Assalamu'alaikum
Mungkin banyak yang berpikir "orang barat" lebih PINTAR dibandingkan orang Indonesia. Jika Anda membawa setumpuk bukti bahwa itu benar, aku tidak akan menolak bukti empiris itu.
Tiba-tiba aku berpikir, sangat sederhana, bahwa bisa jadi orang Indonesia (dan orang di negara-negara yang bahasa pengantar sehari-harinya bukan bahasa Inggris), memiliki proses kognisi yang lebih "panjang dan kompleks" daripada orang-orang yang sehari-hari berbahasa Inggris. Mengapa?
Katakanlah kita kuliah. Seberapa banyak buku diktat kita (orang Indonesia) yang berbahasa Inggris? Sangat banyak? Sebagian besar? Sangat direkomendasikan oleh dosen?
Maka, mungkin begini prosesnya:
Membaca buku --> menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia --> mencari maknanya --> memahami --> (mungkin) menerapkan.
Kalau "orang barat" mungkin begini:
Membaca buku --> mencari maknanya --> memahami --> (mungkin) menerapkan.
Wow, pernah menyadari bahwa ada satu tahap yang mungkin kita remehkan, atau menganggapnya sebagai sebuah "keniscayaan" ketika membaca buku diktat kuliah, yaitu proses menerjemahkan?
Jangan salahkan diri sendiri ketika membaca sebuah jurnal penelitian berbahasa Inggris dan sulit memahami isinya; membaca buku berbahasa Inggris dan sudah membolak-balik halaman tetapi tetap belum menangkap maknanya; membaca novel berbahasa Inggris dalam waktu 1 bulan sementara novel berbahasa Indonesia "habis" dalam 2 hari saja; menonton film berbahasa Inggris dan terpaksa mem-pause berulang kali dan membuka kamus elektronik demi mengetahui arti beberapa kata yang belum familiar??? #wah gue banget dah ini#
Apakah kita lebih "bodoh" daripada mereka yang cas cis cus berbahasa Inggris (khususnya sebagai bahasa ibu-nya)? Tentu TIDAK! Lihat, otak kita bekerja lebih keras dari mereka! Kita melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak mereka lakukan: membuka kamus, mem-pause film, membolak-balik buku sampe capai, dst.
Ini soal kebiasaan.
Ingat prinsip learning by doing?
Ingat motivasi di tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang mengatakan "bicaralah, tak penting apakah grammar Anda benar atau salah"?
Ingat ketika Olga Syahputra pergi ke luar negeri tanpa "bekal bahasa Inggris" yang cukup, lalu dengan narsisnya mengatakan pada orang-orang tak dikenal yang ditemuinya: "I'm Olga Syahputra. I'm a famous artist in Indonesia. Open your internet and search my name!" --> dan itu berhasil :)
Anyway, Skor TOEFL terakhirku 478-an; sementara syarat mendapatkan beasiswa ke luar negeri dengan tes sejenis sekitar 500-550; bahkan PNS ditargetkan skornya mencapai 600 (kalo gak salah). Wow, jauh panggang dari api :) Gak papa lah, yang penting ada kemauan untuk terus belajar #ngeles #pembahasannya jadi melebar kemana-mana nih.
Psssstttt sebenernya orang barat kalo dites TOEFL atau sejenisnya juga skornya belum tentu tinggi loh (katanya). Yaaa... kayak orang Indonesia sih. Nilai bahasa Indonesia di sekolah belum tentu 100 (sempurna). Dan bukan berarti kita bodoh :)
Jadi, tidak penting siapa yang lebih pintar berbahasa Inggris, siapa yang proses berpikirnya lebih panjang dan lebih kompleks, orang barat atau orang Indonesia. Yang terpenting, bagaimana kita mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah kita dapat :)
Wassalamu'alaikum
Mungkin banyak yang berpikir "orang barat" lebih PINTAR dibandingkan orang Indonesia. Jika Anda membawa setumpuk bukti bahwa itu benar, aku tidak akan menolak bukti empiris itu.
Tiba-tiba aku berpikir, sangat sederhana, bahwa bisa jadi orang Indonesia (dan orang di negara-negara yang bahasa pengantar sehari-harinya bukan bahasa Inggris), memiliki proses kognisi yang lebih "panjang dan kompleks" daripada orang-orang yang sehari-hari berbahasa Inggris. Mengapa?
Katakanlah kita kuliah. Seberapa banyak buku diktat kita (orang Indonesia) yang berbahasa Inggris? Sangat banyak? Sebagian besar? Sangat direkomendasikan oleh dosen?
Maka, mungkin begini prosesnya:
Membaca buku --> menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia --> mencari maknanya --> memahami --> (mungkin) menerapkan.
Kalau "orang barat" mungkin begini:
Membaca buku --> mencari maknanya --> memahami --> (mungkin) menerapkan.
Wow, pernah menyadari bahwa ada satu tahap yang mungkin kita remehkan, atau menganggapnya sebagai sebuah "keniscayaan" ketika membaca buku diktat kuliah, yaitu proses menerjemahkan?
Jangan salahkan diri sendiri ketika membaca sebuah jurnal penelitian berbahasa Inggris dan sulit memahami isinya; membaca buku berbahasa Inggris dan sudah membolak-balik halaman tetapi tetap belum menangkap maknanya; membaca novel berbahasa Inggris dalam waktu 1 bulan sementara novel berbahasa Indonesia "habis" dalam 2 hari saja; menonton film berbahasa Inggris dan terpaksa mem-pause berulang kali dan membuka kamus elektronik demi mengetahui arti beberapa kata yang belum familiar??? #wah gue banget dah ini#
Apakah kita lebih "bodoh" daripada mereka yang cas cis cus berbahasa Inggris (khususnya sebagai bahasa ibu-nya)? Tentu TIDAK! Lihat, otak kita bekerja lebih keras dari mereka! Kita melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak mereka lakukan: membuka kamus, mem-pause film, membolak-balik buku sampe capai, dst.
Ini soal kebiasaan.
Ingat prinsip learning by doing?
Ingat motivasi di tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang mengatakan "bicaralah, tak penting apakah grammar Anda benar atau salah"?
Ingat ketika Olga Syahputra pergi ke luar negeri tanpa "bekal bahasa Inggris" yang cukup, lalu dengan narsisnya mengatakan pada orang-orang tak dikenal yang ditemuinya: "I'm Olga Syahputra. I'm a famous artist in Indonesia. Open your internet and search my name!" --> dan itu berhasil :)
Anyway, Skor TOEFL terakhirku 478-an; sementara syarat mendapatkan beasiswa ke luar negeri dengan tes sejenis sekitar 500-550; bahkan PNS ditargetkan skornya mencapai 600 (kalo gak salah). Wow, jauh panggang dari api :) Gak papa lah, yang penting ada kemauan untuk terus belajar #ngeles #pembahasannya jadi melebar kemana-mana nih.
Psssstttt sebenernya orang barat kalo dites TOEFL atau sejenisnya juga skornya belum tentu tinggi loh (katanya). Yaaa... kayak orang Indonesia sih. Nilai bahasa Indonesia di sekolah belum tentu 100 (sempurna). Dan bukan berarti kita bodoh :)
Jadi, tidak penting siapa yang lebih pintar berbahasa Inggris, siapa yang proses berpikirnya lebih panjang dan lebih kompleks, orang barat atau orang Indonesia. Yang terpenting, bagaimana kita mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah kita dapat :)
Wassalamu'alaikum
aku kaget lho waktu si Olga diwawancara dan bercerita seperti itu. dan itu aku banget. beberapa kali ke negara tetangga dengan english yang tidak mumpuni, yang penting PD. dan jangan lupa gerakan tarzannya.
ReplyDeleteyup betul Dit, yang penting PD dan gerakan tarzan, haha...
DeleteIya.. Siapa juga yang bilng orang bule pasti hebat "english"nya. Di temmpat saya para turis bule itu ngomong dgn vocabulary yg berantakan. Topi aja disebut heat. Hat kali ya? :)
ReplyDeletehehe bule-nya perlu "diajar" tuh :D
Deletekadang juga mereka pake bahasa "slang", jadi bukan bahasa Inggris resmi gitu...
mantap tulisannya nih... menurut aku sih sebenarnya bahasa inggris penting buat membaca literature. tapi yang lebih penting belajar menguasai bahasa sendiri dan berkarya dengan bahasa sendiri dengan baik, sehingga para orang barat itu bisa menterjemahkan tulisan dan pemikiran kita ke bahasa mereka. sudah banyak loh yang seperti itu.. so maju terus.. jangan minder. Bule ya ga pinter pinter amat bahasa inggrisnya kok... (apalagi bahasa inggris formal ya)
ReplyDeleteyak betul. Salah satu "impian dan khayalan" terbesarku adalah orang barat ganti belajar bahasa Indonesia & buku2 dari anak2 negeri Indonesia menjadi sumber literatur pendidikan mereka :)
DeleteAhhhh suka banget sama postingan ini mbak. Setuju banget deh ya, kita bekerja lebih keras dibanding mereka yg emang terlahir di negara yg berbahasa Inggris.
ReplyDeleteEh itu BTW yg Olga maksudnya berhasil gmn? agak bingung :D
iya, orang barat (yang bahasa ibunya bahasa Inggris) kalo baca buku kuliah berhasa Inggris, ya kayak baca biasa. Kayak kita baca majalah/ koran/ buku berbahasa Indonesia. Jauh lebih cepat mengerti :)
DeleteOlga berhasil "survive" disana, hehe. Ya meskipun bawa beberapa temennya sih, jadi aman terkendali masalah bahasa tadi :)
ini mah dilemaku sehari-hari di kantor hihihi.. bisa jadi aku paling lemot di perusahaan, karena ada proses menterjemahkan itu, otaknya mikir lebih lama, apalagi kalo ga sarapan hahaha... tapi enaknya, orang sini suka terkagum-kagum lho sebenarnya sama multi-lingual people. dan mereka suka mengutuk diri sendiri karena cuma bisa satu bahasa xixixi... kalau aku bilang 'sorry if my english is not fluent' mereka serta merta bilang 'well, our indonesian is none, compared to your english' wekekekekee
ReplyDeletesiiiip. Kita patut bangga terlahir di Indonesia yang memiliki beragam budaya, suku, dan bahasa ya mbak :)
DeleteBayangin aja, 1 orang Indonesia mampu berbahasa Jawa misalnya (jika terlahir di Jawa) - itupun bisa Jawa-nya Surabaya, Jawa-nya Kediri, Jawa-nya Solo; trus bisa bahasa Indonesia; bahasa Inggris; bahasa Arab (setidaknya tahu arti surat Al-Fatihah, hehe); trus kalo kerja di Bandung, akhirnya bisa sedikit bahasa Sunda, dst.
So wooow! ^_^
Menarik ya bahasannya.
ReplyDeleteBener tuh saya juga pernah dengar kalo orang native sendiri jika ikut tes TOEFL belum tentu nilainya tinggi. Mungkin sama saja kaya kita ujian bahasa indonesia, belum tentu semuanya dapat nilai 10.
Soal tes toefl untuk pns ga semua 600 kok, malah setahu saya untuk PNS lebih rendah karena berasal dari pemerintah, dan pihak luar lebih senang menerima pegawai pemerintah penerima beasiswa karena ada kepentingan mempengaruhi kebijakan.
Selain itu biasanya tergantung dari pihak penyelenggara beasiswa. Biasanya kalo beasiswa ke Amerika yang nilai standar TOEFLnya tinggi.
makasih :)
Deletewaaah, ada "kepentingan mempengaruhi kebijakan" ya? hmmm...
iya, trus katanya ada perbedaan ya, antara bahasa Inggris British dan Inggris America?
trus beberapa beasiswa juga syaratnya bukan lagi Toefl, tapi TOEIC dan tes-tes lain yang konon lebih susah daripada Toefl :)