu, ketika kami “arisan emak-emak” lagi, temanku membawa suaminya turut serta. Suaminya ini cukup gaul dan cepat beradaptasi dengan lingkungan istrinya. Ketika lagi-lagi menyoal poligami, suami temanku ini mengatakan, “Wah, aku ngurus bojo siji ae wis cukup (repot), opo maneh ngurus bojo loro. Gak mikir rana blas aku!”, yang artinya “Wah, aku ngurus istri satu aja sudah repot, apalagi dua. Aku gak kepikiran untuk menikah lagi,” katanya setengah bercanda, tapi mukanya menunjukkan keseriusan. Entahlah aku harus mempercayai ucapannya atau tidak, tapi aku sangat menghargai keinginannya untuk hanya punya satu istri, dan mendidik istri serta anaknya dengan baik. *prok prok prok, standing ovation*

Jadi ingat salah satu adegan dalam film Ketika Cinta Bertasbih (KCB), saat Ana Althafunnisa mengajukan syarat pranikah kepada Furqon, calon suaminya, yaitu bahwa ia ingin seperti Siti Khadijah yang tidak pernah dimadu oleh Rasulullah, atau Fatimah Az-Zahra yang tidak pernah dimadu oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kecuali jika suatu hari Ana mengalami sakit menahun sehingga tidak bisa melayani suaminya atau ternyata dia mandul, maka baru boleh Furqon menikah dengan wanita lain (yang lebih baik darinya). Ana tidak mau dimadu bukan karena tidak menyetujui poligami, tetapi karena ia belum siap melakukannya. Awalnya Furqon keberatan dengan syarat tersebut. Lalu Ana menunjukkan kitab hadist yang shahih yang membolehkan adanya syarat pranikah tersebut. Jika disetujui, maka akan halal farji’ (kemaluannya) untuk suaminya (setelah menikah tentunya). Sebaliknya, jika Furqon tidak menyetujui, maka proses menuju pernikahan tersebut tidaklah perlu untuk dilanjutkan.

So, wahai laki-laki, apakah Anda ingin suatu saat berpoligami??? (jika sudah menikah)

Atau anda berencana akan berpoligami??? (jika belum menikah)

Berpoligami itu boleh asal niat Anda baik, Anda tau bagaimana adab-adabnya, tau hak dan kewajiban masing-masing, dan pastikan Anda mampu memberi “nafkah lahir batin” kepada kedua, ketiga, atau keempat istri Anda.

Dan tak lupa, tanyakan dulu pendapat istri pertama Anda tentang niat Anda ini *ting ting ting... kedip-kedip sebelah mata tanda ingin aspirasi perempuan didengar* :)

Dan sesungguhnya keputusan hidup itu Andalah yang membuatnya sendiri, tapi jangan lupakan untuk melibatkan Tuhan di dalam setiap keputusan Anda.

Wassalamu’alaikum...

12 comments:

  1. wah, klo urusan poligami ini gua gk ikut2, gmn mo ikut wong satu aja blm dapat. btw knp nama sy d sebut2?

    ReplyDelete
  2. ya semoga mas Imron segera mendapatkan bidadari surga-nya :)
    thx for reading here...

    ReplyDelete
  3. Poligami..Aku agak risih mendengarnya.. Soalnya setelah mendengar kata Poligami, pasti akan diikuti kata2 : "Adil", "Halal", "Empat", "Sunnah", dan "Ikhlas"... Pernahkah diikuti kata "Cinta Sejati"??? Definitely Not..!! Karena Cinta sejati seorang laki-laki hanya untuk seorang wanita saja..!! Menurut saya sungguh bohong besar jika ada seorang laki2 yang mengatakan kalau dia memiliki "Cinta Sejati" namun ada keinginan untuk "Poligami"..

    Bukankah ini Sunnah Rosul?? Ya benar...!! Ini memang sunnah Rosul. namun ada satu hal yang harus diketahui kalau Nabi Muhammad adalah manusia pilihan. Bukan manusia sembarangan. Jadi sangat wajar jika Allah mengijinkan Muhammad berpoligami saat itu. Lagipula, Poligaminya Muhammad bukan serta merta karena "nafsu", melainkan salah satu jalan "dakwah". Karena salah satu jalan dakwah adalah melalui pernikahan, seperti yang dilakukan saudagar2 dari Arab dan Gujarat. Dimana mereka menikahi penduduk sekitar sambil menyebarkan Islam disana. Lha kalo jaman sekarang?? Apakah Dakwah bisa dijalankan melalui Poligami?? Menurut saya itu cara "Kuno". dan kita hidup dijaman serba canggih, hendaknya cara2 "Kuno" mulai dilupakan sajalah...

    Dan buatku pribadi, walaupun nanti Istriku tak mampu menunaikan kewajibannya sebagai Istri, aku akan tetap mencintai dia dan tak akan pernah aku tinggalkan. Karena Cinta sejati itu hanya ada SATU. Dan untuk SATU orang....

    ReplyDelete
  4. mas adiecenter : gue suka komen anda, mantab bro... :)

    petty : amin.. semoga petty jg dimudahkan oleh ALLAH untuk menemukan "manusia berhati malaikatnya"

    ReplyDelete
  5. ehhmm...
    poligami = boleh (jika tidak menyakiti, dan niatnya benar).hehehe

    bener kata dokter tadi'...yang jelas apapun yang terjadi, akidah jangan sampai tergadai. dan lagi....wanita juga bisa menuntut hak, bukan hanya pria'...
    dan mencintai wanita itu harusnya "memuliakan" wanita...(terlepas dengan cara apa itu...)

    ReplyDelete
  6. @Qobe: yup, saya juga suka komen anda!
    semoga saya turut mendapatkan laki-laki SETIA, yang mempunyai CINTA SEJATI untuk istrinya (cinta ke-sekian setelah cinta kepada Allah, Rasul, dan ortunya), dan mau bertahan pada satu C-I-N-T-A :)

    @mas MI: amin amin amin ya Rabb, suwun mas :)

    @agung: yup, i like it, "memuliakan" wanita...
    dengan begitu, wanita juga akan memuliakan para suaminya :)

    ReplyDelete
  7. hehe, jadi kelingan lagune Geisha - Ijinkan Aku Mendua hihihi

    ReplyDelete
  8. @Joko Jeki:
    iyo ta? aku ora apal lagune, hehe
    sing ingin mendua iku sing cewek opo cowok? hoho
    thx 4 blogwalking here =)

    ReplyDelete
  9. hola mbak Puri Sayekti^^
    poligami ya??entah kenapa aku sangat sensi dengan satu kata ini. Kalau perceraian adalah sesuatu yang halal namun dibenci Allah maka poligami adalah sesuatu yang halal namun dibenci saya hehehe. Kadang muncul pemikiran seperti ini, katanya kan wanita itu yang dominan perasaannya (yg berarti wanita itu cenderung mudah cemburu dan sensitif) sedangkan lelaki itu dominan akalnya tapi kenapa ya yang dibolehin poligami justru lelaki?? pertanyaan retoris ya, yang tahu jawabannya cuma Allah Yang Maha Tahu :) sekedar mengungkapkan aspirasi perempuan biar mbak gak capek kedip2nya hehehe
    Salam blogwalking^^

    ReplyDelete
  10. @dek dokter gigi manusia Erna Fakhriyana :)
    hola hola, makasih udah mampir dek.
    wallahu a'lam
    mungkin kalo dilogika sih karena lelaki dominan akalnya itulah maka dibolehkan poligami, dalam arti dia bisa "memutuskan" beberapa hal, seperti jadwal kunjungan ke istri2nya, membagi penghasilannya untuk anak2 & istri2nya, memilihkan rumah yg terpisah antar istri2nya, dsb.
    Kalo perempuan yg dibolehkan poliandri, mungkin akan jauh lebih kacau, wong ngurus suami 1 aja masih sering bertengkarnya, apalagi 2, 3, 4, hehe.
    Gak dikasih uang belanja ngomel, gak diinget tanggal ultahnya ngomel, gak dianterin ke salon ngomel, susah lah menghadapi wanita itu *lha, saya kan juga wanita!!!* *tepokjidat*
    Oya, 1 hal yg hampir terlupa, kalo wanita yg poliandri, susah ngelacak bo', itu anak yg dikandungnya anak dari suami pertama, kedua, ketiga, atau keempat, hehe.

    Salam blogwalking cenat-cenut ^^

    ReplyDelete
  11. hehehe iya sih mbak..betewe kenapa pake dokter gigi manusia??emangnya dokter gigi hewan sudah ada ta mbak? hohoho
    cenat-cenut karena gigi apa smashblast juga? ^^

    ReplyDelete
  12. haha ya kali aja someday ada jurusan kedokteran gigi hewan ;p
    cenat-cenut karena SM*SH nih kayaknya, wakakaka :)

    ReplyDelete