Terlalu Banyak Peristiwa

, , 5 comments
Terlalu banyak peristiwa untuk diceritakan.
Sejak posting terakhirku beberapa bulan yang lalu, aku menjalani hal-hal baru dalam hidupku.

Beberapa bulan ini aku berkunjung ke Kupang (untuk kali ke dua), Bontang (Kaltim), lalu ke Palembang (Sumsel), trus ke Palembang (lagi).
Setelah ini aku akan ke Semarang (Jateng) dan Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Semuanya untuk urusan pekerjaan.

Aku menjalani sebuah hubungan yang serius dan kupikir akan berakhir baik, ternyata tidak, walau kami mengakhirinya dengan sangat baik-baik.
Aku menjadi sadar (dan tidak sadar) bahwa harusnya memang masih ada rahasia tersembunyi dari Tuhan mengapa Ia menjadikan seperti ini.


Aku memutuskan memiliki kendaraan baru berwarna merah (seperti impianku bertahun-tahun lalu), dan mencoba menantang diri sendiri untuk menjadi lebih berani sebagai seorang wanita. Aku ingin hidupku tidak datar, aku ingin mengalami sesuatu. Intinya itu.
Aku menyopir si merah Surabaya-Kediri dan Kediri-Surabaya sejauh masing-masing 120-an kilometer, yang ditempuh dalam waktu @ 3 jam. Dengan kecepatan maksimal yang dapat aku tempuh di jalan tol 120km/jam. Walaupun ini sangat berbahaya dan ibuk serta mbak mengingatkan untuk tidak mengulanginya lagi, karena aku baru bisa nyetir mobil 1-2 bulan yang lalu.

Beberapa hari ini rasanya hatiku seperti flat. Datar. Aku sedikit gagal merasakan kesedihan dan kebahagiaan yang teramat sangat. Aku sengaja menyibukkan diri dalam pekerjaan di Palembang ini. Pergi pagi jam 6, sampai hotel lagi selalu di atas jam 9 malam, bahkan pernah aku dan rekan baru sempat makan malam jam 12.

Aku masih malas memikirkan untuk jatuh cinta lagi.
Aku malas memikirkan apapun yang terlalu mellow, walau kadang sebelum tidur ketika sudah sepi, aku merasakan sesuatu yang mengganjal dalam hati, entah apa itu.

Oya, mungkin aku hanya memikirkan ibu yang sedang butuh terapi di tangan kanannya karena kata dokter spesialis rehabilitasi medik, ibu mengalami keseleo sedikit di sendi bahunya.

Dari kesemuanya ini, mungkin apapun yang terjadi, aku sedikit mengambil kesimpulan, bahwa di dalam hati ibu yang paling dalam, ibu masih belum mau dan belum siap aku tinggalkan. Ibu masih ingin bersama aku. Aku temani kemana-mana. Ke pasar, ke arisan, ke rumah saudara, ke tukang pijat, mengunjungi teman yang sakit, ke dokter, ke manapun. Bisa jadi, kan?

Aku hanya berdoa, aku mampu mensyukuri sekecil sekaligus sebesar apapun nikmat yang Tuhan berikan kepadaku, kepada keluargaku. Dan memberi kesehatan serta kebahagiaan pada ibuku. Aamiin...

5 comments: