Aku tidak percaya bahwa sesuatu yang hebat akan datang dengan mudah.
Datang dengan tergesa, berkata cepat, terbuai, lalu pergi begitu saja.

Aku menaruh curiga pada sesuatu yang datang dengan tetiba.
Seolah tanpa perlu sebuah alasan, kemudian dapat bertahan selamanya.

Aku tak mengenyampingkan Dia yang membuat sesuatu mungkin dengan sangat mudah.
Yang tak perlu alasan mengapa dan bertanya bagaimana, tiba-tiba sudah ada di hadapan.

Terlalu banyak peristiwa untuk diceritakan.
Sejak posting terakhirku beberapa bulan yang lalu, aku menjalani hal-hal baru dalam hidupku.

Beberapa bulan ini aku berkunjung ke Kupang (untuk kali ke dua), Bontang (Kaltim), lalu ke Palembang (Sumsel), trus ke Palembang (lagi).
Setelah ini aku akan ke Semarang (Jateng) dan Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Semuanya untuk urusan pekerjaan.

Aku menjalani sebuah hubungan yang serius dan kupikir akan berakhir baik, ternyata tidak, walau kami mengakhirinya dengan sangat baik-baik.
Aku menjadi sadar (dan tidak sadar) bahwa harusnya memang masih ada rahasia tersembunyi dari Tuhan mengapa Ia menjadikan seperti ini.

Assalamu'alaikum

Aku benar-benar kaget ketika sore ini jam 15.45 WIB memasuki gerbong kereta api dari Kediri menuju Surabaya. Wow pokoknya!

Mungkin perlu tahu juga apa latar belakangku kembali mulai mau naik kereta api, setelah sebelumnya kira-kira setahun terakhir selalu menggunakan armada bus antarkota dalam propinsi dari Terminal Bungurasih Surabaya. Sebabnya tak lain dan tak bukan adalah di Surabaya aku ikut tinggal bersama bulikku, di daerah Menanggal. Menanggal-Bungurasi hanyalah sepelemparan batu. Sehingga aku hampir selalu naik bus ketika pulang kampung. Sedangkan dulu saat masih kuliah, kampusku yang berada di Dharmawangsa lebih dekat dengan Stasiun Gubeng. Maka, dulu aku jaman unyu-unyu jauh lebih sering naik kereta api. Mulai dari harga 4.000rp, lalu naik jadi 4.500rp, 5.000rp, hingga terakhir sudah 2 tahunan ini (atau lebih) menjadi 5.500rp. Wow, murah pake banget kan ya?

9-12 Januari 2014.

Nanda, gadis teman seperjalananku, bilang lagi sembelit alias susah buang air besar selama di Thailand. Duh, aku bisa bayangkan gimana rasanya di perut. Pasti ngganjel, dan jadinya nggak sehat. Trip kami rutenya dari Bangkok, ke Pattaya, lalu kembali ke Bangkok. Selama 4 hari 3 malam.

Lalu kami kali ke duanya mencoba melewati pasar malam di jalanan depan hotel. Hotelnya memang terletak agak masuk, seperti sebuah gang tapi besar. Hotel bintang 3. Lumayan bagus. Walau pemandangan dari balkon ya sebatas gedung-gedung bertingkat dan perumahan. Mirip di Jakarta. Hei, ada yang mengira luar negeri itu beneran kayak di luar negeri? Bangkok itu kayak Jakarta! #halah #serius

Assalamu'alaikum

Ini pengalaman paling aneh selama aku terbang.

Siang tadi jam 11.46 WIB aku terbang dari Bandara Juanda (SUB) ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (KOE) untuk keperluan pekerjaan.
Koper besar yang tadinya rencana akan kumasukkan ke kabin, akhirnya aku bagasi-kan. Karena aku juga masih membawa satu ransel berisi laptop, buku bacaan, air minum, dan dompet. Koperku memang nggak pernah aku kunci, baik dengan gembok kecil terpisah ataupun kunci dengan kode tertentu yang diacak di koper itu. Entah kenapa. Dan aku merasa selama ini pergi kemana-mana memakai koper itu selalu aman.

Assalamu'alaikum

Berawal dari kesenangan membaca buku sejak SMP, secara tidak sengaja aku mengumpulkan buku-buku tersebut. Kebanyakan adalah novel, kumpulan cerpen, dan non fiksi Islami. Berlanjut hingga SMA dan kuliah, baru aku menyadari bahwa buku "bacaan"ku jauh lebih banyak daripada buku pelajaran dan kuliah.

Sejak saat itu, aku punya keinginan untuk mendirikan sebuah perpustakaan pribadi di rumah. "Pribadi" dalam arti semua koleksinya adalah milikku sendiri, tapi siapapun boleh meminjamnya. Aku punya khayalan mempunyai sebuah rumah cantik berisi ribuan buku yang terpajang di dinding, mulai atas sampai bawah. Buku itu ada di ruangan tersendiri namun terbuka, dengan tempat duduk yang nyaman untuk membaca.

ketika aku menjadi batu, dan tetanggaku menjadi rumput di sekitar jemari kakiku.
aku terbujur kaku.
lelah menanti hujan yang sudah-sudah yang membuat lubang di tengah tubuhku musim lalu.
gundah menanti surya yang membuat hitamku menjadi abu.

kutengok kanan-kiri. sama saja.
semua mengeluh tentang panas dingin, hujan kemarau, yang sebetulnya sudah dihafali betul lagunya.
batu-batu yang tak bisa bergerak walau sejengkal. bukan takdirnya, hiburku pada diri sendiri.
padahal dalam hati aku berharap ada pengembara yang tak sengaja terantuk kakinya padaku dan menendangku jauh-jauh dari tempat dudukku.
atau anak kucing sebelah yang memainkan diriku dan menggeser sedikit saja tubuhku.
pantatku sudah panas.
walau para pohon, rumput, putri malu, dan semak-semak juga sama sepertiku yang tak bisa kemana-mana, setidaknya mereka masih bisa mengolok dengan menggoyang-goyangkan daunnya ketika angin berhembus.