Cinta Itu Kita, Rossa (eps.3)

, , 16 comments
Ini lanjutan kisah dari postingan berjudul "Cinta Itu Kita, Rossa" episode 1 dan episode 2.
Bagi yang belum baca, monggo dibaca dulu biar nyambung :)
-----

"Eh iya. Apa mas?" tanya Rossa gelagapan.
"Pacaaarr... iya pacaaarrr... Kenapa kamu belum punya pacar?"
"Ah basi ngomongin soal pacar! Lha kalo mas sendiri, kenapa juga masih jomblo?"
"Lho, jangan salah, aku ini single, bukan jomblo"
"Ih, apa bedanya?"
"Jelas beda donk. KALO JOMBLO ITU NASIP. KALO SINGLE ITU PRINSIP!"
"Hahahaaa..." tawa Rossa meledak seketika. Bisa aja ni orang bikin ketawa malem-malem, pikir Rossa.
"Lho, kok malah ketawa. Hidup ini pilihan, kan?" Satria balik bertanya dengan serius.
"Iya iya deh. Kalo gitu alasanku juga sama. Single itu prinsip!"
"Emang mau sampe kapan kamu single?"
"Ya sampe ada yang melamar laaah, haha..."
"Haha... kamu lucu juga ternyata"
Pandangan Satria sedikit berubah tentang Rossa. Rossa tidaklah semisterius dan sedingin yang ia kenal pertama kali. Rossa bisa juga bercanda. Ia memang benar-benar Rossa. Ia mawar, ia cantik, ia kadang dingin, kadang rapuh, tetapi tetap indah di matanya.


"Kamu udah siap buat move on?" tanya Satria serius.
"Move on? Iya. Emm...tidak. Nggak tau lah. Kenapa?"
"Kamu belum bisa melupakan 'dia' ya?"
"Lupa? Aku rasa aku nggak akan pernah lupa. Setiap manusia punya kemampuan mengingat apapun dalam hidupnya yang sangat berarti buat dia. Mungkin mas juga"
"Mungkin? Ya, mungkin saja"
"Jujur, aku nggak akan lupa. Mungkin ketika aku sudah beranak cucu, aku juga masih bisa mengingat dia"
"Begitu?"
"Kenapa tidak? Aku mungkin saja nanti tidak mengingatnya sebagai mantan kekasih yang begini begitu. Tapi mungkin, sekali lagi mungkin, aku masih bisa mengingat nama lengkapnya, wajahnya, dia kuliah dimana, dan hal-hal dasar seperti itu lah"
"Ya...bisa jadi. Sepertinya dia sangat berarti buat kamu ya dulu?" diam-diam ada kecemburuan di hati Satria.
"Ah entahlah"
"Buktinya kamu bilang kalo mungkin kamu nggak bakal lupa sama dia?"
"Itu memang sepertinya terdengar aneh. Kamu bisa bayangkan mas... aku masih ingat jelas kapan kami pertama kali bertemu, tanggal, bulan, tahun berapa. Di acara apa. Dia pakai baju warna dan model apa. Apa kalimat canggung kami yang pertama..."

Satria sedikit mendengus.

Rossa melanjutkan, "Aku juga ingat, tanggal, bulan, tahun berapa pertemuan kedua kami. Pada acara apa, dan dia memakai baju apa. Itu berselang hampir setengah tahun dari pertemuan pertama kami. Empat hari setelahnya, dia mengirim SMS yang membuatku tidak tidur semalaman"
Muka Satria semakin masam.
"Setelah itu kami saling bertukar cerita, tentang apapun. Cuma kepada dia, aku benar-benar merasakan jatuh cinta yang sangat dalam. Entah karena apa. Bahkan aku ingat betul dimana satu-satunya pertengkaran sengit pertama dan terakhir kali kami. Dia pakai baju apa, dan jam berapa. Selama 3 hari berturut-turut, aku bahkan menangis setiap malam dan hampir sama sekali tidak menyentuh makanan."
Satria rasanya pengen meninju mantan Rossa, seorang dosen muda yang tampan, kalau saja ada di hadapannya sekarang. Mantannya telah menyita seluruh perhatian Rossa pada obrolan yang seharusnya milik "mereka" ini, termasuk menyita emosi Rossa.
sumber gambar
"Dan sekarang dia sudah punya pacar baru?"
"Hahaaa...kemungkinan besar iya. Nggak tau sih... cuma dengan reputasinya di kampus yang sangat gemilang, ketampanan fisik, kepandaian, perempuan mana yang nggak mau sama dia?"
"Buktinya kamu nggak mau"
"Haha...karena dia selingkuh! Itu yang tidak akan pernah termaafkan"
"Oke oke. Sori sudah membuatmu mengingai-ingat dia lagi, Rossa"
"Nggak papa. Kan aku udah bilang tadi mas, aku nggak akan lupa kok sama kejadian-kejadian kemaren. Mungkin aku bisa mengalihkan perhatian ke kegiatan-kegiatan yang lebih menjadi prioritasku sekarang. Tapi kalau lupa??? Ah, rasa-rasanya nggak tuh"
"Trus kalo inget dia, apa yang kamu lakukan?"
"Nrima. Itu aja. Bahasa kerennya sih acceptance gitu. Menerima kondisi kita, menerima peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri kita dengan lapang dada. Ya anggaplah itu sebuah kisah yang udah lewat, yang Tuhan titipkan kisah dua orang manusia itu kepada kami berdua"
"Hmmmm..."

Nasi dari restoran Jepang mereka sudah dingin dari tadi. Angin malam semilir menerpa teras rumah tante Rossa. Obrolan itu entah bagaimana menyisakan sesak kembali di hati Rossa. Mungkinkan ia belum "menerima" peristiwa itu dalam hidupnya, seperti yang ia katakan kepada Satria tadi?

"Rossa, tapi jujur aku salut padamu. Kamu bisa fokus bekerja, punya prestasi bagus di kantor, dan dulu juga bisa menyelesaikan studimu dengan baik. Padahal saat-saat itu adalah saat..ya...bisa dibilang kamu lagi down karena habis putus dari dia"
"Ah, kamu tak tahu saja mas. Mungkin saja itu karena kompensasiku yang tidak mau terlihat lemah di mata orang lain, jadi aku kerja ekstra keras untuk melakukan segala sesuatu sebaik mungkin. Haha... sudah kubilang di awal, aku rapuh di dalam"
"Rossa..." kata Satria
"Ya?"
"Ah, enggak". Padahal sebenarnya Satria ingin mengucapkan kalimat seperti yang didengarnya di tivi setiap jam 8 malam:
- Rossa, bapak kamu tukang bangunan ya?
- Kok tau?
- Karena kamu telah membangun istana cinta di dalam hatiku
- Eaaaaaaaaa
Tapi urung dia lakukan. Takut ditimpuk pot bunga.
"Emmm... aku pulang dulu ya kalo gitu. Udah malem. Nggak enak juga sama tantemu. Nice to have conversations with you. Makasih"
"Sama-sama" sahut Rossa tersenyum.

Sesampainya di kamar, Rossa mendapati undangan biru bertinta emas itu masih terbungkus rapi di dalam sampul plastiknya. Di belakangnya ada nama seseorang yang dulu pernah sangat dicintainya. Seseorang yang tak pernah sekalipun ia hianati cintanya, tetapi justru meninggalkan dia dengan akhir yang porak-poranda. Seperti rumah habis kerampokan.
Dan di sampingnya, tertulis jelas nama perempuan yang dulu pernah ia duga adalah selingkuhan si pacar. Percuma saja dulu lelaki itu menampik tuduhannya, toh akhirnya mereka betulan menikah ternyata, batin Rossa.
Ia terpaksa berbohong kepada Satria tentang mantannya. Bukannya ia tidak tahu mantannya sudah punya pacar lagi atau belum. Bahkan ia tahu mantannya sudah mau menikah. Hanya saja, undangan biru itu dibiarkannya di sudut mejanya sejak 3 hari yang lalu tanpa menyentuhnya sama sekali.
Memang seringkali ia sudah lupa dengan memori masa lalu itu, khususnya ketika ia sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya. Tapi demi melihat undangan itu, seluruh ingatannya seolah berputar kembali ke alam terdahulu, saat mereka senang, sedih, saling menghibur, dan memberi semangat.

Rossa bangkit menuju lemari pakaiannya. Pernikahan itu seminggu lagi. Apakah ia harus datang? Haruskah?
Ia mengamati deretan baju-bajunya yang biasa ia pakai untuk pergi ke pernikahan. Ada deretan kebaya, deretan gaun, dan deretan baju batik biasa.
Haruskah ia memakai pakaian terbaiknya ke pesta pernikahan itu? Haruskah ia berdandan cantik menandingi mempelai wanitanya?
Oh ya, kalau kalian belum tahu, Rossa tidak kalah cantik dari Asmirandah.

Jemari lentik Rossa menyentuh satu per satu baju-baju itu. Ada warna merah, biru, hijau, putih, gaun berbahan sifon, gaun rayon, gaun sutra, dan beberapa batik seharga ratusan ribu rupiah.
Tapi ia belum menemukan alasan mengapa ia harus datang ke pesta itu.
Ia juga belum menemukan alasan mengapa ia tidak perlu datang ke pesta itu.
Matanya beralih ke sepatu-sepatu high heels dan wedges-nya. Lalu ke kerudung-kerudungnya yang berwarna-warni.

Rossa merebahkan diri di kasurnya yang empuk. Ia memejamkan matanya. Masih terasa sakitnya yang dulu, cemburunya, kecewanya. Mungkin ia telah berbohong pada Satria. Ia belum sampai pada tahap "menerima" peristiwa itu sebagai bagian dari hidupnya. Air matanya menetes dari kedua sudut matanya. Mungkinkah ia tidak siap menerima "bagian" ini???

...(bersambung)...

16 comments:

  1. whoaaaaaaaaaaaaa.... ada novel bersambungnya jugaaaa... hihi.. keren! ditunggu lanjutannya (koq mirip2 kisahku sih, ngintip ya haha)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasiiiihhh :)
      lho mirip ta? padahal episode pertamanya aku tulis beberapa bulan sebelum kita kenalan loh mbak. Mungkin kita jodoh *lhooo*

      Delete
  2. owalah mbak kok bersambung lgi...hikshikshiks LANJUTKAN!!!! hehehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi iyaaaaa,,,ditunggu yaaaa
      ini lanjutannya masih ada seribu episode, wkwkwk *lebay*

      Delete
  3. waduh masih bersambung nih... tungguin ya...

    ReplyDelete
  4. wahhh keren mbak.. keren :) mirip ma kisahku dikit"....terinspirasi denganku yach wkwkwkwkkwkwkwkw ..... " tp kalo saya berperan jadi Rossa,,Novelnya pasti isinya galau dan tangisan saya terus, hehehehehe keren"...
    "JOMBLO ITU NASIP. KALO SINGLE ITU PRINSIP!" asik asik asiiiik :D
    to be continuous yach mbak.... saya tunggu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. tengkyu dek...
      wah makin banyak yang bilang mirip sama kisahnya ya... berarti beberapa orang memang mengalami nasib cinta yang mirip2, haha...
      iyo, lek kamu jadi Rossa, isine GALAU MAKSIMAL! :p

      Delete
  5. sepertinya harus segera di bukukan nih...bagus ceritanya, salam kenal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi iya nih *halah*
      makasih sudah mampir... salam kenal juga :)

      Delete
  6. hihi, bagus, sumpah beberapa paragraf awal cerita ini sangat memikat sampai aku menekan tombol read more :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih udah reading more :)
      salam kenal, mas Jarwadi... semoga segera ada episode 4 nya, hehe

      Delete
  7. --------------a!!! akhirnyabak aku baca juga,, lagi lagilagi :D BTW aku bimbel di SBY nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe siiip... tunggu kelanjutan kisahnya ya :)
      welcome to Surabaya, then. Mau kopi darat? :D

      Delete
    2. oke oke,,, kamu di mana mbak? aku digubeng airlangga 6 lhoooo :D

      Delete
    3. di Keputih kosnya (deket ITS), tapi sering juga ke kampus (deket tempatmu situ).
      Eh kan kurang cepet komunikasinya kalo lewat blog, jadi lewat FB aja ya, hehe

      Delete