Pernah nggak, beli buku cuma buat "biar punya aja"? Tidak didasari
oleh keingintahuan besar pada isinya, atau minat pada karyanya, melainkan ya
biar punya aja? Nah, ini buku yang saya beli karena alasan itu. Oya satu lagi
alasan, agar saya dapat bonus kepingan CD yang bisa saya putar ketika
perjalanan.
Jika saja bukan Fiersa Besari penulisnya, kemungkinan besar saya tak
akan membelinya. Seri kedua dari Konspirasi Alam Semesta ini berjudul #11:11.
Entah bagaimana membacanya. Sebelas titik dua sebelas? Sebelas sebelas? Sebelas
adalah sebelas? Yang jelas, isinya memang sebelas cerpen dari si Bung penyanyi
indie ini.
Sayangnya, kali ini saya harus memberikan rating rendah atas
karyanya. Memang sejak buku Konspirasi, cerita yang diangkat adalah hal
sederhana. Tidak ada sesuatu yang spesial dari diksi atau sudut pandang
penceritaannya. Saya justru lebih suka buku #FiersaBesari yang Tapak Jejak.
Yeah, traveling things. Sesuatu yang memang sudah dilakonya bertahun-tahun.
Sehingga saya membacanya sambil membayangkan dia bercerita tentang perjalanannya
sendiri keliling Indonesia.
11:11 isinya beragam. Ada soal cinta (tentu saja),
metafor soal kecanggihan teknologi (ini paling absurd), keluarga, dan harapan.
Jika harus memilih dua terbaik, cerpen berjudul Harapan dan Senja Bersayap yang
cukup membuat saya merenung dan trenyuh. "Harapan" ini ide ceritanya mirip novel
Guru Aini-nya Andrea Hirata. Tentang lulusan kampus yang harus mengabdi di pulau
antah-berantah sebagai guru. Sedangkan "Senja Bersayap", tentang narapidana yang
berkirim surat pada sebuah rumah yang bahkan ia tak tahu penerimanya siapa. Dua
cerpen ini ditulis lebih baik daripada sembilan lainnya.
Fiersa, bagaimanapun,
saya menghargainya sebagai seorang seniman. Pemusik dan penulis buku. Dan
layaknya beberapa penulis, tentu ada hal-hal dalam karyanya yang masih berlubang
dan perlu ditambal di sana-sini :)
0 komentar:
Post a Comment