Buku Bajakan di Blok M Square Jakarta

, , 24 comments
Assalamu'alaikum

Sebelumnya, untuk teman-teman yang beragama Islam, aku ucapkan:
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1434 H.
Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah, dan dosa-dosa kita diampuni olehNya. Aamiin :*

Mbeeeekkk... Mhoooo...
Oke, itu suara kambing dan sapi dari masjid sebelah.
-----

Beberapa bulan yang lalu aku sempat berkunjung ke Jakarta selama seminggu. Karena ada keperluan pribadi, makanya aku gak menghubungi teman siapa-siapa disana. Walaupun ada cukup banyak teman sekolah, kuliah, kenalan, ataupun teman yang sama-sama suka ngeblog yang tinggal di Jakarta. (sok laku banget kayak ada yang ngarep mau ketemu aja) #kemudiansedih.
Pada sebuah siang yang panas, aku dan mbakku ke Blok M dengan naik taksi. Ya maklum, disana mbakku belum ada kendaraan pribadi. Dan aku sekarang lupa Blok M itu daerah mana. Jakarta Pusat bukan? Hihihi...

Kebetulan mbakku (dan temannya) memang ada perlu kesana, nah sekalian aja aku ikut, daripada di kos sendirian. Yang pertama kali aku tanyakan adalah, "Disana ada toko buku nggak?"
Aku kira di mall-nya. Kalau mall kan pasti ada toko bukunya ya. Ternyata mbakku ada perlunya ke daerah "pasar"nya. Atau apa sih namanya, aku lupa. "Pasar" yang dimaksud adalah Blok M Square.

Begitu turun dari taksi, kok rada horor ya tempatnya. #lebay. Jadi kayak turun, yang jalannya lebih rendah daripada jalan raya di sekitarnya. Oke, ini gak seperti yang aku bayangkan, batinku. Kami mulai memasuki lorong-lorong, turun lagi satu lantai, dan ada beberapa blok toko yang disekat dengan rolling door atau semacam itu. Bagi yang pernah ke DTC (Darmo Trade Center) nya Surabaya, nah mirip kayak gitu lah suasananya. Cuma ini lebih tertutup lagi, underground. Eh lower ground. Hiiiiii. #lebaykuadrat.

"Mana toko bukunya?" tanyaku pada mbak.
"Nggak tau. Mungkin di sana", mbakku menujuk arah lain.

Sebenernya sebelum berangkat aku udah diberi tahu sama temennya sih kalau toko bukunya bukan toko buku-buku baru, tapi bekas. Kalau toko baru di Plaza Blok M nya, tapi tujuan kami nggak kesana. Yowis lah gak papa, pikirku.

Begitu memasuki area "toko buku" itu, perasaanku remuk redam. Jantung berdetak lebih kencang. Hati pedih teriris. Geram. Mengapa oh mengapa? Ternyata disana nggak cuma jual buku bekas, tapi juga buku bajakan. BUKU BAJAKAN!!!

Sumber: httptravel.kapanlagi.comartikelbelanja1276-berburu-buku-murah-meriah.html

Aku dan mbakku berkeliling dari satu lapak ke lapak yang lain. Ada yang lapaknya terbuka, ada yang semi tertutup. Mataku nanar melihat tumpukan buku dengan cover yang sedikit blur, kertas yang lebih putih, dan massa yang lebih berat, berjejer rapi di puluhan lapak disana. Aku tahu persis, itu BUKU BAJAKAN!

Langkahku sedikit gontai melihat buku-buku best seller dijual dengan harga setengah hingga dua pertiga lebih murah daripada aslinya. Berderet-deret kertas ditegakkan dengan tulisan besar-besar "OBRAL 10.000-25.000". Sebut saja buku best seller yang kumaksud antara lain: serial Laskar Pelangi lengkap, buku-buku Habiburrahman El Shirazy lengkap, buku seri Asma Nadia lengkap, novel berseri Twilight lengkap, buku motivasi mulai Mario Teguh, Hermawan Kertajaya, Tung Desem Waringin, Billy Boen, buku-buku Dahlan Iskan, dsb. Buku agama mulai dari serial Yusuf Mansur, Felix Siauw, Ippho Santosa, dsb.

Ada juga toko yang masih "jujur" dengan membuka dagangan buku bekas. Iya, BUKU BEKAS. Buku second-hand yang oleh penjualnya disampul dan dipak rapi untuk menjaga kebersihan dan keutuhan buku. Aku sedikit lega melihat itu. Sungguh aku tahu kalau itu memang buku asli. Aku mengoleksi buku (walaupun tidak banyak) di rumah. Kurang lebih ada 90 buah buku. Beberapa yang dijual dengan harga sangat miring itu, aku punya. Aku sering mengunjungi toko buku, dan kualitas fisik buku bajakan jauh berbeda dengan buku asli.

*menghela nafas dalam-dalam*

Yawis, karena memang niatku ingin beli buku disana, dan "buku baru" adanya adalah yang bajakan, maka aku memilih membeli "buku asli" walaupun buku bekas. Aku berputar-putar lama sekali untuk menentukan buku apa yang ingin aku beli. *ya emang aslinya aku susah ambil keputusan dan mbulet sih*. Kusesuaikan juga dengan budget yang sudah aku tetapkan sejak berangkat. Setidaknya, aku bisa membeli 2-3 buku "asli", pikirku.

Mbakku sempat menyeletuk, "Ya nggak papa kan beli yang bajakan? Kan jauh lebih murah. Toh juga nggak keliatan banget bedanya."
No no no no! Adalah tindakan bodoh dan sangat bodoh kalau aku beli buku bajakan. Aku yang sebagai penikmat buku aja merasa "nggak rela" kalau karya penulis favoritku dibajak (yang artinya juga masyarakat luas ikut menikmati karyanya, sementara royalti sama sekali nggak masuk ke penulis).

Satu lagi hal yang bikin aku kapok beli buku bajakan adalah penyesalanku dan rasa sedihku yang amat sangat. Beberapa tahun yang lalu aku pernah dititipi temanku yang berencana membuka persewaan buku di rumahnya, untuk membeli buku-buku bajakan di "toko buku" Blauran Surabaya. Blauran juga sama seperti Blok M Square ini, ada (banyak) yang buku bajakan, ada juga yang buku bekas. Dengan berbekal uang 500 ribu yang ditransfer temanku, maka belilah aku puluhan buku bajakan di Blauran. Seketika itu aku merasa puas karena "berhasil" membelikan banyak buku dengan budget minim. Namun setelah itu, penyesalanku tak berujung. Errr... Dan sejak saat itu, aku anti membeli buku bajakan, khususnya untuk buku bacaan koleksiku sendiri, yang kebanyakan adalah novel, kumpulan cerpen, dan kisah-kisah non fiksi.

Dan inilah buku "asli" yang berhasil aku temukan diantara ribuan tumpukan buku disana #lebaypangkattiga.
Pertama, untuk melengkapi koleksiku akan karya Tere Liye, aku membeli buku "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah". Buku setebal 507 halaman ini aku beli seharga Rp 35.000,-. Saat itu, kondisi luarnya masih sangat bagus. Dibungkus plastik tebal, sehingga ujung-ujung buku juga masih rapi. Hanya saja setelah aku buka (boleh dibuka di tempat untuk mengecek kondisinya), di halaman tengah lemnya sudah agak lepas. Nggak bikin kertasnya mrotol sih (apa sih bahasa Indonesianya mrotol?), tapi bikin khawatir aja kalau ada temen yang minjem dan gak hati-hati, bisa cepat rusak.
Berhubung stoknya tinggal satu itu, ya sudah, aku memutuskan untuk membelinya. No regret :)


Buku "asli" ke dua yang aku beli adalah "Catatan Parno PNS Gila". Aku sudah lama mendengar judul buku ini dan pengen banget beli, tapi belum kesampaian. Karena aku penyuka humor, kubelilah buku ini. Buku setebal 239 halaman ini dihargai Rp 20.000,- saja. Kondisinya sangat bagus, terbungkus plastik rapi. Nih akun twitter penulisnya: @uyungPNSgila. Senangnya sempat berbalas mention dengan beliau waktu aku membuat review bukunya di twitter (emang niat modus banget pengen di-reply :p)


Buku "asli" ketiga yang aku beli adalah "Idol Gagal" karya @indrawidjaya. Buku ini juga pernah aku denger beberapa kali judulnya tapi belum sempat beli. Lagi-lagi ini juga buku komedi, terbitan Bukune. Penulisnya adalah mantan calon Indonesian Idol yang gagal di putaran 52 besar, seangkatan sama Sean, Dion, dkk. Pas bikin review bukunya di twitter, sempat di-RT oleh Indra juga. Horeeee #halah.


Ini adalah tampang dari Indra Widjaya. Ganteng yak?! Sayang masih berondong -___- Errrr

Sumber: nyunyu.com
Nah, ada yang mengejutkan buatku pas nemu buku ini (aku belinya di lapak yang berbeda-beda). Buku ini masih dibungkus plastik pres yang rapi jali, mirip banget sama buku "asli" di toko buku. Kalau yang lain, yang aku maksud dengan "dibungkus plastik" adalah plastik tebal, trus diisolasi sendiri sama penjualnya. Nah ini beda, yaitu dengan plastik pres.
Ke-kepo-anku pun muncul. Mulailah aku mewawancarai pak penjualnya dengan tipe pertanyaan investigatif #uopo. Intinya bapaknya  bilang, memang ada buku asli juga di lapaknya.

"Kok bisa setengah atau sepertiga harga lebih murah daripada aslinya pak?"
"Ya nggak tau ya mbak. Mungkin dari toko atau penerbitnya langsung yang sudah lama nggak laku, trus dilempar kesini", jawab bapaknya.
"Padahal ini asli kan pak?"
"Iya"
"Yakin pak?"
"Yakin"

Kebetulan bapaknya emang jual buku asli semua.

"Kalau lapak yang lain, bapak tau kan kalau itu buku bajakan?"
"Tau mbak"
"Mereka dapetnya dari mana aja pak buku bajakannya?"
"Wah nggak tau ya mbak. Ada aja sih gitu itu pihak yang nawarin ke mereka"
"Mereka dengan ngejual buku murah, masih bisa dapet untung ya pak?
"Iya pastinya"
"Kalau bapak sendiri, kenapa nggak ikutan jual buku bajakan pak?"
"Enggak mbak. Ini aja"
"Pernah nggak sih pak ada Satpol PP atau polisi gitu yang sweeping kemari?"
"Hmmm pernah nggak ya? Kayaknya jaman dulu pernah mbak"
"Tapi kok nggak pada ditangkep ya pak yang jual buku bajakan?"
"Hmmm nggak tau juga ya"

*sambil masih tetap berdiri*

"Ih, harusnya kalau polisinya bener pak, kan mereka pada ditangkap?" suaraku aku pelankan sambil melihat kanan kiri, takut ada yang mendengar dan aku disiram air keras -_-
"Hmmm nggak tau ya". "Oya mbak, lapak-lapak buku bekas ini kan dulunya pindahan dari Kwitang", lanjut si bapak penjual tanpa aku tanya. Aku merasa si bapak mulai terbuka. Cieeee #halah
"Oh, Kwitang? Pindahan dari Kwitang situ pak?"
"He em. Mbaknya tau kan, daerah Kwitang?"
"ENGGAK PAK"

*kemudian ada hening yang panjang*
Ya boro-boro aku ngerti Kwitang itu Jakarta sebelah mana. Wong di Surabaya aja yang sudah aku tinggali 8 tahun masih sering nyasar kalau keluar. Errrr...

"Iya, pokoknya Kwitang situ lah mbak", suara si bapak mulai desperado. Hihihi.
"Sayang banget ya pak, buku-buku bagus gitu dibajak. Saya ini seneng buku pak. Dan orang lain yang seneng buku, saya pikir pasti tau bedanya antara yang asli dan yang palsu. Kualitas gambar cover-nya yang lebih buram, cover yang ada emboss-nya jadi gak ada, kertasnya lebih putih, lebih berat. Iya kan pak?" tanyaku memastikan.
"He eh, bener mbak."
"Tapi peminatnya masih banyak aja ya pak disini? Maksud saya, yang beli tetep banyak ya?"
"Iya tuh. Banyak juga kan yang beli majalah atau buku tahun 90-an, 80-an, dan ke bawah. Disini kan juga ada. Dan itu asli."
Lalu aku teringat tadi memang sempat melihat ada toko bertuliskan "rare books", dan buku-bukunya memang asli.

Setelah satu dua kalimat, aku pamit pada pak penjualnya untuk melanjutkan perjalanan #halah.
-----

Aku harap kalau ada pihak yang berwenang untuk menindak para pembajak ini, yang kebetulan membaca tulisanku ini, bisa mengambil tindakan yang tegas. Setidaknya aku sudah berbuat sesuatu, walaupun cuma hal kecil melalui tulisan. So, jangan bilang kalau aku nggak pernah menyampaikan dimana saja lokasi penjualan buku bajakan tersebut. Sudah aku tuliskan gamblang kan di atas?

Bagi yang masih belum tau apa "hukuman" untuk para pengedar buku bajakan tersebut, ini aku kutipkan yang berkaitan saja ya:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA
Ketentuan pidana
Pasal 72 ayat 2:
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Aku nggak sempat tanya berapa omset mereka sehari atau sebulan. Tapi kalau benar-benar hukum ini ditegakkan, mereka-mereka yang mengedarkan buku bajakan dipenjara maksimal 5 tahun dan didenda maksimal 500 juta, aku pikir dapat menimbulkan efek jera bagi yang lain dan mencegah praktik serupa di kemudian hari. Ya kecuali mereka bersatu mengumpulkan uang, menyewa pengacara handal, menyuap hakim, dan akhirnya bebas.

Indonesiaaaaa... Indonesiaaaa...

But i never loose hope :)

Wassalamu'alaikum

24 comments:

  1. Bajakan ya? klo soal bajakan, rasanya gimana ya? rasanya budaya beli barang bajakan udah sama kyk, nyuap polisi karena ditilang, udah jadi "halal" karena orang lain juga gtu.. :D ngerti ga mbak? disatu sisi, konsumen mau beli buku, tapi bukunya dirasa kemahalan, akhirnya datang yang bajakan, konsumen kebantu, apalagi dengan kondisi ekonomi kebanyakan kita, termasuk golongan menengah kebawah, yang punya prinsip, klo bisa berhemat, kenapa tidak :D tp disatu sisi, kasian yang udah bikin buku yah, nulis berbulan2 tp ga dpt hasilnya... coba aja klo pemerintah bisa mensubsidi buku mungkin harga buku menjadi lebih murah,,, atau masyarakat indonesia yang mau berusaha keluar dari golongan menengah, menjadi golongan atas.. mungkin pembajakan bisa dikurangi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Komennya panjang!!!! hahahahahha

      Delete
    2. huffffft... Prinsipnya sama kayak fotokopi sih. Memperbanyak tanpa izin penerbit. Darimane royalti bisa masuk ke penulis? *merasa bersalah selama kuliah sering memfotokopi buku diktat karena kali beli asli mahal beudh* :(
      setuju sama 2 hal terakhir: pemerintah mensubsidi (kalo sekolah swasta gimana?), dan masyarakatnya sendiri yang berusaha keluar dari golongan tidak mampu menjadi "mampu" membeli buku asli.
      semuanya mah tergantung niat, sebenernya kang...

      Delete
    3. yang namanya sekolah, mau swasta atau negeri ya harus sama2 disubsidi dong, bahkan klo buku klo bisa subsudi aja semuanya, jadi lebih murah.. :D

      Delete
  2. Ya kalo emang buku nya mahal nunggu punya duit aja, kalo gak ya pinjem di perpus..banyak sih yg bisa dilakuin selain beli yang bajakan, toh beli buku itu bukan hal yg wajib banget..meskipun waktu itu ak juga pernah beli di blauran, & g ngerti kenapa bisa lebih murah *oon pangkat satu*
    Ke blauran gara2 diajak temen & dibilang lbh murah..gagal paham smpe ngira emg buku yg dibeli wajar kalo fisiknya burem..trnyata stelah ktemu buku aslinya baru paham kl itu burem gegara bajakan *oon tingkat sarjana*
    Ya emang sih kita pernah ngelakuin dosa2 kecil kyk gitu, tapi g ad salahnya bertumbuh jadi lbh baik *tua*
    Ak ngantuk mbakkkkkk ╮(︶﹏︶")╭‎​

    ReplyDelete
    Replies
    1. naaaaah pinter yaaa bu dokter ini :D
      makanya, para sarjana ini jangan-jangan S.Bb (Sarjana Buku Bajakan)? *ngaca*
      yep betul, yang berlalu biarlah berlalu. Mari mulai sekarang kita beli buku asli semua! MERDEKA!

      Delete
  3. Blok M mal itu, yang Blok M Square bangunan baru disebelahnya yang ada Carrefour-nya. Jadi Blok M mal emang di bawah tanah, tepat di atasnya adalah Terminal Blok M, hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. lho, jadi lokasi yang aku maksud di atas, yang bener "Blok M Mall", mas?
      kalo mall nya sendiri yang berapa lantai itu, yang beneran kayak mall, tenant2 baju sepatu resto dll, namanya apa donk? #gagalpaham :)))
      yang buku bajakan & bekas ini, seberangnya mall itu, yang kalo mau ke mallnya naik jembatan penyeberangan. #mbulet
      makasih koreksinya, mas Galih...

      Delete
    2. Namanya Blok M Square
      Yang di bawah tanah Blok M Mall
      Yang di seberangnya Blok M Plaza
      Yang di belakangnya Pasaraya Grande Blok M
      Agak ke sonoan dikit, Melawai Plaza hehehe...

      Delete
    3. woalaaah "Square" itu untuk menunjukkan "kompleks" blok M gitu ta mas? #barupaham :)))
      sip sip sip

      Delete
  4. gak usah jauh-jauh, di blauran surabaya juga banyak. dekat pos polisi juga. kalau mau lapor ke pihak berwajib kan dekat. hehehe.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya makanya kan aku tadi udah nyebutin Blauran :p
      emang belum pernah lapor polisi aja sih aku -_-

      Delete
  5. jangan lupa juga yak, beli buku karya saya, yang entah kapan tahu ditertibkan... aaehh, diterbitkan :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha Oom Guru mau bikin buku? ayok ah, aku tungguin.
      salam kenal, om. Blognya keyen abis! :)

      Delete
  6. huahahaa... yuk sini aku anterin ke kwitang... hahaha :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya iyaaa secara kan situ yang tinggal disono. huh :p
      *dan ini reply-nya telat pake banget*
      ati2 di jepang, Van :)

      Delete
  7. Sebenarnya bener sih,gimana perasaan penulis sudah susah payah membuat buku itu tp trnyata di bajak sama orang.Tapi menurutku untuk buku pelajaran sekolah - kuliah itu berguna bgt yang bajakan.soalnya bg ank2 yg beruntung bs kuliah krn beasiswa dan mmiliki uang miris skali.Jalan satu2nya harus bli buku bajakan.Untuk membeli buku bajakan saja harus menyisihkan uang yang menurut saya lumayan mencekik makan saya perbulannya,hihi#pengalaman.
    Aku setuju aja sih untuk buku bajakan kalau pelajaran.Tapi kalau untuk novel,dan buku bacaan non pelajaran,itu harus asli.Karena itu bersifat hiburan yg tidak terlalu pokok.Pasti bisalah nabung buat beli yang asli :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.... pun buku pelajaran, pasti kan ada penulisnya, atau minimal tim penulis, atau sebuah instansi/ lembaga/ badan yang menerbitkannya.
      kalau dibajak, sama aja merugikan mereka sih menurutku.
      kalau yg kuliah/ sekolah beasiswa, gimana kalo cari buku second atau ke perpus aja?
      tapi kalo second, undah banyak coretannya ya? trus gimana dong?
      au ah, lap. hahaha

      Delete
  8. baru tahu ternyata di daerah Blok M ada yang jual buku bajakan, aneh juga ya kalo gak ditangkap

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah kan, saya juga herman, eh heran.
      kayaknya sih TST (tau sama tau), trus diem-dieman. wong tempatnya segede badan bagong kok :D

      Delete
  9. tapi emang buku pelajaran tuh harus banget ada bajakannya... aku jurusan arsitektur.. udah bukunya susah cari kadang krn buku rare.. yg baru2 harganya bisa 500-1 jt =_=

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... harus banget yak?
      tergantung hati kita sebenernya ya, merasa berdosa/ gak beli buku bajakan.
      mbakku jurusan arsitektur juga, dan kayaknya gak pernah beli buku bajakan.
      btw, emang di perpus kampusnya nggak ada kah koleksinya?

      Delete