Aku melongok melalui jendela rumah, apa suara ribut di depan. Kudengar suara dua sabetan dan kemudian seorang anak menangis tergugu sambil mengusap-usap kepalanya. Oh! Aku spontan menutup mulut ketika melihat seorang ayah memukulkan topi yang tadinya dikenakan kepada seorang anak lelaki gembul yang sedang bermain di taman bacaku.
Tak lama kemudian, suara makian yang tak jelas pun meluncur lancar dari mulut si bapak. Ibuku yang juga kaget juga bergegas keluar dari rumah. “Pak, pak, wonten napa niki?” (Pak, pak, ada apa ini?). Si bapak bergeming dan terus memandang wajah si anak yang mengusap air matanya dengan wajah suram. Sementara aku hanya mengamati dari balik jendela saja karena sudah ada ibuku dan seorang tetanggaku yang turun tangan. Jika aku ikut-ikut keluar, mungkin malah menjadi perhatian orang-orang yang lewat.
Tak lama kemudian, suara makian yang tak jelas pun meluncur lancar dari mulut si bapak. Ibuku yang juga kaget juga bergegas keluar dari rumah. “Pak, pak, wonten napa niki?” (Pak, pak, ada apa ini?). Si bapak bergeming dan terus memandang wajah si anak yang mengusap air matanya dengan wajah suram. Sementara aku hanya mengamati dari balik jendela saja karena sudah ada ibuku dan seorang tetanggaku yang turun tangan. Jika aku ikut-ikut keluar, mungkin malah menjadi perhatian orang-orang yang lewat.