Ora Bangga Diarani Wanita Karir

, , 14 comments
Terjemahan judul: Tidak Bangga Disebut “Wanita Karir”
---

“Buk, aku kok ora bangga yo diarani dadi ‘wanita karir’?, kataku suatu ketika pada ibuku.
(Buk, aku kok tidak bangga ya disebut sebagai ‘wanita karir’?)

“Lha nyapo, Ndhuk?”
(Lha kenapa, Ndhuk?)

“Hmmm... Merga cita-citaku ket biyen pancen dudu dadi wanita karir kok. Aku luwih seneng lek wong liya mengidentifikasikan aku wanita sing lembut misale, wanita sing pangerten, setia, lan sak piturute.”
(Hmmm... Karena cita-citaku sejak dulu memang bukan menjadi wanita karir kok. Aku lebih senang jika orang lain mengidentifikasikan aku sebagai wanita yang lembut, misalnya, wanita yang pengertian, setia, dan sejenisnya.)


“Emang sifate sampeyan kaya ngono kuwi? Lembut, pangerten, setia?”, balas ibuk menggoda.
(Memangnya sifatmu seperti itu? Lembut, pengertian, setia?)

“Yo embuh buk, kan iku mau MI..SAL..E.. Tiwas disebut “wanita karir” kuwi mau.”
(Ya nggak tau buk, kan tadi itu MI..SAL..NYA.. Daripada disebut “wanita karir” itu tadi.)

“Hmmm... Ngono yo?”, balas ibuk singkat.
(Hmmm... Begitu ya?)
***

Pemikiran mengenai wanita karir vs bukan wanita karir sebenarnya sudah lama aku miliki. Entah mungkin karena komunitas yang aku ikuti, buku yang aku baca, observasi yang aku lakukan, mendengarkan berbagai kisah dari orang lain, atau apa. Yang intinya semua meruncing pada sebuah pemikiran dan tekad yang cukup kuat tapi sederhana: keinginanku di masa depan bukanlah sepenuhnya menjadi wanita karir. Sehingga imbasnya, aku tidak terlalu suka atau bangga disebut sebagai wanita karir.

Perlu diperjelas dulu apa sebenarnya makna dari “karir” itu sendiri.
Kalau Rene Suhardono bilang “YOUR JOB IS NOT YOUR CAREER”, maka memang apa yang saat ini kita lakukan/ kerjakan, belum tentu menjadi karir kita.

KARIR, gampangnya, merujuk pada makna sebuah perjalanan pekerjaan seseorang sejak awal dia bekerja hingga saat ini.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karir didefinisikan sebagai perkembangan dan kemajuan, baik pada kehidupan, pekerjaan, atau jabatan seseorang. Biasanya pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang mendapatkan imbalan berupa gaji atau uang.

Sumber gambar dari sini

Misalnya, karir seorang Direktur Donokasinoindro di sebuah rumah sakit diawali dengan menjadi dokter internship di sebuah klinik di daerah terpencil. Kemudian ia diangkat menjadi PNS dan menjadi pegawai tetap, dan mengajukan mutasi, kembali kotanya. Karena kinerjanya baik, ia dipromosikan menjadi dokter kepala, seiring ia mengambil pendidikan spesialis di universitas. Sikapnya yang tekun dan relasi sosialnya yang bagus membuatnya dipercaya menduduki jabatan struktural yang lebih tinggi hingga menjadi direktur seperti sekarang ini.

Itu adalah sebuah contoh perjalanan karir yang linier dengan latar belakang pendidikan seseorang. Ada juga karir yang tidak linier, baik dengan pendidikan yang ditempuh maupun adanya perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.

Perpindahan ini bisa berupa naik-turunnya jabatan dari satu perusahaan ke perusahaan lain, ataupun perpindahan jenis pekerjaan itu sendiri. Orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu, biasanya relatif mencari posisi yang sejenis ketika melamar di berbagai perusahaan. Sedangkan wirausahawan, pengusaha, atau seringnya disebut “bekerja swasta/ mandiri”, bisa jadi lebih berani untuk mencoba berbagai kemungkinan bidang usaha. Misalnya ketika gagal di usaha meubel, banting setir membuka counter pulsa, atau membuka dealer otomotif, dan lain sebagainya. Orang-orang yang berpindah-pindah pekerjaan seperti ini, ya artinya memiliki “karir” begitu . Demikianlah perjalanannya dalam bekerja.

Dan biasanya yang lebih menarik untuk diceritakan dalam sebuah seminar, talkshow, acara motivasi, kolom inspiratif di media massa seperti koran, majalah, televisi, dan portal berita online, justru adalah orang-orang yang memiliki karir yang unik, menantang, dan menarik untuk diulas, yang kebanyakan adalah wirausahawan.

Kalaupun yang diulas adalah pegawai negeri, tentulah itu merupakan sosok-sosok yang luar biasa hebatnya dalam pengabdian kepada negara dan orang lain. Misalnya, guru di pedalaman dengan gaji kecil yang rela mengayuh sepeda tiap hari blablabla... atau juga pegawai negeri yang sudah mempunyai jabatan tinggi, sering disorot, berhasil mengungkap tindakan korupsi blablabla...

Sampai disini dapat disimpulkan bahwa orang sering salah menggunakan istilah karir itu sendiri. Pembelokan maknanya disambungkan dengan sebuah subjek, sehingga muncul kalimat “wanita karir”, “lelaki karir”, “orang yang terlalu memikirkan karir”, “pengejar karir”, dan sebagainya. Karir yang tadinya adalah sebuah objek, menjadi sebuah subjek.

Dan banyak yang berpikir bahwa orang berkarir adalah orang yang menghabiskan waktu dari jam 8 hingga 5 sore di kantor, memakai seragam parlente, hidupnya dipenuhi dengan rapat, bertemu klien, mengerjakan laporan, dikejar deadline, diganjar dengan gaji setimpal, dan lebih memikirkan pekerjaan daripada hal-hal di luar pekerjaan. Beberapa diantaranya tidak salah sih, khususnya orang-orang yang memang rutin ngantor setiap hari. Tapi seperti ulasan di atas, karir bukanlah pekerjaan itu sendiri, tapi karir adalah perjalanan, jalur (path) yang dilalui seseorang mulai awal bekerja hingga saat ini.
***

Kembali ke inti cerita, aku jadi teringat kisah 2,5 tahunan yang lalu, yang waktu itu aku sudah akan lulus pendidikan master. Aku chat dengan seseorang di belahan bumi lain, yang intinya, dia menanyakan, setelah lulus nanti, aku ingin bekerja di mana, perusahaan apa.

Aku: “I wanna be a really really great mother for my children.”
Dia: “Oh c'mon. Being parent is a nature. You will be. Everyone may be will be. So do I. I mean, where will you work, how much salary you want to earn, what will you do with you high education, blablabla...”
Aku: “But you can’t be a good parent just by do it. You must much learn, knowing every single thing about it, prepare it. Won’t we?
Dia: “Right. But for me, I wanna be a career woman. Working at prestigious company, having another respect, will use my knowledge and skill to earn money. What do you think?”
Aku: “That’s great. Go for it. I will go mine :)“

Jadi, sejatinya aku memang tidak suka disebut sebagai wanita karir (ah, aku terjebak dengan istilah ini sendiri), walau ya aku tetap menjalani pekerjaanku sendiri, yang merupakan bagian dari karirku. Dalam arti, setidaknya sampai saat ini aku tidak ingin bekerja kantoran mulai pagi sampai sore. Aku lebih nyaman suatu saat punya kantor sendiri, wiraswasta, atau punya sekolah, ketemu anak-anak kecil yang unyu-unyu tiap hari, pokoknya sesuatu yang tidak mengalihkan perhatianku terlalu banyak dari keluargaku.

Alasan lainnya, orang-orang kadang membuat pernyataan yang menyebalkan mengenai hal ini. Karir, dihubungkan dengan percintaan, dan lain-lain. Misalnya:
  • Pantes belum nikah, belum mau mikirin ya? Masih fokus sama karir? --- BERI AKU CALON MEMPELAI, BU, PAK!! BERI AKU!!
  • Wah, pasti pengen S3 ya? Biasanya yang habis S2 itu lanjut S3 sekalian! --- KAMU MAU BAYARIN AKU S3 DI EROPA?? ENGGAK KAN??
  • Mumpung kamu belum punya suami dan anak, Fatma. Silakan pergi melanglang buana mengejar karir setinggi mungkin, sejauh mungkin. Kalau sudah menikah, waktumu gak akan sebebas sekarang. --- MAKASIH LHO YA, NASIHATNYA!!
  • Cowok: “Bunda, kayaknya Fatma belum mau nikah sekarang deh. Tuh lagi sibuk kerja terus. Dia masih fokus di karirnya. Sayang kalau nikah sekarang, dia masih seneng-senengnya berkarya.” --- YA MENURUT LO, GUE HARUS DIEM DI RUMAH AJA SEMBARI NUNGGU DATANGNYA JODOH?? MERATAPI KESENDIRIAN DALAM TEMARAM MALAM SAMBIL MENYEDUH KOPI PAHIT DI SELA RINTIK HUJAN?? PLIS!

MAAF, SAYA LAGI EMOSI.
Eh, maaf, saya lagi emosi tadi.

14 comments:

  1. WIH EMOSI!!!
    Kembali ke Gus Mul dulu ah ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kembalilah kesana. sesungguhnya di sana lebih mengasyikkan :p

      Delete
  2. Replies
    1. ah, kenapa ini yah blogspot suka ngilangin komen orang? maapkeun kang

      Delete
  3. Mbak :)) Kamu ada temannya: Aku! Semoga lekas diberi jodoh. Semangat menjemputnya! ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. aaaaamiiiiiiinnn :*
      dirimu kapan jadi sebar undangan? eaaakk pertanyaan iniiihhh :)))

      Delete
  4. Dari bagian tanya jawab bawah. Sampean masih yakin pantas disebut wanita lembut??

    ReplyDelete
    Replies
    1. insya Allah yakin 101% mas.
      sampeyan ora patut ora yakin. *asah golok*

      Delete
  5. Tulisanny jujur ma..kerasa emosinya..hahaha.
    Disebut wanita karir juga bnyk positifnya.karena perjalananmu yg sejauh ini buat jd S2 gak gampang.
    Tapi..wahai org" di luar sana..temenq ini pengen bilang klo fokus utamany bukan karir .arena bagi temenq ini karir yg ia raih sbg pengembangan diri sblm jadi istri dan ibu.Bener gt to ma?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wih, makasih lho bu psikolog Nukmatus Sariri :)
      interpretasi anda luar biasa, wahai wanita karir :*

      Delete