Izinkan Ku Bertutur pada Bulan

, , 4 comments
Huah.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur kecilku.
Sudah malam, hampir jam 24.00.
Kutelisik di balik kerai-kerai jendela kacaku,
Berusaha memandang apa yang ada di luar.
Gelap. Sepi.
Pemandangan terbatas karena ada tembok setinggi 4 meter di sebelah kamarku.

Aku penasaran,
Ku longokkan kepalaku mendekati jendela hingga hampir terantuk kaca.
Aku mencari BULAN.
Bulan yang sama yang selalu kupandangi setiap malam.
Yah tentunya kecuali saat mendung atau hujan menderas.
“Ah, itu dia!” seruku dalam hati.
Ada bulan di atas sana.
Bulan itu tetaplah sama. INDAH. Dan selalu INDAH.

sumber: www.google.com

Aku terdiam memandangi bulan selama beberapa menit.
Hanya diam. Tak ada suara. Tak ada gerakan.
Hanya hela-hela nafas yang mengalir pelan dan teratur.
Tiba-tiba pipiku basah.
Ah, air mata ini lagi.
Aku mengerjap sesaat.

Aku menutup gorden biru jendelaku.
Aku kembali pada posisi semula. Rebahan.
Kutarik selimut tebalku berwarna krem bunga-bunga.
Kutenggelamkan sejenak wajah dan seluruh tubuhku di bawah selimut.
Hingga seluruhnya tertutupi. Seperti mayat.
Ah, mana ada mayat yang masih bisa menangis?

Aku mulai kehabisan udara di bawah selimut.
Kusingkapkan ia hingga ke leher.
Masih saja air mata ini terus menetes.
Jam 00.08

Rasanya baru saja kemarin.
Ketika dia mengatakan dia mempunyai perasaan kepadaku.
Dan bahwa perasaan itu tumbuh karena kami telah “terbiasa”, dalam kurun waktu yang cukup singkat, jika itu tidak bisa dikatakan lama.
Rasanya juga baru kemarin,
Ketika aku mengatakan “terima kasih telah menyukaiku”.
Ah, dia sangat bijak.
Dia tak pernah bertanya, apa aku mau menjadi kekasihnya.
Dia hanya meminta responku, apa pendapatku tentang ungkapannya itu.

Rasanya juga baru kemarin,
Dia mengolok-olokku dengan sebutan “cewek manja, cewek cengeng, cewek geje”, dan beberapa sebutan “jelek” lainnya.
Tentu saja dia tak pernah bermaksud benar-benar membuatku sakit hati.
Dari mana aku tahu itu? Yah, karena dia orang yang baik hati.
Itu saja? Ya.

Rasanya baru kemarin,
Saat kami makan bersama dan dia memandangku dengan tatapan “seperti itu”.
Aku tak bisa menghindar dari mata elangnya.
Kau tahu jenis “mata” itu? Ya, mata yang sepertinya ingin menembus ke dasar hatimu.
Mata yang ingin menangkap seluruh gerakmu, seluruh perasaanmu, dan seluruh debar jantungmu yang sebetulnya sudah mau copot dari tempatnya.
Mungkin aku terlalu berlebihan.
Tapi aku gagal menemukan makna lain dari tatapan matanya itu selain yang kusebutkan tadi. Mungkin saja aku salah. Biar saja.

Rasanya baru kemarin,
Ketika saudara laki-lakiku bertanya kepadaku,
“Mbak, apa yang membuatmu suka sama dia?”
“Hmm… apa ya? Aku nggak tahu. Aku cuma tahu dan yakin kalo dia orang yang baik”, jawabku jujur.
“Serius? Gak tahu suka karena apa???” tanyanya menyelidik.
“Iya, sungguh. Aku gak tahu.”
“Ah ya, berarti kamu betul-betul jatuh cinta sama dia, Mbak!” jawabnya yakin.
“Masak? JATUH CINTA???” jawabku tak percaya.
“Iya. Orang yang jatuh cinta seringkali gak bisa menjelaskan dengan pasti kenapa dia menyukai orang tersebut”, katanya mantap.
“Iya kah?”
“Yup!”
Setelah percakapan itu, aku mulai menyadari bahwa memang aku telah benar-benar suka padanya.

Aku memiringkan tubuhku ke arah kanan, menghadap jendela.
Ku peluk gulingku, dan kurasakan bantalku telah basah sebagian.
Kusibakkan sejenak gorden biruku, mencari bulan.
Ah ya, masih ada disana!
Aku kembali tenang.

Dan ketika akhirnya saat itu kami tiba di sebuah tempat,
Aku menyiapkan diriku dengan berbagai kemungkinan terburuk sekalipun.
Aku duduk berhadapan dengannya dipisahkan sebuah meja kayu kecil.
Awalnya aku merasa baik-baik saja,
Tetapi kemudian badanku terasa gerah sekali.
Dudukku sudah tidak nyaman. Panas.
AC ruangan rasanya mati… bersamaan dengan matinya hubungan kami.

Dia mengatakan bahwa mungkin kami butuh waktu untuk bisa bersama lagi.
Dadaku sesak. Mataku mulai memanas.
Pandanganku kabur, karena air mata yang kucoba kutahan sekuat mungkin.
Aku menoleh ke arah lain, tak berani menatapnya lagi.

sumber: www.google.com
Aku tahu,
Dia mencoba merangkai kata-katanya dengan hati-hati sekali.
Aku tahu dia orang yang baik.
Dia dulu pernah bilang bahwa paling tidak bisa melihat perempuan tersakiti.
Karena itu akan membuatnya ikut sedih.

Keputusan sudah dia buat, apapun jawaban dan responku, dia tidak berubah.
Aku tahu dia tidak salah berkata demikian.
Aku tahu dia bukan orang bodoh yang akan berkata sembarangan tanpa memikirkan akibatnya.
Dia sudah dewasa, aku juga.
Mungkin memang lebih baik kami jalan sendiri-sendiri dulu.
Namun ada 1 alasan yang dia belum mengatakannya kepadaku tentang “Mengapa harus begini?”
Yah, dia masih berhutang jawaban kepadaku, tentang hal itu.

Sungguh, jika saat itu aku punya nyali,
Aku akan berkata kepadanya,
Bahwa hatiku rasanya sakit sekali. Nyeri. Lebih dari sekedar seperti teriris-iris pisau.
Rasanya seolah dia telah membawa separuh hatiku dan kini dia mengembalikannya lagi dan berkata, “aku sudah tidak membutuhkannya lagi”
Aku sedih? Sangat.
Aku menangis setelah itu? Pasti. Lebih dari 3 kali, pada hari itu.

Aku membalik bantalku yang basah dan membetulkan posisi selimutku.
Sinar bulan masih bisa masuk ke celah-celah jendela kamarku.

Bulan, sungguh aku tak pernah merasa akulah yang paling pantas untuknya.
Karena aku tahu, aku hanyalah perempuan biasa.
Aku bukannya tiada cela.
Aku masih banyak dosa.

Bulan, pun aku tak pernah menganggap dia tak layak untukku.
Apa dasarku dapat sombong seperti itu?
Walau aku tahu, seperti aku, dia pun punya beberapa kekurangan.
Dan bukannya memang semua orang punya?

Mungkin memang aku yang terlalu egois, terlalu menuntut, terlalu tak tahu diri.
Aku punya kaca di kamarku, tapi mungkin jarang ku gunakan,
Sehingga aku terlalu buta untuk melihat siapa dan bagaimana sebenarnya diri yang masih hina dina ini.

Ah sudahlah bulan,
Aku ingin menutup malam ini dengan senyuman.
Apa menurutmu aku mampu? Dengan hati terluka dan kesedihan yang mendalam seperti ini?
Aku tak pernah tahu bagaimana akhir kisah ini.
Aku tak tahu apa keadaan akhirnya akan dapat berubah atau tidak.

Bulan, bolehkah ku bertutur satu hal saja padamu,
Setidaknya untuk malam ini?
Aku minta tolong,
Aku titipkan rinduku padanya. Selalu.

4 comments:

  1. benar, orang yang jatuh cinta kadang tidak bisa bisa menjelaskn mengapa dia jatuh cinta kepada orang yg ia cintai meskipun mungkin bnyk orang lain yang jauh lebih baik drpd dia..

    KCJM = Kalau Cinta Jangan Menyerah..

    ganbatte...

    sayangi cinta sayangi impian

    ReplyDelete
  2. absolutely right, Bro!!!
    *dan saya baru ngeh kenapa ada lagunya Agnes Monica yang isinya "Cinta ini...kadang2 tak ada logika!" haha

    bukan gak ada logika sih cuma ya itu tadi, "undefined" :D

    ReplyDelete
  3. ati2 pet, kelamaan lihat bulan ntar bisa jadi serigala :D

    *bercanda ;)

    ReplyDelete
  4. haha i'm already be a wolf-woman, Jok :p
    thx for coming here...

    ReplyDelete