Cinta Itu Kita, Rossa (eps.1)

, , 2 comments
“Tolong jangan panggil aku dengan sebutan itu!”
Lelaki itu menghentikan makannya. Ia melihat gadis di depannya.
“Apa? “Sa”, maksudmu? Kamu tidak suka dipanggil “Sa”?
Gadis itu mengangguk. Meneruskan makannya.
“Kenapa?”
Gadis itu diam. Ia memainkan sumpit yang dipegangnya.
Bayangan itu berkelebat-kelebat di depan matanya. Jelas. Sejelas ia mengingat rasa sakitnya. Dulu. Dulu sekali.
“Seseorang pernah memanggilku dengan sebutan itu. Dulu”, jawabnya singkat.
“Seseorang? Haha… pasti laki-laki. Pacarmu?”
“Tak perlu bertanya atau pura-pura ingin tahu kalau kamu cuma pengen mengejekku, Mas!”, ketus ia menjawab, tetap tak memalingkan mukanya dari nasi kotak restoran fast food Jepang itu. Makanan favoritnya.
“Iya iya, sori. Aku gak bermaksud kok. Oke oke… aku gak akan memanggilmu dengan nama “Sa” lagi. Eh maaf, Ros-sa”, katanya mengeja nama Rossa, mencoba sedikit bercanda dengan mimik dilucu-lucukan.
Rossa tak mempedulikannya.


“Jadi, kau tinggal disini, bersama tantemu?” Tanya Satria.
Rossa mengangguk.
“Sori, aku gak mengajakmu masuk, Mas. Di dalam tanteku lagi liat tivi di ruang tamu. Aku khawatir mengganggu kalo kita ngobrol di dalam. Memang agak dingin di luar gini”, terang Rossa.
“Gak apa-apa. Aku kan SA-TRI-A. Sama seperti ksatria. Ksatria itu seperti pendekar perang. Tidak takut dingin maupun panas”, selorohnya.
Rossa tersenyum.
“Sebentar, aku ambilkan minum dulu”, kata Rossa seraya bangkit dari kursi tamu di teras rumah tantenya. Ada dua kursi besi disana, dengan satu meja besi bulat diantaranya.
Sambil menerima segelas air putih dari Rossa, Satria berkata, “Jadi, kapan-kapan aku boleh main kesini lagi?”
“Emm…mm… boleh saja. Tapi mungkin aku tetap tidak akan mengajakmu masuk ke dalam. Di teras seperti ini saja”, jawab Rossa ringan.
“Tidak masalah. Aku kan Satria! Ah sudahlah, lama-lama kamu akan bosan kalau aku terus-menerus sombong seperti itu. Hahaha…”
“Oh ya, di atas maghrib kalau mau kesini”
“Kenapa?”
“Tanteku baru ada di rumah habis maghrib. Aku tidak mau menerima tamu laki-laki sendirian di rumah”
“Beres”. Satria mengacungkan jempol.
“Eh, by the way, boleh kalau aku sesekali SMS atau telepon kamu?” tanya Satria ragu-ragu. Ia baru bertemu pertama kali dengan gadis di depannya ini 2 minggu yang lalu. Di kantornya. Gadis itu karyawan baru.
“Boleh saja, kalau memang ada yang penting untuk dibicarakan”

Mereka berdua jalan keluar pagar setelah Satria berpamitan kepada tante Rossa.
Satria masuk ke dalam sedan peraknya. Bukan Mercy atau BMW. Hanya sedan itu memang keluaran terbaru. Masih kinclong.
Ia membuka jendela mobil, lalu bertanya, “Boleh tanya sekali lagi?”
“Apa?”
“Kenapa kamu bersikap dingin seperti itu? Apa memang kamu orangnya aslinya begitu?”
“Bukannya Satria itu artinya manusia-yang-tidak-takut-DINGIN?” Rossa tersenyum sinis.
“Oh iya!” Satria buru-buru menepuk dahinya, pura-pura lupa bahwa ia adalah seorang Ksatria yang tak takut apapun.
“Oke deh, sampai ketemu besok di kantor. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Eh, terima kasih atas makanannya tadi” Rossa baru ingat kalau Satria lah yang membawakannya makan malam.
“Sama-sama. Terima kasih juga air putihnya”, kata Satria tulus.

Sedan perak itu meluncur pergi. Tak sadar, Rossa tetap berdiri di tempatnya semula hingga sedan itu benar-benar hilang dari pandangannya. Oh, tidak. Lebih tepatnya, hingga 5 detik sesudah sedan itu menghilang. Ia baru sadar setelah angin dingin menghembus tubuhnya. Ia merapikan jilbabnya yang sedikit terbang. Lalu bergegas masuk rumah.

Ia tak tahu perasaan apa yang baru saja menghinggapinya.

...bersambung ke Cinta Itu Kita, Rossa (eps.2)...

2 comments:

  1. Kutunggu cerita selanjutnya.... ^_^

    ReplyDelete
  2. @Lutfa: silahkaaann... itu udah ada episode 2 nya :)

    ReplyDelete