Kereta Ekonomi Rapih Dhoho Makin Cihuy!

, , 11 comments
Assalamu'alaikum

Aku benar-benar kaget ketika sore ini jam 15.45 WIB memasuki gerbong kereta api dari Kediri menuju Surabaya. Wow pokoknya!

Mungkin perlu tahu juga apa latar belakangku kembali mulai mau naik kereta api, setelah sebelumnya kira-kira setahun terakhir selalu menggunakan armada bus antarkota dalam propinsi dari Terminal Bungurasih Surabaya. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah di Surabaya aku ikut tinggal bersama bulikku, di daerah Menanggal. Menanggal-Bungurasi hanyalah sepelemparan batu. Sehingga aku hampir selalu naik bus ketika pulang kampung. Sedangkan dulu saat masih kuliah, kampusku yang berada di Dharmawangsa lebih dekat dengan Stasiun Gubeng. Maka, dulu aku jaman unyu-unyu jauh lebih sering naik kereta api. Mulai dari harga 4.000rp, lalu naik jadi 4.500rp, 5.000rp, hingga terakhir sudah 2 tahunan ini (atau lebih) menjadi 5.500rp. Wow, murah pake banget kan ya?


Kembali ke cerita mengenai kereta api (selanjutnya kusingkat KA saja) yang sedang aku naiki sekarang (iya, ini update blog sambil di dalam kereta), aku rasa peningkatan layanannya luar biasa signifikan. Oke, jika tidak luar biasa, katakanlah biasa-biasa saja tapi signifikan. #halah. Meliputi apa saja sih yang aku bilang peningkatan layanan ini? Oya, ini spesifik aku menceritakan kondisi KA Rapih Dhoho jurusan Kediri-Surabaya dan sebaliknya ya.

  • Seluruh gerbong ber-AC. Wooohoooo! Ini perubahan yang benar-benar bikin senang seluruh umat manusia (yang suka hawa dingin khususnya). Hmmm ada juga sih ya beberapa orang tua yang malah mudah masuk angin kalau udara dingin, ibuku salah satu contohnya, hehe. Di setiap gerbong ada 6 buah AC biasa (AC yang biasa ditempel di dinding kalau di rumah-rumah/ kantor, bukan AC sentral yang pengaturannya terpusat). Aku perhatikan di setiap AC di-set di suhu 19 derajat celcius. Eh ada juga yang 22 derajat ding. Untuk sore ini, sudah lumayan adem lah. Asik. Dulu mah boro-boro ada AC ya, kipas angin aja tidak ada. Atau kalau ada, jarang sekali dinyalakan. Kalaupun dinyalakan, sama saja karena udara di dalamnya sudah panas, sumpek, jadinya tidak membuat lebih nyaman.
  • Di setiap kursi yang berhadapan, ada 2 colokan listrik alias stop kontak. Letaknya di bawah meja kecil yang menempel di dinding. Sebelumnya, colokan ini tidak ada dan mejanya lebih besar. Tentu saja hal ini memudahkan para traveler, eh apra penumpang, untuk mengecas hp, laptop, ataupun segala macam gadget-nya. Hidup menjadi lebih tenang dan menyenangkan, bukan? 
  • Sama sekali tidak ada jendela hidup (jendela yang bisa dibuka-tutup sesuai keinginan penumpang) di setiap deretan kursinya. Jendela-jendela itu rupanya sudah ditutup rapat, atau lebih tepatnya desainnya diubah sedemikian rupa sehingga yang tampak hanyalah lempengan besi polos saja di lurus di bagian yang dulu merupakan jendela. Hal ini bisa dipahami, karena sekarang sudah ber-AC, tidak perlu lagi jendela. Atau kalau ada jendela, justru efek AC tidak akan optimal. Padahal ya, dulu jendela-jendela itu selain berfungsi sebagai sirkulasi udara, juga akses para penumpang untuk membuang berbagai macam sampah sembarangan ke luar gerbong. Kecuali aku ya :p
  • Gerbong bersih. Kalau yang ini sih, sejak setahun lalu sudah tampak baik perubahannya. Ada petugas khusus kebersihan yang secara rutin berkeliling menyapu dan mengepel lantai gerbong KA. Tapi jangan dibayangkan bersihnya gerbong KA ekonomi itu bersih sih sih kayak di rumahmu sendiri ya, hehe. Tapi setidaknya tidak ada tumpukan sampah bekas makanan, tumpahan minuman, dan sejenisnya. Kebersihan sebagian dari iman euy!
  • Tidak ada pedagang asongan, pengemis, pengamen yang boleh masuk. Peraturan ini juga sudah diterapkan sejak 2 tahunan yang lalu. Yang boleh berjualan ada dari kantin/ resto resmi KA di dalam gerbong ini sendiri. Ada petugas restorasi yang rutin berkeliling (menggunakan seragam resmi) yang menawarkan berbagai minuman dingin dan hangat, serta makanan. Harganya memang sedikit lebih mahal. Yah, namanya juga berdagang di atas rel. Untuk pengemis dan pengamen juga sama sekali dilarang masuk. Tapi kadang kangen juga ya, kalau ada pengamen yang misalnya suaranya benar-benar bagus dan bisa menghibur kita, yang mana kita rela mengeluarkan uang “gede” ke kantong yang mereka sodorkan. Kangen juga dengan bapak-bapak penjual pecel Nganjuk yang setiap kali melewati Kertosono, dia tiba-tiba muncul dan berteriak, “AYOO AYOOO! SING DURUNG MANGAN NGACUUUUNG! PECEL PECEL ENAK MURAH. NGACUNG YO NGACUUUNG!” (terjemahan: Ayo, yang belum makan angkat tangan! Pecel enak murah. Angkat tangan yuk!). Pak, dimanakah dikau sekarang berada, pak? Huhuhu...
Satu-satunya yang aku belum cek adalah kondisi toiletnya. Soalnya aku sudah hampir tidak pernah menggunakan fasilitas toilet di gerbong yang mana apapun “hajat” yang kita buang akan langsung PLUNG! jeblos ke bawah, ke rel, tanpa ada tempat penampungan macam septic tank atau sejenisnya. Air bersih jarang atau hampir tidak pernah tersedia, jadi harus membawa air di botol/ gelas sendiri sebelum ke toilet.

Sedangkan untuk layanan di stasiunnya sendiri juga sejak setahun lalu aku naik KA sudah seperti itu:

  • Pembelian tiket ekonomi bisa dipesan hingga H-7 hari (kalau tidak salah), sehingga tidak harus berdesakan dan harap-harap cemas apakah akan kebagian tiket/ tidak. Dan ketika sudah sampai di stasiun tujuan, bisa langsung membeli tiket balik ke stasiun awal. Atau kalau tidak salah ingat, bisa juga sebelum berangkat langsung beli tiket balik. Sudah macam beli tiket pesawat dan bus antarpropinsi ye bo’. Jika calon penumpang tidak mau susah-susah antri di loket, ada layanan self-printing tiket (yang belum aku coba). Bahkan di atas bagian informasi alias customer service, tertulis besar kurang lebih seperti ini: KENAPA MAU REPOT ANTRI DI STASIUN? BELI DI: (kemudian ada logo Alfamart, Indomaret, PT. Pos Indonesia, dan beberapa tempat lain).
  • Menggunakan isian form dan identitas diri (KTP/ SIM) untuk membeli tiket. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan penumpang yang naik berbeda identitasnya dengan pemesan tiket. Sebelum masuk ke area lajur keberangkatan dan kedatangan KA (tempat tunggu terakhir sebelum naik KA), setiap penumpang diperiksa tiketnya dan dicocokkan dengan identitas diri. Kalau cocok, petugas akan menyetempel tiket kita. Di tiket sudah tertera jelas, di gerbong berapa dan kursi nomor berapa kita harus duduk.
  • Ada TV layar datar cukup besar di atas yang menayangkan jumlah kursi yang masih kosong (bisa dipesan) di masing-masing nama kereta untuk jadwal selama seminggu ke depan. Informasi ini tentu sangate bermanfaat untuk calon penumpang yang tidak bisa/ tidak mau mengakses website PT. KAI, seperti aku misalnya. Hehe. Juga tersedia beberapa standing banner dan papan informasi yang tampak sangat amat penuh dengan segala macam jadwal yang aku saja sampai bingung membacanya. Apakah semua tempelan itu memang berbeda mulai dari sisi kiri hingga kanan, atas hingga bawah, dan semua dibutuhkan calon penumpang? Atau itu hanya kertas-kertas yang sama isinya antara satu dengan yang lain? Entahlah.
  • Ada booth khusus colokan listrik, baik di ruang antri loket maupun di ruang tunggu dalam. Ada 2 sap, atas dan bawah. Atas untuk ngecas hp, dan bawah dengan ruang yang lebih lebar untuk ngecas dan meletakkan laptop sementara waktu.

Kurang lebih seperti itulah kondisi kereta ekonomi Rapih Dhoho jurusan Kediri-Surabaya, dan juga penampakan stasiun Kediri sore ini. Harapanku pribadi sih semoga terus ada perbaikan sistem pembelian tiket dan kualitas layanan lainnya.

Contohnya sih aku paling males kalau disuruh beli tiket dengan menulis identitas lengkap dan segala informasi tetek bengek lainnya di loket. Malah dulu di Stasiun Gubeng Surabaya tidak tersedia pulpen (atau hilang?) di booth pengambilan form pembelian tiket. Alhasil, maraklah penjual pulpen 3.000-an di luar stasiun yang sangat mengganggu pemandangan dan polusi suara. Sementara yang bisa langsung menuju loket adalah untuk pembelian hari itu/ langsung berangkat, hanya dengan menyerahkan identitas, baik KTP maupun SIM.

Okay, sekian dulu tulisan kali ini. Aku lapaaaarrrr!!!

Gara-gara salah perhitungan dan berangkat ke stasiunnya agak cepet-cepet, jadinya belum sempat beli makanan buka puasa. Aku pikir bisa beli di depot-depot dalam stasiun dengan aku masuk lebih awal ke ruang lajur pemberangkatan-pemberhentian kereta. Ternyata pas aku sampai stasiun, masih ada KA Majapahit jurusan Jakarta yang ngetem beberapa menit. Penumpang selain KA itu tidak boleh masuk terlebih dahulu, harus menunggu di depan loket. Alhasil, ketika KA Rapih Dhoho akan tiba, aku sudah agak was-was dan tidak berani untuk pergi agak jauh dari lajur kedatangan KA, takut ketinggalan.

Sekian, dan kapan-kapan naiklah kereta api ekonomi. #visitKediri. Horas bah!

Wassalamu'alaikum

11 comments:

  1. Iyah,.emang.skrg pt kai mulai banyak peningkatan, jadinya lebih nyamanlah.

    ReplyDelete
  2. Hampir tiap minggu pulang sampe bikin tulisan rumah kereta. Mampir kak.

    Rumah Kereta http://wp.me/p421dL-8B

    ReplyDelete
  3. naik kereta api tut tut tut... asik donk keretanya tambah cihuiiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. ho oh mbak. Tapi kayaknya masih jauh lah kalo dibandingkan di Inggris sana, hehe...

      Delete
  4. Seumur hidup belum pernah naik kereta T__________T

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha masak sih Dwee?
      etapi emang ada beberapa temenku yang belum pernah naik kereta juga sih.
      coba dong kapan-kapan :p

      Delete
  5. Haiii, setelah sekian lama, akhirnya blogku berhasil meluncur, mbak pety :)))). silahkan baca tulisanku http://talaktiga.blogspot.com/2014/09/birokrasi-dan-setiap-centimeter-jalan.html #promosi

    ReplyDelete
  6. yuuup. udah meluncur kesana, mas bro. itu tulisan khas kamu banget dah. too much questioning :p
    cocok lah kuliah di Hubungan Internasional Universitas Indonesia angkatan 2015! *mengerling*

    ReplyDelete
  7. sekarang toiletnya sudah gak plung ke bawah,tapi ada penampungnya

    ReplyDelete