Huah.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur kecilku.
Sudah malam, hampir jam 24.00.
Kutelisik di balik kerai-kerai jendela kacaku,
Berusaha memandang apa yang ada di luar.
Gelap. Sepi.
Pemandangan terbatas karena ada tembok setinggi 4 meter di sebelah kamarku.
Aku penasaran,
Ku longokkan kepalaku mendekati jendela hingga hampir terantuk kaca.
Aku mencari BULAN.
Bulan yang sama yang selalu kupandangi setiap malam.
Yah tentunya kecuali saat mendung atau hujan menderas.
“Ah, itu dia!” seruku dalam hati.
Ada bulan di atas sana.
Bulan itu tetaplah sama. INDAH. Dan selalu INDAH.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur kecilku.
Sudah malam, hampir jam 24.00.
Kutelisik di balik kerai-kerai jendela kacaku,
Berusaha memandang apa yang ada di luar.
Gelap. Sepi.
Pemandangan terbatas karena ada tembok setinggi 4 meter di sebelah kamarku.
Aku penasaran,
Ku longokkan kepalaku mendekati jendela hingga hampir terantuk kaca.
Aku mencari BULAN.
Bulan yang sama yang selalu kupandangi setiap malam.
Yah tentunya kecuali saat mendung atau hujan menderas.
“Ah, itu dia!” seruku dalam hati.
Ada bulan di atas sana.
Bulan itu tetaplah sama. INDAH. Dan selalu INDAH.
sumber: www.google.com |